Wisata Edukatif Tanpa Hura-hura
Tanpa hura-hura berlebihan, orang-orang menemukan makna lebih dalam dengan pembelajaran di musim liburan Tahun Baru. Pelbagai manfaat bisa dipetik meskipun tanpa trompet, kembang api, dan petasan.
Sebagian masyarakat berlibur sambil tetap berawas dengan menerapkan protokol kesehatan. Tanpa hura-hura berlebihan, mereka menemukan makna lebih dalam dengan pembelajaran. Pelbagai manfaat bisa dipetik meski tanpa trompet, kembang api, dan petasan.
Riyan Egi bersama perempuan berbusana sinterklas saling melempar gurauan. Tak perlu berlama-lama, penjaga panda merah Taman Safari Bogor, Jawa Barat, itu dikerumuni pengunjung yang tetap menjaga jarak. Tak sekadar berbalas kelakar, mereka spontan memikat dengan uraiannya yang bernas.
”Panda merah selain di China juga ada di Nepal, Bhutan, Myanmar, dan Laos. Makanannya 90 persen daun bambu,” ujar Egi, Minggu (27/12/2020). Terlebih, saat ia mengiming-imingi hadiah, wisatawan langsung berlomba menanggapinya. Gilbert Justin (13) serta-merta menjawab tepat.
Warga Cimahi, Jabar, itu berkesempatan memberi makanan kepanda merah. Ia menyorongkan apel, pir, wortel, dan keik panda merah dalam bambu. ”Itu termasuk snack (makanan ringan). Kukunya tajam, tetapi jangan khawatir karena hanya dipakai untuk memanjat pohon dan melawan predator,” kata Egi.
Shuai Shuai dan Mey Mey dengan lincah menghampiri Gilbert. Tak lupa, ia berfoto bersama sepasang panda merah yang tampak jinak itu. Pengunjung yang tak mengikuti kuis juga bisa berdekatan dengan satwa arboreal itu dengan tarif Rp 75.000.
”Senang banget. Banyak atraksi. Aku pilih ke sini karena bisa belajar soal hewan. Edukasi sama hiburannya seimbang,” kata Gilbert yang berlibur bersama keluarga. Sempat tebersit sedikit waswas, tetapi ia berangsur tenang dengan penerapan protokol kesehatan.
Di depan kandang, dipasang papan yang mencantumkan foto dan informasi tentang panda merah. Beberapa wisatawan menambah wawasan tentang satwa yang menggemaskan tetapi terancam punah itu. Di lokasi berbeda, tak kalah pula antusias pengunjung yang menyorongkan pakan kepada penguin dan orangutan.
Tak terlihat keramaian wisatawan yang berdesak-desakan. Mereka bisa menjaga jarak dengan nyaman dan mengolesi tangan dengan disinfektan yang tersedia di sejumlah sudut. Pengunjung juga mengenakan masker, begitu pula petugas Taman Safari Bogor.
”Momen Natal dan Tahun Baru ini kostum sinterklas dipakai petugas dan menemani pengunjung yang kasih makan satwa,” kata Media Relation Taman Safari Bogor, Yulius H Suprihardo. Tanpa jorjoran, tamasya yang dipadu edukasi itu diintensifkan seiring pandemi yang masih merebak.
Prioritas protokol
Pohon natal setinggi 7 meter yang dibuat dari 2.020 botol plastik juga didirikan untuk menyadarkan pengunjung akan konservasi lingkungan. Mereka diajak membawa botol minuman, tas belanja, dan kotak makanan untuk mengurangi sampah plastik.
”Di tengah pandemi, kami mengutamakan keprihatinan. Protokol kesehatan menjadi prioritas. Pukul 17.00 saja loket sudah ditutup,” kata Yulius. Antrean kendaraan menuju Taman Safari Bogor yang biasanya mengular pada akhir pekan biasa tak terjadi.
Saat pengemudi dan penumpang tiba, petugas dengan alat pelindung diri (APD) menyambut mereka lalu mengecek suhunya. Mobil lantas disemprot disinfektan. Kendaraan juga melintas tanpa kemacetan di antara hewan-hewan yang berkeliaran. Mencari slot parkir pun tak sulit.
Tak ada nyaring trompet yang lazim menggema saat pergantian tahun. Seusai makan malam, tamu-tamu yang bermalam di Safari Lodges Hotel sudah beranjak ke kamarnya. ”Kembang api juga enggak ada. Kami menaati imbauan Pemkab (Pemerintah Kabupaten) Bogor,” ujar Yulius.
Lokasi yang juga menawarkan program rekreasi edukatif dan aman tanpa harus berhura-hura tetapi tetap bersukaria antara lain Jakarta Aquarium & Safari, Jakarta. Suasana di dalam wahana ini tak banyak berubah. Sekitar 3.500 satwa akuatik dan non-akuatik berada di dalamnya. Didominasi lampu yang memendarkan warna biru dengan nuansa temaram, seolah pengunjung sedang memasuki bawah laut sesaat setelah melewati pintu masuk.
Berbagai akuarium besar berisi beragam jenis ikan pun menyambut. Di bagian lain, akuarium berganti tempat tinggal berang-berang. Sebelum akhir perjalanan mengitari tempat wisata ini, kembali berjejer akuarium besar berisi berbagai ikan. Ada pula swirl tank yang jadi favorit untuk berswafoto dan pertunjukan putri duyung.
Penyesuaian program
Untuk liburan Natal dan akhir tahun ini, Jakarta Aquarium & Safari tetap menjalankan program tahunan dengan penyesuaian. Apabila biasanya ada momen berfoto bersama Sinterklas, kini disesuaikan dengan tampilan tokoh itu di bawah air yang dilakukan putri duyung. Biasanya, mereka muncul dalam pertunjukan reguler bertajuk ”Pearl of the South Sea”.
”Putri duyung ini memakai topi dan kostum sinterklas serta berenang dan menari untuk menghibur pengunjung. Bisa juga swafoto di depan akuarium indoor dengan latar belakang pohon natal bawah air yang terdiri dari rangkaian pipa PVC daur ulang,” kata Head of Social, Branding, and Communication Jakarta Aquarium & Safari Fira Basuki.
Selain itu, lorong yang tiap tahunnya dihias dengan tema berganti yang ceria, kini dipilih untuk dipasangi lonceng-lonceng yang dapat dibunyikan pengunjung sambil bersyukur atau berdoa. Ada pula wahana rumah miring dan layanan jamuan makan pribadi dengan pemandangan hewan akuatik.
”Satwa-satwa ini merupakan edukasi. Bahkan, di masa pandemi, masyarakat bisa melihat satwa endemik Indonesia, seperti binturong dan walabi,” tutur Fira.
Bagi anak-anak, ditawarkan juga program kreatif berupa menghias kue natal. Untuk protokol kesehatan, Jakarta Aquarium & Safari cukup ketat menjalankannya. Selain karyawan yang rutin menjalani tes usap, pengunjung dibatasi dan diatur jaraknya sesuai marka yang dipasang.
Untuk pertunjukan reguler dan khusus, kapasitas pengunjung dibatasi dan diberi penanda untuk menjaga jarak. Fira mengungkapkan, jumlah pengunjung jelas tak sebanyak dibanding sebelum pandemi.
Virna Amanda (35) yang mengunjungi Jakarta Aquarium & Safari sehari setelah Natal bersama keluarganya merasa cukup aman. Momen menjelajah akuarium dan tempat tinggal satwa lain pun leluasa karena tak banyak orang.
Edukasi virtual
”Sudah ketiga kalinya ke sini. Namun, saat pandemi, baru sekarang. Kami datang pas jam buka banget karena pasti masih sepi. Beneran dong sepi. Jadi berasa punya sendiri. Bebas ke mana-mana. Foto dan coba spot baru enggak takut karena enggak banyak orang. Anak senang juga,” ujarnya.
Menurut Virna, sulit mencari tempat rekreasi yang akomodatif bagi anak-anak yang masih balita. Sebagian besar lokasi wisata memiliki batasan usia sehingga ia sempat kebingungan mencari tempat untuk melepas penat sejenak bersama keluarga kecilnya. ”Keluar kota lebih enggak mungkin dan enggak berani juga sih,” katanya.
Taman Impian Jaya Ancol juga mengadakan edukasi virtual. Sea World Ancol, misalnya, memberi pembelajaran tentang hewan laut. ”Dunia Fantasi pun ada kelas fisika,” Direktur Pemasaran PT Pembangunan Jaya Ancol Febrina Intan saat Kompas Talks bertema ”Aman Berwisata Kala Pandemi”, Desember lalu.
Tujuan wisata di Jakarta itu mendatangkan pula pinisi yang berlayar ke Kepulauan Seribu. Taman Impian Jaya Ancol tak menyelenggarakan perayaan Tahun Baru. ”Buat pengunjung yang enggak pakai masker, sanksinya menyapu jalan. Kalau masih membandel, kami minta keluar,” ujar Febrina.
Tentu masih banyak lagi cara lain untuk berlibur, di antaranya menjelajah alam. Junjung Desawati (37) mengisi liburan Natalnya dengan mendaki ke padang edelweis Surya Kencana dan Gunung Gede, Jabar.
”Takut ada, tetapi kami berempat belajar untuk lebih saling menjaga dan kompak. Rasanya, aku juga lebih menghargai alam. Enggak ada ego,” kata warga Kebon Jeruk, Jakarta Barat, itu.