Fujifilm X-S10, Jembatan dari DSLR Menuju ”Mirrorless”
Kecil dan ringkas, tetapi memiliki kemampuan besar. Inilah kesan yang diberikan kamera Fujifilm X-S10. ”Kompas” pun mencoba kamera yang menjadi ”jembatan” untuk pindah dari DSLR ke kamera ”mirrorless” ini.
Oleh
Eddy Hasby
·4 menit baca
KOMPAS/EDDY HASBY
Sebanyak 36 bingkai foto ini direkam menggunakan teknik ”burst” 30 bingkai per detik dengan kamera Fujifilm X-S10 pada Kejuaraan Dunia Lompat Rintangan Liga Asia Tenggara yang berlangsung di Arthayasa Stable, Depok, Jawa Barat, Minggu (13/12/2020).
Kecil dan ringkas, tetapi memiliki kemampuan besar. Inilah kesan yang melekat pada kamera Fujifilm X-S10. Ukuran tubuh kamera 126,0 mm x 85,1mm x 65,4mm dan berat 465 gram, gampang dibawa ke mana saja, dan kemampuannya yang serba guna membantu para pencipta konten dalam menuangkan ide dan kreativitasnya.
Meski berukuran kecil, kamera ini terasa nyaman digenggam, bahkan saat menggunakan lensa yang lebih besar dari ukuran tubuhnya. Desain grip pegangan yang ergonomis dan dibantu IBIS (in-body image stabilization) menjadikan kamera ini stabil saat memotret tanpa menggunakan penyangga monopod. Tumpuan titik beban kamera dan lensa terasa nyaman tanpa mengggunakan monopod ataupun tripod.
KOMPAS/EDDY HASBY
Fujifilm X-S10
Kompas berkesempatan mencoba kamera ini dengan menggunakan lensa Fujinon XF100-400mm F4.5-5.6 R LM OIS WR yang beratnya sekitar 1,4 kilogram dan berukuran dua kali lipat dari bodi kameranya. Kamera dan lensa itu dicoba pada seri kejuaraan berkuda Kejuaraan Dunia Lompat Rintangan Liga Asia Tenggara di Arthayasa Stable, Depok, Jawa Barat, pertengahan Desember 2020.
Dari penampilan fisiknya yang kompak, terkesan kamera ini tidak cocok untuk memotret acara olahraga. Namun, di dalamnya ternyata terdapat fitur rana elektronik yang mampu merekam 30 bingkai foto per detik dengan file JPEG berukuran 4992 x 3328 piksel.
Dengan kemampuan 30 bingkai per detik, kamera ini sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk membekukan dan menangkap gerakan dari momen paling puncak dalam setiap aksi olahraga yang berkecepatan tinggi.
KOMPAS/EDDY HASBY
Foto ini direkam menggunakan teknik ”burst” 30 bingkai per detik dengan kamera Fujifilm X-S10 pada Kejuaraan Dunia Lompat Rintangan Liga Asia Tenggara yang berlangsung di Arthayasa Stable, Depok, Jawa Barat, Minggu (13/12/2020).
Pada fotografi olahraga, kebutuhan spesifikasi kamera sangatlah menentukan. Kecepatan, ketepatan fokus, serta naluri fotografer dalam hitungan per detik sangat menentukan di saat membekukan adegan yang atraktif.
Dalam olahraga ketangkasan berkuda, momen puncak umumnya terjadi saat atlet dan kudanya melayang di atas balok rintangan. Inilah detik-detik momen yang ditunggu: menegangkan, atraktif, dan dramatis.
Kompas pun mencoba sejumlah mode pengambilan gambar kontinu dengan kecepatan 10 frame per detik (fps), 20 fps, dan 30 fps. Gambar yang dihasilkan pada kecepatan itu mengalami pemotongan 1,25 kali dari bingkai pada bidang gambar.
KOMPAS/EDDY HASBY
Fujifilm X-S10
Meski kecepatan rekam gambar yang direkomendasikan adalah 30 fps, kamera ini masih mampu merekam gambar beku (still photo) hingga lebih dari 100 bingkai gambar dengan teknik burst (menekan rana secara terus-menerus). Pada mode burst ini, kecepatan rekam gambar terasa mulai lag (melambat) setelah melampaui lebih dari 100 bingkai foto.
Merekam video
Ketika merekam video dengan lensa ukuran besar ini, fitur IBIS pada bodi kamera Fujifilm X-S10 dan fitur stabilisasi gambar optik (OIS, optical image stabilization) pada lensa sangat berperan dalam menghasilkan rekaman video yang terhindar dari getaran dan goyang.
Kamera X-S10 ini adalah kamera ketiga dari keluarga seri X Fujifilm yang mendapat fitur IBIS, setelah seri X-H1 dan X-T4 yang hadir sebelumnya.
FUJIFILM JAPAN/X LAB
Kamera Fujifilm X-S10 dilengkapi fitur penstabil gambar mekanik IBIS, setelah sebelumnya fitur ini dipasang di kamera seri X lainnya, yakni X-H1 dan X-T4.
Namun, sistem IBIS di dalam X-S10 ini 30 persen lebih kecil dibandingkan dengan IBIS yang ada pada seri X-T4. IBIS pada kamera ini menyesuaikan dengan ukuran bingkai sensor X-Trans CMOS 4 (APS-C) 26,1 megapixel (MP) yang ukurannya 23,5 mm x 15,6 mm.
Sensor X-Trans CMOS 4 yang dipadu mesin pemroses gambar X Processor 4 menghasilkan performa autofokus deteksi mata, wajah, dan subyek yang bergerak cepat. Kecepatan autofokus pada Fujifilm X-S10 ini setara dengan seri X-T4 dan X-Pro3 yang kecepatannya mencapai 0,02 detik.
u2028KOMPAS/EDDY HASBY
Foto ini direkam dengan teknik ”burst” 30 bingkai per detik dengan kamera Fujifilm X-S10 pada Kejuaraan Dunia Lompat Rintangan Liga Asia Tenggara yang berlangsung di Arthayasa Stable, Depok, Jawa Barat, Minggu (13/12/2020).
Sistem fokus otomatis Intelligent Hybrid Phase Detection yang ada di kamera ini mampu mendeteksi subyek secara otomatis pada kondisi cahaya amat rendah, memberikan kemudahan pada saat mencari subyek dalam kondisi gelap.
Kamera ini juga menyediakan fitur rekam video resolusi 4K dengan kecepatan 29,97 fps (200 Mbps) dan Full HD dengan 59,94 fps (200 Mbps). Rekaman video ini menghasilkan file video MOV/H.264 LPCM dan MP4/H.264 ACC, rekam internal 4:2:0 8 bit dan rekam eksternal HDMI 4:2:2 10 bit.
KOMPAS/EDDY HASBY
Meskipun memiliki bodi yang kecil dan ringan, kamera Fujifilm X-10S ini mempunyai kemampuan yang cukup besar. Terdapat IBIS (<i>in-body image stabilization</i>) dan kemampuan merekam video 200 fps untuk gerakan lambat dan kecepatan rana tinggi untuk kreativitas kreator yang membutuhkan multikonten.
Setelah Fujifilm X-T4 dilengkapi dengan rekam video high frame rate (video gerak lambat) hingga 240 fps, kini giliran Fujifilm X-S10 juga diberi kemampuan rekam video gerak lambat. Perekaman kecepatan tinggi pada mode Full HD di kamera ini menyediakan kecepatan rekam 240 fps terdiri dari 4 x 59,94p; 8 x29,97p; 10 x 24p; dan 10 x 23,98p dan 200 fps pada 4 x 50p dan 8 x 25p.
Ditanamnya fitur high frame rate di kamera ini tampaknya akan menjadi spesifikasi standar pada kamera seri X kelas prosumer dan seterusnya.
Selain itu, yang sudah menjadi standar di setiap kamera Fujifilm, disediakan mode warna simulasi film Eterna Bleach Bypass, Velvia, Provia, dan lainnya, termasuk di X-S10 ini. Sementara baterai kamera seharga Rp 16 juta ini masih mengunakan jenis baterai lama seri NP-W126S.
KOMPAS/EDDY HASBY
Fujifilm X-S10 dengan lensa Fujinon XF 16mm F2.8 R WR.
Pihak Fujifilm menggarisbawahi bahwa Fujifilm X-S10 ini bukan kelanjutan dari kamera Fujifilm X-S1 yang diluncurkan pada 2012. Tahun itu, Fujifilm merilis kamera DSLR seri X-S1 dengan sensor EXR CMOS 12 megapiksel.
”Fujifilm X-S10 bukan generasi penerus dari Fujifilm X-S1 yang pernah dikembangkan Fujifilm. Kamera X-S10 ini dirancang baru untuk melengkapi kamera pada seri X,” kata Anggiawan Pratama, Marketing Manager Electronic Imaging PT Fujifilm Indonesia.
Anggiawan menambahkan, kamera ini lebih berperan menjembatani fotografer yang ingin ”hijrah” dari penggunaan sistem DSLR ke kamera tanpa cermin (mirrorless) dan dikonsepkan serba guna untuk kebutuhan kreator konten, terutama dalam membuat video.