Resital daring menjadi jalan para penggemar melepas rindu menonton musik klasik selama pandemi Covid-19. Setidaknya tetap ada ruang pertemuan bagi musisi dan penggemar meski semua terbatas dari layar.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Aktivitas Laila (43) di rumah hampir tak lepas dari musik. Berbulan-bulan selama pandemi Covid-19, dia terbiasa ditemani iringan musik dalam segala rutinitas. Begitu pula saat akhir pekan, bunyi musik sudah mulai bergema sejak pagi buta.
Pada Sabtu (23/1/2021), dia memutarkan iringan musik bersumber dari sebuah kanal Youtube. Kanal itu menyajikan daftar lagu orkestra bertuliskan ”Beethoven Half Marathon”. Dari deretan lagu itu, perempuan ini memilih salah satu yang berjudul ”Auld Lang Syne”.
Irama alat gesek yang berpadu dengan dentingan piano membuka musik itu. Tak lama, paduan suara vokal saling bersahutan menyanyikan lirik lagu hingga berujung pada sebuah refrein. ”For auld lang syne, my dear... for auld lang syne... we’ll take a cup of kindness yet... for auld lang syne....”
Selama beberapa kali di akhir pekan, Laila kerap memutar lagu itu karena nuansa awal tahun. Setahu dia, ”Auld Lang Syne” adalah lagu yang biasa diputar saat pergantian tahun di negara-negara Barat. ”Saya putar beberapa lagu klasik di awal tahun, salah satunya karena sekarang nuansanya masih perpisahan dengan 2020 ya. Kebetulan juga lagu ini ada di Youtubenya Jakarta City Philharmonic,” ujar guru sekolah menengah di Jakarta Selatan ini.
Sejak Desember 2020, Laila terbiasa menengok sebuah kanal Youtube dan akun media sosial Jakarta City Philharmonic (JCP). Setiap hari, kelompok ini menyuguhkan musik orkestra berdurasi pendek yang berdasarkan gubahan dari komponis Ludwig van Beethoven.
Tiap-tiap gubahan musik berdurasi sangat beragam, mulai dari dua menit sampai 15 menit. Durasi itu tidak sepanjang resital klasik normal yang kadang berjam-jam. Namun, tayangan di kanal tersebut cukup melipur lara hati penggemar yang tidak bisa menonton resital secara langsung selama pandemi.
Laila yang terhitung rutin mendatangi resital JCP sebelum pandemi juga merasa resital daring itu sebagai pengobat rindu. ”Ya, lumayanlah, tetap bisa menonton sajian musik klasik walau cuma dari layar. Mesti dipuas-puasin saja selama pandemi,” kata ibu beranak satu ini.
Para penggemar musik klasik di Jakarta belakangan harus puas dengan suguhan resital dari layar hampir sepanjang tahun 2020. Selama pandemi, hampir semua kelompok orkestra tidak bisa menjalankan resital secara tatap muka. Banyak suguhan musik orkestra, termasuk kelompok JCP, memindahkan sajian musik mereka ke kanal digital.
Direktur Musik JCP Budi Utomo Prabowo menyatakan, kelompok musisinya kini disibukkan dengan program Marathon Beethoven. Selama periode Desember 2020 hingga Januari 2021, JCP akan mengisi penuh kanal Youtube resmi mereka dengan gubahan karya dari komponis kenamaan Beethoven. Hal ini juga sebagai peringatan bahwa setiap Desember adalah bulan kelahiran Beethoven.
Karena kondisi itu pula, Ika Putri (25), warga Matraman, Jakarta Timur, rajin memantau notifikasi akun medsos JCP setiap hari. Dia melihat unggahan musik baru secara rutin, terutama karena sebagian gubahan yang disajikan berformat musik kamar atau chamber music. Jenis musik ini hanya melibatkan sedikit orang dalam memainkan komposisi klasik.
”Beberapa video ada yang aku amati banget karena formatnya chamber music. Buat orang yang menekuni musik, hal ini enggak gampang. Jumlah orang yang main pun sedikit dibandingkan kelompok orkestra besar. Dengan model begitu, orang yang salah main komposisinya pasti langsung kelihatan,” katanya.
Budi mengatakan, platform daring yang dihadirkan JCP lewat Youtube berfungsi sebagai ruang pertemuan antara musisi dan penikmat resital klasik. Sebab, selama pandemi, tidak banyak kanal yang tersedia selain secara daring. Lewat kanal ini pula, Budi ingin membina hubungan dengan pengunjung loyal resital JCP.
Karena itu, Budi memilih agar JCP mengunggah gubahan berdurasi pendek setiap hari. ”Jadi, penggemar kayak terus dibombardir dengan gubahan musik klasik setiap hari. Kami juga memilah sebagian karya untuk dipecah jadi beberapa potong durasi,” katanya.
Dengan begitu, orang enggak harus meluangkan waktu terlalu lama untuk mendengarkan. Untuk sebagian orang yang belum terbiasa menonton resital sampai 40 menit, mereka bisa mendengar sebagian gubahan yang berdurasi pendek.
Hal yang tidak kalah penting, Budi menginginkan musisi tetap bisa bermusik dan latihan rutin. Dengan kanal daring, para musisi tetap bisa bermusik dan latihan, tanpa harus menunggu segala kelengkapan untuk membuat resital besar.
”Sebetulnya selama pandemi ini, saya ingin mendorong para musisi agar tidak berhenti bermusik. Resital daring menjadi cara termudah mewujudkan itu. Tanpa harus menunggu kucuran dana atau segala kelengkapan lainnya, para musisi tetap bisa menghibur penggemar yang rindu dengan musik klasik,” katanya.