Si Kecil yang Esensial
Bahan metal atau ”stainless steel” memang terlihat mewah dan ”classy”, tapi kadang terasa tak nyaman untuk dipakai dalam jangka waktu lama karena membuat bekeringat.
Better three hours too soon than a minute too late
- William Shakespeare -
Terlambat memang tak pernah menyenangkan bagi siapa saja. Untuk itu, jam tangan pun jadi benda esensial yang lekat dengan banyak orang. Namun, pemakaian terus-menerus berimbas pada daya tahan tali penyangga jam tangan. Bisa jadi tak nyaman, putus, terkelupas, rusak.
Tingginya kebutuhan terhadap produk tali (strap) jam tangan ini pun dijawab oleh Yanto Chou, yang merupakan pemilik Straps. Sejak 2013, ia merintis usaha pembuatan tali jam tangan dengan jenis nato strap yang kebetulan saat itu juga sudah mulai banyak digemari dan dicari di Indonesia.
”Tadinya, saya jualan jam saja. Saya ngeliat, kok, banyak kendala itu justru di tali jam tangannya. Biasanya, kan, diarahin ke service centre, tapi makan waktu, sedangkan customer butuh cepat. Nato strap juga mulai banyak peminat. Jadi, kepikir untuk bikin,” ungkap Yanto saat dihubungi, Selasa (17/11/2020).
Nato strap yang disebut Yanto ini sebelumnya sudah booming di dunia. Semula penggunaan jenis tali jam ini berasal dari militer Inggris. Tali berbahan nilon yang kala itu hanya berwarna abu-abu sengaja dibuat bagi para tentara agar tetap nyaman menggunakan jam tangan dalam berbagai aktivitas keras yang dijalani.
Belakangan, sejumlah jenama ternama, seperti Rolex, Wellington, dan Philippe Patek, melirik nato strap pada produknya. Masuk akal. Para pemakai jam berkelas pun rupanya sering sambat, mengeluh. Bahan metal atau stainless steel memang terlihat mewah dan classy, tapi kadang terasa tak nyaman untuk dipakai dalam jangka waktu lama karena membuat bekeringat. Begitu pula dengan bahan dari kulit yang kadang juga memicu gatal.
Tali jam tangan berbahan nilon bikinan Yanto pun laku. Selain harganya terjangkau, tali jam tangan miliknya juga sesuai untuk sejumlah merek jam tangan dari yang biasa hingga mewah. Dari awalnya hanya membuka satu gerai di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, kini usahanya berkembang menjadi 12 gerai yang juga tersebar di Surabaya dan Bali. Produknya juga sudah masuk ke beberapa negara, seperti Afrika Selatan, Perancis, Singapura, Malaysia, dan Amerika Serikat.
Dalam perjalanannya, bahan yang digunakan Yanto berkembang. Beberapa material yang dipilihnya adalah kulit sapi, kulit piton, kulit pari, denim, hingga kain batik. Semuanya dibuat dengan metode jahit tangan yang teliti. Dari ragam bahan itu, kulit sapi menjadi favorit selain nato strap.
Melalui Straps, pembeli juga dapat mendesain sendiri atau meminta dituliskan nama agar lebih personal. Pesanan dalam jumlah besar untuk keperluan perusahaan atau perkumpulan juga dilayani. Salah satu yang setia memakai jasanya adalah komunitas Harley Davidson.
Meski tali jam tangan banyak dicari, pandemi dirasakan sangat berdampak terhadap bisnis yang dijalani Yanto. Dari 12 gerai, kini hanya tersisa lima gerai yang masih dipertahankan buka. Penjualan secara daring pun menjadi penyelamatnya.
Berbeda dengan Watchstrap.co atau WSCO. Imbas pandemi yang menghampiri tak begitu terasa mengingat sejak awal bisnisnya dijalankan secara daring sejak 2015. Sama seperti Yanto, pendiri WSCO, Dhion Wijaya, juga memulainya dengan tali jam tangan berbahan nilon yang terinspirasi dari nato strap.
”Pengin ganti tali jam tangan, tapi nyari online yang Indonesia, kok, enggak ada. Iseng bikin buat diri sendiri. Hobi juga bikin-bikin. Bahannya pakai velkro dan nilon, ngambil inspirasi dari militer. Gunting sendiri, jahit, terus pakai sendiri, ternyata banyak yang mau,” tutur Dhion.
Ia pun melihat pasar tali jam tangan di Indonesia saat itu masih minor sehingga memacu dirinya untuk serius menghasilkan produk yang berkualitas. Selain velkro dan nilon, bahan lain yang digunakannya berupa kulit sapi, karet, dan kulit buaya. Khusus untuk kulit buaya, Dhion menerapkan sistem prapemesanan. Dari banyak pilihan, model utilitarian dengan bahan nilon yang serba praktis paling laris.
Order pun diakuinya terus berdatangan. Atas dasar ini pula, Dhion menolak untuk melayani pesanan custom. ”Pernah nyobain custom order, tapi enggak kekejar. Saya pikir daripada mengorbankan kualitas, lebih baik fokus yang sudah ada dulu saja,” ujarnya.
Tali jam tangan keluaran WSCO ini dapat dipasangkan dengan sejumlah jenama jam tangan. Namun, ke depan, Dhion mengatakan tengah menjajal untuk menghasilkan keseluruhan jam tangan.
”Enggak cuma talinya, tapi merek jam tangan. Bahannya sejauh ini tetap metal aluminium untuk kepala jam. Untuk talinya nanti lebih variatif dan penginya bawa unsur lokal, seperti strap batik,” ujarnya.
Warna-warni
Jenama Woodka yang dibesut pada 2013 oleh sejumlah mahasiswa Institut Teknologi Bandung sudah lebih dulu menciptakan jam tangan berbahan dasar kayu. Konsep jam tangan yang diusungnya dipadukan dengan tali jam yang mudah diganti sesuai keinginan empunya jam.
”Kami ngerasa strap itu juga elemen pada jam yang sangat penting. Enggak hanya sekadar jadi pengait, tapi juga memengaruhi looks jamnya. Karena itu, kami memilih keluarin produk jam tangan ini dengan interchangeable strap,” kata pendiri Woodka, Ogiv Ghifari.
Sesuai dengan slogannya, ”Embrace Your Uniqueness”, Woodka menawarkan tali jam tangan warna-warni yang menarik. Bahan yang dimanfaatkan berupa kain kanvas dan kulit. Namun, motif dan desainnya bernapas anak muda yang dinamis, baik berupa garis-garis (stripes) maupun semacam pop art.
Bahkan, di beberapa serinya, Woodka memasang karakter kartun, seperti Doraemon, Spongebob Squarepants, Scooby Doo, dan Snoopy, dalam desain dan motif tali jam tangannya. Beberapa kali juga mereka berkolaborasi dengan seniman muda lokal, seperti Diela Maharanie, Wastana Haikal, dan yang terbaru menggandeng Liunic on Things.
”Yang kolaborasi itu paling laku dan banyak dicari. Bisa jadi karena terbatas dan seasonal juga. Tapi, yang pasti, kalau kolaborasi dengan seniman lokal, permintaan melonjak. Ke depannya, kolaborasi akan semakin banyak. Yang akan dilakukan nanti berkolaborasi dengan seniman tradisional,” papar Ogiv.
Pemilihan warna-warni yang atraktif ini tetap akan dipertahankan dalam rangkaian seri selanjutnya. Tidak hanya untuk menarik anak muda, tetapi juga memberi ruang kepada banyak orang untuk menentukan gaya sesuai karakternya lewat tali jam tangan yang unik.
Penunjuk waktu kini memang juga menjadi penanda gaya. Pilih yang sesuai kepribadianmu.