Sedjuk di Keterpencilan
Bakmi itu terasa kenyal, berpadu dengan saus barbeku ala Sedjuk yang gurih. Lumeran pekat yang melapisi jamur itu berbaur dengan telur orak-arik, iga pedas, dan taburan bawang goreng.
Keheningan dan ketenangan menjadi nuansa mengemuka di Sedjuk Bakmi & Kopi dengan tanamannya yang rindang. Konsumen pun rela menempuh jalan-jalan sempit demi mencicipi bakmi ayam ovennya. Tak semata berbisnis, restoran itu sesekali juga menerapkan afeksi sosial.
Semua kursi di Sedjuk Bakmi & Kopi, Rabu (9/12/2020), sudah terisi. Bukan waktu yang lumrah untuk makan, sekitar pukul 10.00, tetapi sejumlah pengunjung mengantre dengan berdiri di tangga untuk bersantap di lantai atas. Tak sampai lima menit, pegawai restoran itu mempersilakan mereka masuk.
Tamu-tamu restoran di Jalan Tulodong Bawah X, Jakarta, itu umumnya berbaju kantoran. Mereka mengenakan kemeja lengan panjang, sepatu berhak, atau celana bahan. Atap Sedjuk Bakmi & Kopi disulap menjadi ruang terbuka dengan aneka tumbuhan rimbun.
Sirih gading, melati, pandan, dan kembang sepatu, ditambah sepasang kipas di langit-langit, mengusir gerah. Balkon yang bisa menampung 30 pengunjung itu dinaungi kaca dengan lapisan kain. Mereka yang memilih kesejukan pendingin udara duduk di bagian bawah bangunan yang berkapasitas 14 orang.
Di jalan menuju restoran yang tak jauh dari Sudirman Central Business District (SCBD) itu, juru parkir sibuk mengatur pengendara. Beberapa pengemudi memundurkan minibusnya lantaran pelataran yang sempit, sudah penuh. Mereka terpaksa menempatkan kendaraannya di jalan lain yang lebih besar.
Supervisor Sedjuk Bakmi & Kopi SCBD Sada Mandala tak hanya mengawasi kelancaran order yang masuk hingga pengantarannya. Ia juga menyiapkan pesanan pengunjung. ”Bakmi iga membara,” ujarnya saat ditanya makanan yang paling disukai konsumen.
Bakmi itu terasa kenyal berpadu dengan saus barbeku ala Sedjuk yang gurih. Lumeran pekat yang melapisi jamur itu berbaur dengan iga pedas, dan taburan bawang goreng. Sajian seharga Rp 55.000 tersebut bertambah sedap dengan potongan cabai merah dan daun bawang.
Bakmi ayam oven sambal matah juga disukai banyak konsumen. Pedas yang menyentak bercampur ayam dengan kuatnya aroma panggang dan jeruk limau. Daging sedikit berlumur minyak dan berwarna coklat dengan kuning keemasan di permukaan itu empuk saat dikunyah. Harga hidangan tersebut Rp 38.000.
Sementara bakmi ayam oven original seharga Rp 30.000 dilengkapi daging yang sama dengan sawi dan semangkuk kaldu hangat. Setiap bakmi disuguhkan dalam mangkuk bergambar ayam jago yang klasik dialasi tatakan dengan sumpit, kecap, dan sambal.
Pengunjung juga bisa memilih bakmi dan nasi shirataki, pasta, siomai, bakso, kue, pisang goreng, kopi, teh, milkshake, hingga es krim. Di Sedjuk Bakmi & Kopi tersedia sekitar 70 makanan dan 55 minuman. Restoran itu buka pukul 08.00-21.00.
”Kami menggabungkan restoran bakmi dan kedai kopi. Biasanya, restoran bakmi, minumannya hanya es jeruk, teh, dan air mineral,” kata Mandala. Minat masyarakat menyesap kopi yang meningkat pesat menginspirasi dibukanya restoran itu pada awal tahun 2019.
”Jumlah pengunjung Sedjuk Bakmi & Kopi SCBD sekitar 150 orang per hari. Kadang-kadang waiting list (pengunjung harus menunggu),” kata Mandala. Konsumen juga bisa datang ke Sedjuk Bakmi & Kopi Cinere di Depok, Jawa Barat, yang beroperasi sejak Juli 2020.
Pembukaan itu akan disusul restoran di Cikeas, Bogor, Jabar, pada awal tahun 2021. Ia tidak menyangkal bahwa lokasi-lokasi usaha tersebut tak berada di tepi jalan ramai. Sedjuk Bakmi & Kopi Cinere harus dicapai dengan melewati jalur-jalur kecil. Restoran di Cikeas juga agak jauh dari keramaian.
Sedjuk Bakmi & Kopi tak sekadar berorientasi profit. Kepedulian terhadap sesama juga diterapkan, misalnya dengan mengirimkan nasi dan lauk-pauk untuk para tenaga kesehatan di enam rumah sakit. Sekitar 160 porsi dimasak selama sepekan pada Maret 2020.
Sejak awal Desember 2020, sebanyak 20 persen dari hasil penjualan dua menu di Sedjuk, yaitu bakmi dan rice bowl ayam oven donasi, juga disumbangkan lewat kerja sama dengan situs penggalangan dana.
Resep nenek
Asal-usul bakmi yang disajikan di restoran itu berakar dari kreasi nenek salah satu pendirinya. Resep rahasia tersebut sudah terjaga sejak tahun 1977. ”Bakmi itu kesukaan keluarganya. Sedjuk Bakmi & Kopi didirikan empat orang,” ucapnya.
Mandala hanya bersedia menyebutkan nama salah satu pendiri, yaitu Muhammad Kautsar, yang akrab disapa Igor. Ia kebetulan sedang berada di restorannya. Penggila kopi tersebut dengan antusias lalu berkisah tentang awal berdirinya Sedjuk Bakmi & Kopi.
”Saya sudah belajar kopi ke Italia, Australia, dan Jepang. Akar saya kopi, tapi juga suka banget bakmi. Saya pakai dua macam kopi. Campuran dan specialty,” katanya. Selain long black yang paling laris, Igor juga mengandalkan kopi sedjuk. Kopi itu diracik dengan gula aren.
”Kayak kopi susu, tapi gula arennya digodok bareng pandan. Didiamkan beberapa hari. Jadi, sesekali terasa sensasi pandan,” katanya. Ia pun mengorelasikan kopi dengan asal mula jenamanya yang simpel dan lucu saat berjualan minuman itu di Jakarta pada tahun 2018.
”Waktu itu, saya jualan di zona internasional Asian Games. Pembeli Melayu datang. Katanya, ’Pak Cik, kopi sejuk satu’. Kok, enak ya dengarnya,” ujarnya sambil tertawa. Tanpa filosofi, ia terinspirasi pembeli yang memesan minuman dingin itu.
Kerja sama
”Saya survei, lebih banyak penggemar bakmi yang suka ayam putih. Bukan yang warnanya gelap seperti mi ayam biasa. Biar beda, dioven,” kata Igor. Diperlukan keterampilan karena pemanggangan yang kompleks agar lembabnya ayam pas. Ia ingin daging itu lembut hingga dalamnya dengan tambahan cita rasa yang khas.
Igor pun membuka peluang untuk mereka yang ingin bekerja sama lewat waralaba. Ia mewajibkan mitranya menyediakan ruang terbuka. ”Jadi, kalau di ruko, maaf, tidak bisa. Tak tertutup kemungkinan di pinggir jalan ramai, tapi kalau bisa, hidden gem atau harta karun tersembunyi. Agak terpencil,” katanya.
Retno Anggraini (40) bisa datang ke Sedjuk Bakmi & Kopi hingga empat kali per bulan. Ia sudah mengunjungi restoran itu di Cinere dan SCBD. ”Kalau dari rumah saya, lebih dekat ke Cinere. Makanannya enak. Ayamnya dioven, jadi terasa unik,” katanya.
Retno pun menikmati suasana restoran itu dengan ruang terbuka yang lega dan nyaman. Ia memfavoritkan bakmi sambal matah, pangsit rebus, dan bakmi komplet. ”Pangsit rebusnya enak banget. Sambalnya pun mantap,” ujar warga Cinere, Depok, tersebut.
Tri Arafati Nugraheni (42) juga gemar mengunjungi Sedjuk Bakmi & Kopi karena nyaman. Warga Limo, Depok, yang datang tiga pekan sekali itu paling suka nasi goreng kecombrang. ”Banyak dan pedasnya mantap. Waktu di Cinere buka, saya sudah datang. Dekat. Hanya 1,6 kilometer dari rumah saya,” katanya.