Ada saja cara untuk melewatkan pergantian tahun. Meski pengujung warsa kali ini hadir di tengah pandemi, kondisi ini tak membuat warga kehilangan kreativitas.
Oleh
FAJAR RAMADHAN/INSAN ALFAJRI
·4 menit baca
Pandemi Covid-19 membuat perayaan Tahun Baru 2021 menjadi hambar. Pemerintah kembali memperketat mobilitas sosial masyarakat untuk menekan laju pertumbuhan kasus. Di rumah saja menjadi pilihan sejumlah warga untuk mengakhiri tahun ini.
Di Jakarta, misalnya, tempat wisata hanya beroperasi hingga pukul 17.00. Kafe dan restoran dilarang menjadi tempat berkumpul untuk merayakan pergantian tahun. Pelanggar akan diberikan sanksi tegas, seperti penyegelan tempat usaha. Selain itu, mobilitas warga ditekan dengan mewajibkan pelaku perjalanan melampirkan tes cepat antigen tiga hari sebelum keberangkatan.
Agar pergantian tahun tak berlalu begitu saja, Stella Prita (27), warga Jakarta Timur, menyiapkan acara khusus bersama suami dan anaknya di rumah. Mereka akan mengadakan pesta barbeku sederhana. ”Tahun ini di rumah saja. Sembari menikmati malam pergantian tahun, kami mau barbekuan daging sapi, gitu,” ujarnya, Minggu (20/12/2020).
Ini bukan pertama kali Stella menghabiskan malam pergantian tahun di rumah. Tahun lalu, ia harus mendekam di rumah lantaran Jakarta dilanda hujan lebat. Hujan menyebabkan banjir parah di tempatnya.
”Dari 2014-2018 aku tahun baru selalu kumpul sama keluarga besar. Tahun 2019, aku juga cuma berdua sama teman di indekos Jakarta, bikin pesta shabu-shabu (makanan khas Jepang),” ujarnya.
Stella juga sudah diingatkan oleh pendetanya untuk merayakan Natal dan Tahun Baru dari rumah. Ibadah bisa diikuti secara daring. Usia anaknya pun belum genap setahun sehingga ia khawatir untuk beraktivitas di luar ruang.
Roro (27), karyawan swasta asal Jakarta Pusat, sebelumnya sudah membuat rencana untuk merayakan Tahun Baru di Bandung, Jawa Barat, bersama teman-teman kantornya. Namun, aturan tes antigen bagi semua warga yang keluar masuk Jakarta membuat dia dan teman-temannya gamang.
”Padahal sudah sejak awal Desember lalu mau liburan ke Bandung kayak libur Idul Adha lalu. Tapi, karena ada pengetatan (tes antigen), kayaknya batal,” ujarnya.
Roro dan kawan-kawan akhirnya menyiapkan rencana cadangan. Mereka akan tetap menggelar perayaan Tahun Baru dengan berkumpul di indekos. Intinya, mereka akan tetap menghabiskan malam terakhir di 2020 bersama-sama. ”Kami cuma berempat. Gak ada bakar-bakaran atau pesta kembang api. Paling cuma ngobrol atau nonton film saja,” katanya.
Tahun ini seharusnya menjadi perayaan Tahun Baru pertama bagi Roro dan teman-teman. Sebab, tahun lalu mereka belum saling kenal lantaran Roro masih bekerja di kantor lamanya di Semarang, Jawa Tengah.
”Kecewa karena enggak bisa merayakan Tahun Baru tanpa pesta, sih,
enggak. Karena kondisinya memang masih kayak begini. Cuma kecewa saja kita masih belum bebas dari pandemi,” ujarnya.
Bagi Ikhwani Sofia (26), pekerja di salah satu bank di Jakarta Selatan, akhir tahun ini merupakan masa derita paket lengkap. Selain pandemi Covid-19 yang membatasi pergerakannya, dia terserang herpes di wajah setelah balik dari kampung beberapa waktu lalu. Wajahnya mengalami ruam kemerahan.
Kantornya memberi libur dua minggu untuk pemulihan. Sekarang, dia sedang menjalani rawat jalan. Urusan wajah belum selesai, asmara bersama pasangan juga sedang mengalami ”turbulensi”. Tak ada ajakan dari pacar untuk melewati akhir tahun bersama.
Semua keadaan ini membuatnya tak bersemangat menanti perayaan Tahun Baru. ”Paling kalau sudah sembuh aku ke tempat keluarga di Srengseng, Jakarta Barat,” ujarnya.
Warga Tangerang Selatan, Banten, Gina Mardani (25), juga akan melewati Tahun Baru di rumah. Kasus Covid-19 yang belum melandai membuatnya khawatir keluar rumah.
Beruntung, dia sudah mencicil liburan November lalu. Dia pelesir ke Yogyakarta dan menginap beberapa hari di sana. Paling tidak, setahun ini waktunya tak melulu habis oleh kerja.
”Jadi, ya, di rumah saja. Masih khawatir sama kerumunan karena pandemi begini. Waktu liburan ke Yogyakarta, aku menghindari hari libur. Paling aku kebagian jatah piket di akhir tahun nanti. Sekalipun libur, aku tetap di rumah saja. Tak ada perayaan,” kata pekerja di salah satu lembaga swadaya masyarakat di Jakarta Selatan ini.
Dwi Oktarina (29), warga Padang, Sumatera Barat, sebenarnya ada rencana untuk menginap di salah satu vila di Bukittinggi. Dia diajak teman sekampus. Namun, salah seorang temannya tiba-tiba tak jadi ikut. Akhirnya, rencana itu batal. ”Untung vila belum dipesan,” ujarnya.
Tak jadi ke Bukittinggi, Dwi melirik pekerjaan yang terbengkalai. Sarjana tata busana ini membuka usaha jahit pakaian di rumah. Menjelang akhir tahun, ada tiga setel pakaian yang harus selesai. ”Tahun Baru jadinya berkutat dengan mesin jahit, ha-ha-ha,” katanya.
Sementara Arif Sadikin (26), pekerja di salah satu bank swasta, memilih
staycation di salah satu hotel di Jakarta. Menurut dia, ini kegiatan yang paling mungkin dilakukan karena pemerintah memperketat akses ke luar kota. Menurut rencana, ada beberapa teman kantor, termasuk pacarnya, yang ikut