Falcon 6X dan Optimisme Jet Bisnis
Di tengah pandemi Covid-19 yang belum jelas kapan akan berakhir, Dassault Aviation dengan tegap melanjutkan proses pengembangan pesawat bisnis Dassault Falcon 6X. Pesawat ini memiliki daya jelajah hampir 10.200 km.
Di tengah pandemi Covid-19 yang belum jelas kapan akan berakhir, Dassault Aviation dengan tegap melanjutkan proses pengembangan pesawat bisnis Dassault Falcon 6X. Pada 8 Desember 2020, pabrikan pesawat asal Perancis itu resmi meluncurkan jet bisnis dengan daya jelajah ekstra jauh, itu.
Dassault Falcon 6X adalah pesawat bermesin dua yang merupakan pengembangan dari Falcon 5X yang dibatalkan karena masalah pada pemasok mesinnya. Falcon 6X mempertahankan penampang lintang dari kabin 5X, yakni memiliki lebar 2,58 meter dan tinggi 1,98 meter. Artinya, sebagian orang dewasa dengan tinggi badan rata-rata tak perlu merunduk saat memasuki pesawat ini.
Ukuran ini diklaim sebagai paling besar untuk sebuah pesawat yang sejak awal didesain sebagai pesawat jet bisnis alias jet pribadi. Panjang ruang penumpangnya sendiri mencapai 12,3 meter dari depan ke belakang, di luar ruang kokpit dan ruang bagasi. Tergantung penataan ruangnya, pesawat ini bisa membawa paling banyak 16 penumpang dalam tiga zona ruang terpisah.
Dibekali dua mesin produksi Pratt & Whitney Canada seri PW812D, Falcon 6X dirancang memiliki daya jelajah hingga 5.500 mil laut atau hampir mendekati 10.200 kilometer (km). Dengan kecepatan maksimum mencapai Mach 0,9, pesawat ini diklaim mampu mengantarkan penumpangnya dari Jakarta ke Moskwa di Rusia dalam sekali terbang tanpa transit untuk mengisi bahan bakar.
Setelah diluncurkan (roll out) pada 8 Desember 2020, pesawat bisnis yang dibuat oleh produsen jet tempur Rafale, ini, sekarang tengah bersiap menjalani uji terbang perdana tak lama lagi.
Kompas mendapat kesempatan mewawancara eksklusif Carlos Brana, Wakil Presiden Eksekutif untuk Pesawat Sipil Dassault Aviation secara tertulis, 14 Januari 2021 lalu. Kami berbincang tentang gagasan dasar di balik pengembangan 6X hingga prospek bisnis pesawat sejenis di masa depan, termasuk di kawasan Asia Tenggara dan Indonesia. Berikut petikan wawancaranya:
Apa gagasan dasar dari pengembangan Falcon 6X ini?
Falcon 6X adalah pesawat bermesin ganda yang paling lapang, paling maju, dan paling tangguh di segmen jet bisnis dengan daya jelajah 5.000 mil laut. Pesawat ini menawarkan efisiensi dan berbagai fitur keselamatan yang termutakhir. 6X juga memberikan fleksibilitas misi yang lebih, misalnya, pesawat ini bisa terbang dengan jarak lebih jauh dengan tinggal landas dari landasan-landasan pendek.
Pesawat juga memiliki ukuran kabin terbesar di antara pesawat-pesawat yang dirancang sebagai jet bisnis sejak awal (purpose-built business jet), dengan ketinggian langit-langit mencapai 1,98 meter. Alhasil, pesawat ini memiliki ruang personal yang lebih, meski saat membawa hingga 16 penumpang. Daya jelajahnya 10.186 km, cukup untuk terbang dari Jakarta ke Moskwa nonstop.
Sebagian besar pelanggan jet bisnis berukuran besar jarang membutuhkan daya jelajah sejauh itu, waktu perjalanan rata-ratanya hanya sekitar 2,5 jam (bandingkan dengan kapabilitas terbang 6X yang lebih dari 11 jam). Itu sebabnya kami mendesain 6X untuk menawarkan keseimbangan antara kabin yang lapang dengan daya jelajah untuk menjalankan hampir segala misi penerbangan nonstop.
Di samping itu, Dassault Aviation adalah salah satu pemimpin di teknologi kontrol penerbangan fly-by-wire, dan 6X memiliki sistem kontrol penerbangan digital yang paling maju dalam sebuah jet bisnis, menawarkan berbagai fitur keselamatan, seperti sistem pencegah stall dan overspeed.
Pesawat ini juga dilengkapi sistem FalconEye, yang bertumpu pada dua head-up display (HUD) seperti yang biasa ditemui di pesawat tempur. “Dengan sistem ini, pilot dan kopilot bisa melihat pegunungan dan landasan pacu serta benda lain di depan dalam kondisi kabut tebal maupun dalam kegelapan total,” tutur Brana.
Mengapa Dassault berpikir bahwa pasar, terutama pasar jet bisnis, membutuhkan pesawat seperti ini, dengan kabin lebih lapang dan daya jelajah lebih jauh?
Saat ini, perjalanan internasional memang tengah tertekan pandemi Covid-19. Tetapi kecenderungan jangka panjang saat ini adalah para eksekutif perusahaan melakukan lebih banyak perjalanan, baik di lingkup regional maupun global, untuk mengejar berbagai peluang bisnis. Falcon 6X memberi mereka opsi untuk melakukan perjalanan itu secara efisien dengan kenyamanan lebih, baik saat bepergian dengan tim kecil maupun kelompok besar.
Penerbangan bisnis seperti ini saat ini sangat kompetitif dan teknologi juga terus berkembang. Dengan 6X, kami melompati para pesaing kami dengan menawarkan lingkungan kabin yang lebih nyaman, sehat, dan produktif. Ditambah lagi dengan performa pesawat yang bisa mengakses bandara-bandara kecil, yang sangat dibutuhkan para pebisnis. Pesawat ini bisa mendarat dengan nyaman di landasan sepanjang kurang dari 4.000 kaki (1.200 meter). Pesawat kompetitor memiliki margin keselamatan yang lebih kecil untuk mendarat di landasan yang sama, karena mereka mendarat dengan kecepatan lebih tinggi atau tanpa kapasitas pendaratan curam (steep approach).
Apa saja dampak pandemi Covid-19 pada bisnis ini? Dan apa yang membuat Dassault memutuskan melanjutkan pengembangan dan roll-out Falcon 6X di tengah pandemi ini?
Pengembangan sebuah jet bisnis baru paling tidak membutuhkan proses selama tujuh tahun. Untuk memastikan kami membawa produk yang tepat ke pasar, kami berinvestasi secara ajek di tengah siklus perekonomian yang naik turun. Kami akan keluar dari pandemi Covid-19 dan Falcon 6X akan sudah siap bagi para pelanggan antusias kami untuk mengejar peluang bisnis ke seluruh dunia.
Covid-19 kemungkinan besar akan mengubah cara kita melakukan berbagai hal dalam jangka panjang. Demikian juga pada cara para pebisnis memanfaatkan penerbangan bisnis ini. Mereka akan menghindari kerumunan dan waktu yang terbuang di terminal-terminal bandara (jika terbang dengan penerbangan reguler). Mereka juga akan memilih pesawat dengan kabin yang lebih besar, setelah kita semua saat ini terbiasa dengan manfaat kesehatan dari ruang personal yang lebih besar dan sistem sirkulasi udara serta filtrasi udara terkini.
Apakah Anda melihat ada peluang pasar untuk jet bisnis jarak jauh di Asia, terutama di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara?
Kami melihat peluang di seluruh dunia dan melakukan investasi ke sana. Pada 2019, kami mengakuisisi ExecuJet MRO (maintenance, repair, overhaul), yang memiliki rantai jaringan fasilitas perawatan jet bisnis, menambah lokasi servis pabrikan di Kuala Lumpur, Australia, Dubai, dan di sejumlah tempat lainnya. Mereka akan mendukung operasional armada kami yang terus bertambah di kawasan ini.
Bicara soal peluang, pada 2019, armada jet bisnis di Indonesia tumbuh sebesar 7 persen menjadi 46 pesawat. Sementara di Singapura tumbuh 10 persen menjadi 57 pesawat dan di Malaysia tumbuh 5 persen menjadi 63 pesawat.
Banyak pebisnis top dan orang-orang superkaya yang bergeser menjadi lebih banyak menggunakan jet bisnis atau jet pribadi untuk bepergian karena gangguan jadwal operasi pada penerbangan reguler. Benarkah itu terjadi di semua kawasan? Apa yang akan Dassault lakukan dengan adanya peluang ini?
Angka-angka yang sudah saya lihat dari berbagai pihak yang memantau aktivitas jet bisnis menunjukkan bahwa jam terbang jet bisnis di beberapa kawasan turun sekitar 20 persen. Tetapi ini jauh lebih baik daripada penurunan jam terbang penerbangan reguler. Mendekati akhir tahun lalu, aktivitas penerbangan maskapai reguler secara global turun menjadi rata-rata separuh dari kondisi normalnya.
Bagi kelompok masyarakat yang mampu, sudah terlihat pergeseran jangka panjang akan penggunaan pesawat bisnis ini, khususnya dengan munculnya sistem kepemilikan sebagian (fractional ownership) dan armada pesawat carter yang terus tumbuh. Selain itu, sejumlah korporasi yang tengah tumbuh juga membeli pesawat bisnis mereka sendiri. Kami sendiri saat ini aktif di seluruh dunia, mempromosikan berbagai manfaat penerbangan bisnis, dan secara spesifik mempromosikan pesawat-pesawat Falcon, tentu saja.
Belum banyak pesawat Dassault Falcon yang beroperasi di Indonesia saat ini. Apakah Dassault punya strategi khusus untuk mengubah itu? Bagaimana Anda melihat pasar jet bisnis di Indonesia ini?
Saat ini ada pesawat Falcon 2000 dan Falcon 8X yang ada di Indonesia. Kami bekerjasama erat dengan operator-operatornya untuk memastikan pengalaman yang baik dalam menggunakan pesawat-pesawat kami. Sejumlah calon pembeli potensial lainnya bisa melihat sendiri bagaimana kami mendukung para pelanggan kami. Saya sudah menyebutkan soal ekspansi aktivitas servis kami di kawasan ini. Membangun sebuah pasar membutuhkan fokus regional dan kerelaan untuk berinvestasi dalam jangka panjang. Kami sudah lakukan itu.
Pesawat apa lagi yang akan dikeluarkan Dassault setelah Falcon 6X?
Kami baru saja meluncurkan (roll-out) Falcon 6X di pabrik kami di Bordeaux pada 8 Desember 2020, uji terbang akan dimulai tak lama lagi. Kami saat ini juga sudah dalam proses merancang pesawat Falcon selanjutnya, yang akan kami umumkan tahun ini. Saya hanya bisa bilang, pasar akan sangat bergairah dengan produk baru kami itu.