Mal Lokasi Penghiburan Warga di Libur Natal dan Akhir Tahun
Kemeriahan libur akhir tahun yang hadir di pusat-pusat perbelanjaan atau mal menjadi pelipur lara bagi masyarakat perkotaan. Pengelola mal berupaya menguatkan hubungan timbal balik antara pelaku usaha dan masyarakat.
Kemeriahan libur akhir tahun yang hadir di pusat-pusat perbelanjaan atau mal menjadi pelipur lara bagi masyarakat perkotaan. Pengelola mal tetap berupaya memberi penghiburan serta menguatkan hubungan timbal balik antara pelaku usaha dan masyarakat.
Selasa (22/12/2020) siang, suasana beberapa pusat perbelanjaan di ibu kota DKI Jakarta, yaitu Senayan City di Jakarta Pusat dan Mal Ciputra di Jakarta Barat, diramaikan pengunjung dari berbagai kalangan usia, baik orang tua maupun anak-anak.
Seperti Roseline (34) yang datang ke Mal Ciputra bersama ibu mertuanya yang berusia 63 tahun dan dua anaknya, yang masing-masing berusia tiga dan lima tahun.
Setelah satu jam berkeliling mal, Roseline dan mertuanya membawa beberapa bungkus belanjaan yang terdiri dari kebutuhan harian dan beberapa dekorasi Natal yang dibeli di arena bazar.
”Kami ke sini untuk belanja dan refreshing karena saya sudah libur kerja, anak-anak dan mertua saya juga sudah lama di rumah saja,” ujar Roseline, warga Tomang, Jakarta Barat, tidak jauh dari mal tersebut.
Kendati lokasi mal dan rumah mereka dekat, Roseline mengaku, ia belum terlalu berani untuk membawa keluarganya pergi ke mal. Pada kesempatan itu, ia pun mengaku sangat bawel mengingatkan anak-anak dan mertuanya untuk tetap memakai masker dan membersihkan tangan setelah menyentuh barang.
Bagaimanapun, mal terdekat jadi andalan untuk mencari hiburan, terlebih di Natal tahun ini ia dan keluarga telah memutuskan untuk tidak pulang ke kampung halaman di Kalimantan Barat.
Baca juga : PSBB Ketat, Warga Jakarta Belanja ke Mal Tangerang dan Bekasi
Berburu kebutuhan Natal juga jadi tujuan Robert Danuarta (41) dan keluarga kecilnya datang ke Mal Senayan City. Sebagai warga Jakarta, ia mengaku momen ke mal selalu dinanti anak-anaknya. Kendati demikian, ia menyadari pandemi membuat perayaan Natal di mal menjadi kurang meriah.
”Selain belanja, kalau ke mal, kami paling senang foto-foto di dekat dekorasi Natal atau nonton pertunjukan spesial gratis bersama keluarga. Tahun ini agak kurang ya vibe-nya, karena untuk menghindari kerumunan. Tapi, aktivitas pergi ke mal ini tetap penting, sih, supaya kami tetap ’waras’,” ujarnya.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, jelang Natal, pusat perbelanjaan berhias diri dengan dekorasi Natal. Mal Ciputra, misalnya, memajang pohon Natal setinggi lebih kurang 10 meter di atrium mal. Jika tahun lalu area itu juga diisi arena bermain anak, tahun ini sebuah bazar pakaian, kebutuhan rumah, hingga makanan digelar.
Tidak berbeda dengan Mal Ciputra, Senayan City juga memajang pohon Natal raksasa setinggi 18 meter untuk menjadi daya tarik pengunjung. Mal tersebut mengangkat konsep Fstve Season hingga 10 Januari 2021, yang juga menghadirkan program belanja spesial dan penampilan secara luring (offline) maupun daring (online).
Media Communication Manager Senayan City, Leonardo, mengatakan, hadirnya program perayaan tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akhir tahun serta dapat menyempurnakan keceriaan dan kebahagiaan dalam perayaan Natal pengunjung bersama keluarga tercinta.
”Pandemi ini menjadi sebuah tantangan, momen di mana kita bersyukur dengan apa yang kita miliki, juga momen kita harus bekerja ekstra untuk bisa menghadapi kenormalan baru. Tidak hanya pengunjung, tenant-tenant juga kami dukung dengan menghadirkan berbagai program belanja baik secara online maupun offline,” ujar Leonardo.
Pandemi ini menjadi sebuah tantangan, momen di mana kita bersyukur dengan apa yang kita miliki, juga momen kita harus bekerja ekstra untuk bisa menghadapi kenormalan baru. (Leonardo)
Baca juga : Ketar-ketir Belanja Pernak-pernik Natal
Presiden Direktur PT Pakuwon Jati Tbk Stefanus Ridwan mengemukakan, penambahan pembatasan selama Natal dan Tahun Baru, termasuk persyaratan orang masuk-keluar Jabodetabek selama masa Natal dan Tahun Baru dinilai akan meningkatkan kunjungan masyarakat ke mal. Pusat perbelanjaan selama ini telah menerapkan protokol kesehatan yang ketat sehingga memberikan rasa aman kepada pengunjung.
Ia menambahkan, pihaknya juga menawarkan hadiah dan voucer belanja bagi pengunjung mal untuk meningkatkan jumlah kunjungan di libur Natal dan Tahun Baru. Meski kunjungan ke mal diprediksi meningkat, tingkat kunjungan konsumen secara bersamaan diperkirakan tidak akan mencapai 50 persen dari kapasitas mal.
Terjadi pergeseran perilaku pengunjung mal selama pandemi Covid-19. Sebelum pandemi, pengunjung bisa menghabiskan waktu di mal hingga 6-8 jam, namun sejak pandemi, tingkat lama kunjungan hanya 1-2 jam. ”Ini lebih baik juga untuk menghindari kerumunan,” kata Ridwan.
Menurut Ridwan, mal-mal grup Pakuwon Jati, seperti Kota Kasablanka dan Gandaria City, tidak menawarkan program bagi konsumen untuk berbagi di tengah pandemi. Kemampuan dan daya beli konsumen beragam.
Secara terpisah, Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Metropolitan Land Tbk Olivia Surodjo mengemukakan, keberlangsungan sektor pusat perbelanjaan tidak terlepas dari bisnis peritel dan makanan dan minuman yang merupakan penyewa (tenant) dari pusat perbelanjaan. Pihaknya berupaya mendukung penyewa untuk bertahan dan beradaptasi dengan era normal baru untuk bertahan di tengah pandemi.
”Ketika tenant hidup, pusat perbelanjaan juga akan hidup. Oleh karena itu, kami berusaha mendukung tenant di tengah banyak pembatasan. Kami berupaya menjalankan protokol kesehatan bagi setiap pengunjung dan adaptasi era normal baru sebagai upaya bertahan di tengah pandemi,” katanya.
Menjelang penambahan pembatasan jam operasional saat libur Natal dan Tahun Baru, pihaknya berupaya menghadirkan fasilitas-fasilitas yang bisa dinikmati pengunjung mal. Di antaranya, Metropolitan Mall Bekasi menghadirkan area trek sepeda di luar ruangan (outdoor) yang bisa dinikmati oleh pengunjung mal. Fasilitas ini menjadi strategi untuk meningkatkan minat orang untuk datang ke mal, dengan tetap mengutamakan protokol kesehatan.
”Kami melihat minat orang ke mal cukup tinggi di saat liburan nanti, hanya saja konsumen akan mengatur kunjungan ke mal sesuai pembatasan jam operasional,” kata Olivia.
Ia menambahkan, di tengah pandemi Covid-19, muncul inisiatif pusat perbelanjaan untuk berbagi dengan masyarakat dan lingkungan sekitar mal. Di antaranya, membantu Yayasan Wisma Kasih Bunda binaan Anne Avantie dengan membeli bingkisan Natal yang akan dibagikan ke konsumen loyal di mal-mal Metland.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Wijaya mengemukakan, selama ini pusat perbelanjaan telah menunjukkan keseriusan serta komitmen yang kuat dalam pelaksanaan protokol kesehatan. Pusat perbelanjaan menjadi salah satu fasilitas masyarakat yang aman dan sehat untuk dikunjungi di masa pandemi Covid-19.
Ia menambahkan, terdapat dua program berbagi yang digulirkan di tengah pandemi, yakni kegiatan berbagi bersama konsumen yang dilakukan oleh toko atau peritel serta program berbagi yang dilakukan oleh pengelola pusat perbelanjaan untuk lingkungan sekitar pusat perbelanjaan yang terdampak akibat pandemi.
”Banyak sektor usaha informal di sekitar pusat perbelanjaan, seperti kos-kosan, warung, ojek, dan parkir yang juga mengalami keterpurukan. Setiap pusat perbelanjaan membantu secara rutin untuk mengurangi beban yang cukup berat dari usaha informal tersebut,” kata Alphonzus.
Banyak pusat perbelanjaan masih mau menghadirkan dekorasi spesial di akhir tahun kendati banyak dari mereka yang kesulitan secara finansial akibat pandemi.
”Tentunya, di masa pandemi ini, kemeriahan yang dihadirkan pusat perbelanjanjaan selain untuk memeriahkan Natal dan Tahun Baru, juga bisa jadi penghiburan bagi masyarakat yang kini lebih banyak di rumah. Harapannya juga tentu untuk memberi semangat bagi masyarakat yang terdampak pandemi,” tutur Alphonzus.
Tentunya, di masa pandemi ini, kemeriahan yang dihadirkan pusat perbelanjanjaan selain untuk memeriahkan Natal dan Tahun Baru, juga bisa jadi penghiburan bagi masyarakat yang kini lebih banyak di rumah. (Alphonzus)
Tren kunjungan
Di sisi lain, pandemi menurut Alphonzus mengubah kebiasaan pengunjung mal. Jika saat normal aktivitas berbelanja pengunjung mal lebih banyak, saat ini, pengunjung cenderung datang hanya untuk mencari hiburan.
”Di periode normal, orang datang ke mal mungkin buat belanja kebutuhan Natal. Sekarang malah porsi belanja hiburan lebih banyak karena masyarakat banyak di rumah. Ini terlihat saat libur panjang beberapa waktu lalu,” katanya.
Aktivitas hiburan yang dimaksud seperti makan, minum, dan cuci mata. Aktivitas itu dilaporkan banyak dilakukan pengunjung kendati banyak mal masih mengurangi kegiatan event yang berpotensi menimbulkan kerumunan.
Selain adanya perubahan tren belanja, jumlah kunjungan di mal juga disebut belum terlalu membaik dengan kapasitas kunjungan maksimal 50 persen, yang ditetapkan sesuai kebijakan pembatasan sosial. Hingga saat ini, rata-rata kunjungan mal diperkirakan baru 30-40 persen.
Kendati libur akhir tahun diperkirakan meningkatkan kunjungan masyarakat ke mal, kebijakan beberapa pemerintah daerah yang membatasi waktu operasional mal dipastikan menurunkan kunjungan dan berimplikasi pada menurunnya omzet mal dan peritel.
Baca juga : Pusat Perbelanjaan di Jakarta Kembali Beroperasi
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, misalnya, telah mengeluarkan aturan pembatasan operasional tempa usaha, termasuk pusat perbelanjaan atau mal, selama akhir tahun sampai pukul 21.00 Khusus 24-27 Desember 2020 dan 31 Desember hingga 3 Januari 2021, tempat usaha hanya boleh buka sampai pukul 19.00.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pemerintah provinsi setempat juga membatasi jam operasional untuk mal dan tempat hiburan. Mulai 19 Desember 2020 hingga 8 Januari 2021, mal dan tempat hiburan hanya boleh beroperasi sampai pukul 20.00.
Ketua Umum DPP Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah berpendapat, kebijakan ini akan mengurangi pelanggan dan kembali menurunkan kinerja peritel penyewa mal, yang mengharapkan pemulihan di libur akhir tahun.
Apalagi, masih banyak peritel yang mengandalkan aktivitas luar jaringan (luring/offline). Contohnya, sektor makanan dan minuman masih mengandalkan kanal penjualan langsung daripada daring (online).
Sektor usaha itu diperkirakan paling terdampak karena hanya mampu aktif di siang hari sehingga nilai penjualan diperkirakan hanya maksimal 25 persen.
”Orang masih suka makan dan minum langsung di mal daripada online, lalu mereka makan makanan yang harus dipanaskan. Kalau yang penjualannya bagus secara online itu elektronik,” tuturnya.
Baca juga : Cegah Covid-19 Jelang Natal, Pengunjung Mal di Sulut Wajib Tes Cepat
Protokol
Alih-alih membatasi ruang gerak pusat perbelanjaan, Alphonzus berpendapat, pemerintah sebaiknya lebih menegakkan protokol kesehatan di luar mal, yang dinilai masih lemah.
”Penambahan pembatasan tidak akan efektif dan bahkan akan menjadi sia-sia karena penegakan terhadap protokol kesehatan yang masih sangat lemah. Kejadian seperti sekarang ini adalah bukan yang pertama kali dan akan terus berulang kembali akibat penegakan yang tidak konsisten,” katanya berpendapat.
Selama ini, pusat perbelanjaan dinilai telah melaksanakan protokol kesehatan secara berlapis, bukan hanya oleh pengelola pusat perbelanjaan, melainkan juga oleh penyewa pusat perbelanjaan.
Penambahan pembatasan, dinilai Alphonzus, hanya akan mengakibatkan terhentinya kembali roda perekonomian yang sampai dengan saat ini masih dalam kondisi terpuruk. Penambahan pembatasan akan menambah beban perekonomian untuk dapat segera keluar dari masa resesi.