Sejumlah penonton setia film mulai kembali mengunjungi bioskop dengan protokol kesehatan yang ketat. Mereka rela menjalani aturan tersebut demi mendapat pengalaman sinema yang paripurna.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Farid (25) sempat tertegun saat pertama kali menapakkan kaki ke bioskop. Banyak keraguan darinya untuk kembali mengunjungi bioskop di tengah pandemi Covid-19. Apalagi selama sekitar sembilan bulan pandemi, kurva penambahan kasus di Indonesia belum juga melandai.
Meski begitu, dia telah beberapa kali mencari informasi bahwa bioskop beroperasi dengan protokol kesehatan yang ketat. Kepergiannya pada Jumat (18/12/2020) siang dipilih atas pertimbangan situasi yang tidak terlalu ramai.
Dia berencana menonton film lokal berjudul The Science of Fictions yang disutradarai Yosep Anggi Noen. Atas sejumlah saran pengalaman menonton yang lebih maksimal, dia memberanikan diri ke bioskop.
Protokol yang berjalan saat itu cukup ketat. Sebelum masuk, Farid telah diukur suhu dan dimintai informasi data diri. Pembelian tiket wajib dengan transaksi nontunai serta pemberian tiket dilakukan tanpa kontak fisik dengan petugas sama sekali.
Begitu pun saat menunjukkan tiket kepada petugas bioskop. Farid diminta merobek sendiri potongan tiket, lalu meletakkannya di sebuah kotak. ”Saya agak canggung karena kontak fisik antarorang benar-benar tidak terjadi,” ujarnya saat di bioskop XXI Plaza Senayan, Jakarta Selatan, Jumat siang.
Farid kemudian antre dengan beberapa orang yang akan menonton di ruangan studio 1. Siang itu, hanya ada belasan orang yang menonton di dalam ruangan berkapasitas ratusan penonton.
Seperti Farid, sejumlah orang di Jakarta mulai memberanikan diri untuk kembali ke bioskop saat pandemi. Situasi di bioskop XXI Plaza Senayan, misalnya, mulai mendapat kunjungan dari penonton meski jumlahnya tak mencapai puluhan pada Jumat siang.
Robertus Rony (31) juga memberanikan diri ke bioskop di Mal Citraland, Jakarta Barat, Selasa (15/12/2020). Alasannya menyempatkan ke bioskop juga karena menonton film The Science of Fictions. Dia memilih jadwal malam hari di hari kerja untuk menghindari potensi kerumunan.
Alasan Robert ke bioskop saat itu lantaran film yang dia tonton tidak tayang di platform selain bioskop. Dari sejumlah ulasan di media sosial, dia meyakini bahwa film itu menawarkan pengalaman menonton yang maksimal dari layar lebar.
”Aku sengaja nyempatin waktu karena itu film lokal dan ulasan dari orang-orang juga menarik. Aku juga masih lumayan selektif, sih, memilih tontonan di bioskop. Kalau bukan yang aku suka atau bagus banget, pasti enggak akan kutonton di bioskop. Mungkin sebagian bisa dari platform streaming saja,” ucap pendatang asal Jawa Tengah ini.
Selain Farid dan Robert, Fadilah Muhammad (28) juga kembali menonton film di bioskop CGV Grand Indonesia, Kamis (17/12/2020). Meski sebagian penggemar mulai kembali ke bioskop, pemandangan kursi kosong masih banyak terlihat.
Kondisi sepinya bioskop juga tampak dari jajak pendapat Litbang Kompas yang melibatkan 522 responden berusia minimal 17 tahun pada 26-28 Oktober 2020. Hanya 10,3 persen responden yang akan pergi menonton jika bioskop kembali dibuka di kota mereka. Hampir 70 persen responden menyatakan tidak akan ke bioskop dan 10,8 persen lainnya ragu-ragu.
Harapan pada bioskop
Geliat bioskop yang tampak perlahan pulih menjadi harapan banyak pihak. Chief executive officer dan pendiri rumah produksi Visinema Pictures, Angga Dwimas Sasongko, mengatakan, pada akhirnya memang permintaan terhadap film di bioskop akan kembali pulih seiring waktu.
”Kami sadar bahwa akhirnya pasar (film) akan pulih. Namun, butuh stimulus berupa konten atau film baru yang memang dibuat untuk tayang di bioskop. Film Generasi 90an: Melankolia akan jadi stimulus dari kami untuk pemulihan pasar,” kata Angga dalam wawancara terbatas secara virtual, Rabu (18/11/2020).
Direktur CGV Cinemas Indonesia Dian Sunardi Munaf menyebutkan, pembukaan bioskop direspons positif oleh sebagian pencinta film. Animo masyarakat relatif baik sejak CGV dibuka kembali pada Oktober 2020. Jumlah penonton bertambah seiring berjalannya waktu.
”Belakangan jumlah penonton cukup banyak di akhir pekan. Ini tampak dari lobi bioskop yang relatif ramai. Kemungkinan mereka adalah penonton yang selama ini wait and see (tunggu dan lihat) bagaimana kondisi bioskop. Mereka mulai berani karena melihat sudah ada yang pergi ke bioskop,” kata Dian, akhir November silam.
Meski mulai bergeliat, disiplin penegakan protokol kesehatan tetap menjadi tantangan. Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan menyebutkan, selama penonton tetap disiplin memakai masker dan tidak berkontak fisik di bioskop, mungkin potensi penularan dapat benar-benar dicegah.
Dia juga mengingatkan, potensi penularan di bioskop tetap ada. Hal itu karena setiap orang berkumpul di tempat yang sama dalam waktu berjam-jam. ”Apabila ada satu orang saja yang ternyata positif tanpa gejala, maka orang-orang di dalam bioskop tergolong sebagai kontak erat. Sebaiknya perlu menimbang lagi dengan matang keputusan menonton (di bioskop),” ucapnya.