Pet Festival 2021 digelar secara virtual. Meski hanya bertemu secara daring, komunitas pencinta hewan bisa saling berbagi pengalaman dan ilmu.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·6 menit baca
Ajakan tinggal di rumah saja saat pandemi belumlah usai. Untuk para pencinta hewan, ada keasyikan tersendiri saat bertemu komunitas di ajang Pet Fest Virtual 2021. Ajang menambah pengetahuan, berbagi ilmu memelihara hewan, hingga belajar menikmati pengalaman mengobrol dengan hewan.
Pet Fest Virtual 2021 pada 21-28 Februari 2021 yang kreatif dan inovatif justru memperlihatkan segala kelebihan di tengah keterbatasan. Kala pandemi Covid-19 membendung segala aktivitas offline, termasuk pameran hewan peliharaan pun terpaksa ikut digelar secara virtual. Padahal, pameran acap kali menjadi ajang temu komunitas, lomba keterampilan, hingga beauty contest hewan.
Di sela-sela pameran, drh Rajanti animal communicator dengan pendekatan kekuatan pikiran (mind power/MP) berbagi pengalaman menakjubkan. Salah satunya, menggiring gajah menelusuri perkampungan di daerah Way Kambas, Lampung Timur, dengan berbekal kekuatan pikiran. Bahkan, tanpa perlu hadir ke titik lokasi, kemampuan otak kanan manusia juga mampu mengubah perilaku makhluk hidup.
”Entahlah, ada titik-titik bagian tubuh saya seperti tersengat halus, ketika gajah-gajah itu diajak ngobrol. Lalu, gajah-gajah itu pun mau diajak berjalan dengan tenang menuju lokasi yang ditentukan,” kata Rajanti.
Sekelumit pengalaman itu bagikan dalam talkshow yang menghadirkan berbagai figure publik seperti Alvin ”Uncle” Adam dan Desiree ”Mamitoko” Sitompul. Bahkan, berbagi pengalaman ngobrol dengan hewan lain yang melibatkan praktisi Rajanti Talks with Animals (RTwA) pun terungkap saat talkshow dengan menghadirkan Anne Avantie, Davina Veronica, Danang ”D’Academy” Pradana Dieva, dan John Martin, serta pelatih anjing Aditya ”film Marley” Darma.
Ratusan penonton yang hadir secara virtual via zoom tergelitik untuk mengetahui ilmu ngobrol dengan hewan itu. Begitu penasarannya, tak sedikit yang langsung menanyakan melalui kolom chat tentang perilaku hewan kesayangan. Ada yang menanyakan cara kerja otak kanan yang digunakan dalam MP, bahkan ada yang penasaran tentang kekuatan MP dalam menangkap pesan hewan kesayangan yang sudah mati dan mencari hewan peliharaan yang hilang.
Desiree pun merasakan hasil dari MP membuat dirinya memahami Faith, anjing kesayangannya yang berjenis german shepherd. Ternyata, Faith memiliki tipe guard dog. Faith selalu bertindak sebagai penjaga yang melindungi dirinya, mirip dengan bodyguard.
Faith mengatakan, ”Komitmen menjadi hal penting, kalau kita ingin memelihara hewan. Bukan sekadar untuk senang-senang. Begitu sakit, kita buang. Apalagi, begitu tua, banyak yang menyerahkan ke shelter. Mereka sudah banyak memberi kebahagiaan dan cinta tanpa syarat kepada kita. Di masa tuanya, tetaplah kita berusaha menyayanginya.”
Bagi Aditya, selama ini anjing kesayangan jenis pitbull bernama Becky hanyalah anjing yang memiliki karakter pekerja. Dia dipilih dari sejumlah anjing kawannya yang perawakan jelek, tetapi dianggap memiliki kemampuan untuk fokus pada berbagai hal.
”Karena itulah, saat diajak bermain film, Becky tidak banyak kesulitan dan terlihat enjoy mengikuti arahan sesuai skenario film. Boleh dibilang, di Pet Fest inilah penampilan perdana Becky tampil di hadapan publik,” kata Aditya.
Edukasi
Dalam keterbatasan, ruang virtual ini juga dimanfaatkan komunitas pencinta kucing sebagai edukasi praktis. Salah satunya ITB Street Feeding, sebuah komunitas gerakan memberi makan kucing liar, terutama kucing yang keliaran di dalam kampus Institut Teknologi Bandung.
Syifa, salah satu pengurus ITB Street Feeding, mengatakan, kegiatan ini tumbuh di masa pandemi. Dari segelintir mahasiswa yang tergelitik memberi makan dengan menyisihkan uang sakunya, ternyata gerakan ini bergulir menjadi gerakan bersama lintas fakultas ITB.
”Penyebaran Covid-19 membuat kegiatan kampus diubah secara online. Akibatnya, sejak pembatasan akses masuk kampus mulai Maret 2020, kucing-kucing yang biasanya berkeliaran di sekitar kantin otomatis sulit mengais makanan,” kata Syifa.
Selain berbagi pengalaman, anggota komunitas juga berbagi pengetahuan praktis. Salah satunya komunitas pencinta kucing yang hadir dalam talkshow mengupas serba-serbi steril kucing. Dokter hewan Atika Resty Handani membeberkan pengetahuannya yang kerap diungkapkan sebagai mitos dalam masyarakat.
Berbagai mitos itu, antara lain, steril dipandang sebagai kekejaman dan egois manusia; steril seharusnya dilakukan sesudah kucing betina melahirkan satu kali; kucing jantan yang disteril bakal menjadi tidak macho dan andai semua kucing disteril, nantinya kucing menjadi punah. Dan, ada ungkapan, ”Enggak mau ah disteril, nanti kucingku jadi jelek karena ada eartipnya”. Bahkan ada pula mitos kucing jantan, kucing rumahan, kucing ras sesungguhnya tidak perlu disteril.
”Manusia kawin semata-mata sebagai kebutuhan biologis, sedangkan kucing lebih menyalurkan hasrat hormonal. Tentu, sebagai manusia, kita akan memperhitungkan betul membawa masa depan anak-anaknya. Sementara, kucing liar yang tanpa pemilik tak mungkin memperhitungkan masa depan kelahiran anak-anaknya,” kata Atika.
Menurut Atika, steril tidak bisa dipandang begitu saja sebagai kekejaman, apalagi rasa egois manusia. Steril pada kucing semata-mata menjadi cara menjaga kesehatan. Kucing tetap bisa kawin dan kasmaran, tetapi cuma diangkat saja sistem hormonalnya.
Namun, terhadap kucing liar tidak bisa juga sembarangan tangkap lalu disteril. Terlebih dahulu perlu ada persiapan observasi secara medis. Steril menjadi cara solutif yang tentunya berada di bawah pengawasan dengan standar medis.
Jalan-jalan virtual
Tak terbayangkan, komunitas pencinta hewan peliharaan, seperti anjing dan kucing, seantero dunia justru bisa bertemu dalam wadah talkshow interaktif secara virtual. Bukan hanya orang dewasa yang menikmati festival pencinta hewan ini, anak-anak pun asyik menikmati jalan-jalan virtual.
Semua para pencinta hewan bisa bertemu dan berinteraksi tak terbatas ruang dan jarak. Berbagai pengetahuan pun diperkaya karena ada sesi-sesi yang mengupas perilaku maupun tips dan trik, seperti memelihara ikan guppy, anjing shih tzu, dan tarantula.
Fahri, pencinta anjing jenis shih tzu, mengajak untuk mengenal perawatan anjing shih tzu. Sesungguhnya, perawatan anjing dengan bulu lebat ini begitu mudah. Yang terpenting, fokus di area wajah karena bulunya yang banyak akan membuat pandangan kedua matanya kerap terganggu.
Selain itu, pertumbuhan jamur terutama di musim hujan juga perlu diwaspadai. ”Sensitif sekali kulit anjing jenis ini. Karena itu, asupan yang tepat sangat diperlukan untuk menjaga kondisi kulitnya,” ujar Fahri yang memiliki delapan ekor anjing shih tzu.
Salah satu kegemaran jalan-jalan di kebun binatang terasa diberikan ruang dalam pameran ini. Berbagai atraksi hewan, seperti jalan-jalan ke taman burung dari Taman Mini Indonesia Indah (TMII) maupun Zoo Tour bersama Taman Safari Indonesia, menjadi tontonan menarik, baik melalui layar komputer maupun smartphone.
Begitu asyiknya, anak-anak pun ikut menjadi penonton yang diajak interaktif melalui kuis cerdas. Beberapa kali, atraksi hewan di kebun binatang ini digelar secara virtual dari lokasi yang sesungguhnya.
Walau tak ada hewan peliharaan yang bisa diajak keliling ruang pameran, rupanya pengunjung pameran tetap bisa asyik datang ke booth pameran bersama hewan peliharaan berbentuk animasi. Pengunjung bisa berkeliling sekadar belanja kebutuhan untuk hewan kesayangannya di rumah.