Godaan Turbo SUV Mungil
Kehadiran Nissan Magnite menambah ramai persaingan di kelas SUV berukuran kompak. Keunggulannya, mesin kecil di mobil ini diimbuhi turbo. Cocok bagi mereka yang hendak beranjak dari ”city car” ke SUV perkotaan.
Ketika ruang di perkotaan makin terbatas dan kelaikan aspal makin sukar diprediksi, memilih mobil SUV berukuran kompak bisa jadi alternatif bijak. Nissan Magnite berusaha menjawab kebutuhan itu dengan harga di bawah Rp 240 juta. Nilai lebihnya, mobil ini pakai mesin kecil yang dilengkapi turbo.
Kompas berkesempatan menjajal mobil ini pada akhir Januari silam selama sekitar empat hari. Unit yang dipinjamkan PT Nissan Motor Distributor Indonesia adalah tipe teratas, yaitu Magnite Premium CVT. Unit ini dijual dengan harga Rp 238,8 juta on the road di Jakarta.
Dua tipe lainnya adalah Magnite Upper MT (Rp 208,8 juta) dan Magnite Premium MT (Rp 226,3 juta). Semua tipe didatangkan utuh dari pabriknya di India. Nissan mengklaim, mobil ini didesain di Jepang.
Ketika Nissan mengumumkan peluncuran mobil ini pada pekan ketiga Desember 2020, hal yang paling menarik perhatian adalah penggunaan turbo pada mesin tiga silinder dengan kapasitas 1,0 liter (999 cc). Mesin itu disebut bisa menghasilkan tenaga maksimal 100 PS pada putaran 5.000 rpm. Torsi puncak pada transmisi manual mencapai 160 Nm di putaran 2.800-3.600 rpm dan 152 Nm di putaran 2.200-4.400 rpm pada transmisi otomatis CVT.
Angka torsi itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan rivalnya, Kia Sonet, yang disebut mencapai torsi puncak sebesar 144 Nm di putaran 4.500 rpm. Perlu diingat, Kia Sonet ditenagai mesin lebih besar, yaitu 1,5 liter (1.493 cc) tapi tanpa turbo (Kompas, 24/12/2020).
Penggunaan mesin kecil berturbo itu berdampak pada konsumsi bahan bakar. Catatan terbaik konsumsi bahan bakar di jalan protokol Jakarta pada jam pulang kantor mencapai 13,4 km per liter. Sedangkan melintasi rute yang didominasi jalan tol, dan sedikit di luar tol, konsumsinya 17,8 km per liter. Selama uji coba kami menggunakan bensin beroktan 92 sesuai arahan pihak Nissan, dan selalu menyalakan AC di posisi auto.
Dari segi dimensi, Magnite ini bisa dibilang berada di tengah-tengah antara mobil perkotaan (city car) dan SUV kompak. Kami sempat menyandingkannya dengan Nissan March generasi tahun 2012, city car yang cukup laris di Indonesia. Magnite terlihat lebih kekar terutama dengan tarikan garis bodinya. Secara dimensi, Magnite juga unggul.
Magnite punya panjang hampir empat meter (3.994 milimeter), lebar 1.758 milimeter, dan tinggi 1.572 milimeter. Jarak antara poros roda depan dan belakang merentang 2.501 milimeter. Namun, dimensi itu masih lebih kecil dibandingkan SUV kompak lain, seperti Honda HR-V atau Suzuki S-Cross. Masuk akal jika ada yang menggolongkan Magnite sebagai SUV subkompak.
Tampak depan mobil ini ”meninggalkan” karakteristik gril mobil keluaran Nissan pada umumnya, yang identik dengan formasi berbentuk huruf V. Gril Magnite bersegi delapan, mengingatkan pada gril mobil-mobil Datsun.
Yang istimewa, Magnite dilengkapi dengan lampu-lampu LED, mencakup lampu utama, lampu jauh, lampu belok, hingga lampu kabut—tertanam di area bumper bawah. Lampu siang (daytime running light) yang berbentuk abjad L itu juga memakai LED.
Kesan tangguh
Kesan SUV menguat jika dilihat dari samping. Bagian fender depan dan belakang sama-sama menggembung, ditambah lagi dengan lapisan overfender plastik hitam menaungi ruang roda berdiameter 16 inci. Pada Magnite tipe tertinggi ini, pilar dan atapnya berkelir hitam, beda dengan warna bodi yang pilihannya merah atau putih.
Di sudut pilar A juga tersemat emblem bertuliskan nama mobil ini. Bagian bawah bodinya juga diimbuhi lis plastik berhias krom, menambah kesan tangguh dari ruang kolong (ground clearance) setinggi 186 milimeter ini.
Tampak belakang terlihat menarik dengan desain lampu yang lebar di sisi luar dan makin memipih ke dalam. Ruang antara lampu itu dipasangi emblem bertuliskan ”Magnite” besar-besar persis di bawah logo baru Nissan—ini adalah produk Nissan pertama yang pakai logo baru di Indonesia. Di bawahnya ada juga emblem bertuliskan ”Turbo” di bagian kiri, dan ”CVT” di bagian kanan. Spoiler besar di ujung atas kaca belakang juga terlihat keren.
Emblem-emblem tersebut menempel di pintu bagasi, yang membukanya cukup dengan menekan satu tombol pelepas kaitan kunci. Pintunya akan mengangkat sendiri tanpa perlu disorong lagi. Ruang bagasi terbilang lega, tapi lantainya tak sejajar dengan bibir pintu. Jok baris kedua bisa dilipat dengan formasi 60:40 untuk menambah ruang bagasi. Sayangnya, permukaan jok yang terlipat itu lebih tinggi dari lantai bagasi.
Meski tampak mungil, mobil dirancang untuk cukup diisi lima penumpang. Ruang duduk di baris belakang terasa lega untuk penumpang dewasa. Jarak kepala dengan plafon masih lega, sementara lutut dengan sandaran kursi depan tersisa sekitar satu jengkal. Telapak kaki juga masih bisa masuk kolong jok depan.
Jok di belakang ini cukup nyaman dengan paha yang tersangga dengan baik, ditambah ada sandaran kepala yang bisa disesuaikan tingginya. Namun, penumpang yang duduk di tengah tidak kebagian head rest. Jika bagian tengah ini tidak terhuni, sandarannya bisa diturunkan menjadi dudukan tangan buat penumpang di sisi samping. Sandaran tangan itu dilengkapi pula dengan tempat gelas atau botol, dan masih ada tempat buat menaruh ponsel.
Nilai lebih
Rancangan dasbor cukup unik walau seluruh materialnya merupakan plastik keras. Empat ventilasi AC berbentuk heksagonal. Di bawah ventilasi itu ada bidang yang diberi motif seperti sarang lebah, memberi nilai lebih pada material plastik yang dipakai. Di bidang bermotif itu tersemat layar sentuh media berukuran 8 inci. Layar ini bisa tersambung dengan ponsel berbasis iOS maupun Android lewat jaringan Bluetooth.
Layar itu juga bisa menampilkan imaji sekeliling mobil; depan, belakang, dan samping walau masih beresolusi rendah. Tampilan garis arah memudahkan pengemudi, misalnya, ketika hendak memarkir kendaraan.
Fitur kamera 360 derajat ini adalah salah satu keistimewaan Magnite yang jarang disematkan di mobil lain sekelasnya. Fitur lainnya yang tak kalah penting adalah hill start assist (HSA), yang memastikan mobil tidak akan melorot jika macet di tanjakan. Pengemudi pun bisa memantau tekanan angin keempat ban lewat layar instrumen.
Menghidupkan mesin mobil ini juga cuma perlu menekan tombol di sisi kiri bawah pengemudi. Getaran mesin tiga silindernya cukup kuat ketika transmisi di posisi P atau N, dan baru berkurang saat sudah masuk D. Sebelum jalan, pastikan kaca spion sudah terkembang dengan menekan tombol terlebih dulu di sisi pintu pengemudi.
Performa mesin kecil berturbo ini boleh juga. Tarikan dari penggerak roda depan makin terasa ketika mesin sudah berputar di atas 2.200 rpm. Ini membutuhkan injakan cukup lama pada pedal gas. Di lain sisi, pengeremannya tak setangkas akselerasi, mengingat penggunaan rem cakram hanya ada di roda depan—roda belakang pakai tromol.
Pijakan telapak kaki pada pedal rem relatif kecil. Ketika berkendara cukup lama, kaki kanan terasa agak pegal. Daya putar kemudinya, meski disebut berteknologi electronic power steering dan beradius putar 5 meter, tak bisa dibilang enteng.
Kami juga cukup kesulitan mencari posisi duduk ternyaman, walau jok bermotif kotak-kotak diagonal itu empuk dan menarik mata. Pengaturan posisi lingkar kemudi hanya bisa naik dan turun (tilt steering). Ketika melepas kenop pengunci ketinggian setir, ada baiknya satu tangan memegangi setir. Jika tidak, tuas setir ini akan anjlok seketika, tanpa ada mekanisme penahan.
Pemasangan sejumlah instrumen di interior juga terasa kurang kokoh. Kaca spion tengah, misalnya, terasa goyah ketika hendak dipindahkan ke mode antisilau. Begitu juga ketika menyalakan lampu kabin depan. Rumah lampu yang menyatu dengan tombol terasa merangsek ke atas terlalu dalam.
Kekurangan ini juga terasa di unsur penting, yaitu tuas transmisi. Tombol pelepas kunci transmisi (release button) nyangkut beberapa kali. Meski mudah diatasinya, hal itu cukup mengganggu. Penempatan tombol mode berkendara Sport di tuas transmisi itu juga tak selaras dengan posisi genggaman jari.
Di luar itu semua, Nissan Magnite bisa jadi pilihan bijak jika membutuhkan kendaraan terbaru di bawah Rp 240 juta. Fiturnya mumpuni sebagai tunggangan untuk melahap aspal mulus, berlubang, hingga tanjakan. Jangan lupa, tampilannya pun trendi.