Para pemilik BMW X7 dan BMW Seri 7 akan menghabiskan sebagian besar waktunya dengan duduk di kursi penumpang belakang. BMW Group Indonesia pun mengajak jurnalis merasakan pengalaman menjadi ”pemilik” ini.
Oleh
Dahono Fitrianto
·6 menit baca
Setiap tahun, BMW Group Indonesia selalu mengundang para jurnalis dalam uji kendara jarak jauh mobil-mobilnya. Ini bertujuan mengungkap performa dan fitur-fitur mobil di medan yang sesungguhnya. Namun, hal itu tak bisa dilakukan tahun ini.
Beberapa acara uji kendara itu, misalnya, perjalanan menggunakan BMW Seri 5 terbaru (G30) ke lima kota di Pulau Jawa, yakni Jakarta, Cirebon, Semarang, Solo, dan Surabaya, pada Maret 2018. Tahun berikutnya, tepatnya pada September 2019, kami diundang untuk menguji BMW Seri 3 terbaru (G20) dalam perjalanan dari Surabaya menuju Seminyak di Pulau Bali. Dalam setiap acara ini, para jurnalis bergantian mengemudikan mobil-mobil tersebut untuk merasakan langsung performanya.
Akan tetapi, pandemi Covid-19 berkepanjangan yang melanda dunia membuat acara media drive tak bisa dilakukan tahun ini. Untunglah BMW Group Indonesia kemudian menemukan cara lain untuk mengajak para jurnalis merasakan berbagai keunggulan produk-produknya tanpa kami harus duduk berjam-jam di kursi pengemudi untuk mengembara ke luar kota.
Dalam acara bertajuk ”BMW Private Driving Experience”, yang dilakukan dalam beberapa putaran, akhir Oktober hingga awal November 2020, para jurnalis justru diarahkan duduk di kursi penumpang. Untuk membatasi peserta dan menghindari kerumunan, dalam setiap putaran hanya dua jurnalis yang diundang untuk merasakan menjadi penumpang dua mobil flagship BMW, yakni BMW X7 dan BMW Seri 7.
Ini adalah konsep yang masuk akal karena pada realita kesehariannnya, para pemilik dua model mobil ini akan lebih banyak menghabiskan waktunya dengan duduk di kursi penumpang di baris kedua. Kini awak media diharapkan merasakan langsung simulasi menjadi ”pemilik” X7 dan Seri 7 itu tanpa distraksi untuk mengendarai mobil seperti lazimnya pada acara media drive. Jadi, kami pun akan fokus pada apa yang akan dirasakan penumpang mobil di kursi belakang, tanpa menghabiskan banyak waktu membahas sisi teknis performa kendaraan.
Tinggi
Pada hari pertama, Jumat (1/11/2020), sebuah BMW X7 xDrive 40i Pure Excellence warna hitam yang dibawa pengemudi berpengalaman dari BMW Group Indonesia datang menjemput Kompas. Setelah memasukkan koper ke ruang bagasi, yang masih cukup lapang meski kursi baris ketiga ditegakkan, Kompas pun langsung meloncat ke kursi baris kedua.
Di baris kedua ini terdapat dua kursi dalam konfigurasi captain seat, yakni dua kursi individual lengkap dengan sandaran tangan. Jujur saja, ini adalah kursi paling nyaman di mobil seharga Rp 2,399 miliar (off the road) ini. Kursinya berukuran cukup besar, dengan busa yang empuk berlapis kulit Merino. Setiap kursi bisa diatur secara elektronik.
Di hadapan setiap kursi ini, menempel di sandaran punggung kursi depan, terdapat layar sentuh berukuran 10,2 inci yang membuat penumpang belakang bisa mengakses dan mengontrol sejumlah fungsi mobil. Mulai dari fungsi hiburan hingga mengakses peta navigasi bawaan mobil.
”Konfigurasi interior dengan captain seats ini paling dicari pelanggan di Indonesia. Sehingga secara keseluruhan mobil bisa menampung 6 orang dengan kenyamanan dan desain sangat eksklusif,” tutur Jodie O’Tania, Direktur Komunikasi BMW Group Indonesia.
Di sisi hiburan, di baris kedua ini juga disediakan slot untuk cakram Blu-ray. Kualitas audio besutan Harman/Kardon dengan 16 speaker sudah cukup memanjakan telinga di sepanjang perjalanan.
Bodi X7 yang sudah besar terasa makin lapang dengan keberadaan dua kaca panoramik. Satu kaca berukuran besar membentang dari kursi depan hingga kursi baris kedua. Sementara kursi baris ketiga memiliki kaca panoramik yang lebih kecil ukurannya. Pada malam hari, lampu-lampu LED kecil yang menempel di kaca ini akan menampilkan pemandangan seperti langit penuh bintang berkelap-kelip.
Sementara untuk menambah faktor kenyamanan, X7 sudah dilengkapi sistem AC dengan lima zona. Jadi, setiap penumpang di kursi depan dan kursi baris kedua bisa mengatur sendiri suhu AC yang paling nyaman untuk dirinya. Ditambah dengan satu pengaturan untuk dua kursi baris ketiga.
Dalam perjalanan menuju restoran Plataran Menteng, terasa bagaimana duduk di kursi baris kedua selain nyaman juga memiliki sudut pandang yang luas karena posisi mobil yang tinggi.
Hanya saja, pada saat mode berkendara mobil menggunakan mode Comfort, suspensi mobil terasa terlalu empuk sehingga terasa mengayun-ayun dan gejala limbung di kecepatan tinggi masih terasa. Namun, gejala ini hilang saat mode berkendara dipindah ke Sport, di mana kekerasan suspensi meningkat untuk menjaga kestabilan di kecepatan tinggi. Memang, di mode Sport ini, entakan akselerasi mobil juga lebih terasa. Akhirnya semua kembali ke selera penumpang, untuk meminta pengemudi memosisikan mode di Sport atau Comfort.
Setelah menginap semalam di Hotel Fairmont Jakarta di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, kami pun dibawa ke Padang Golf Sentul Highland di kompleks Sentul City, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (31/10/2020). Benar saja, mode Sport terasa lebih nyaman di kursi belakang saat mobil dibawa dalam kecepatan relatif tinggi di Tol Jagorawi.
Rileks
Setelah berlatih golf di driving range dan makan siang di Sentul Highland, kami dibawa kembali ke hotel dengan bertukar mobil. Sekarang giliran Kompas merasakan kenyamanan BMW Seri 7, sedan kasta tertinggi pabrikan asal Bavaria, Jerman, ini.
Dari dua varian Seri 7 yang dipasarkan di Indonesia, varian yang digunakan pada acara ini adalah BMW 730 Li M Sport. Ini adalah untuk pertama kalinya Kompas menjajal sedan Seri 7 setelah facelift (BMW menyebutnya Life Cycle Impulse/LCI). Perubahan tampilan yang langsung mencolok adalah gril double kidney-nya yang besar dan belakangan menjadi tren di sebagian besar model-model BMW.
Trim M Sport juga ditunjukkan dengan desain lubang udara (air intake) depan yang lebih agresif, desain velg BMW M dengan kaliper rem BMW M warna biru, dan pemasangan ducktail di tutup bagasi belakang. ”BMW 730 Li M Sport ini memang desainnya lebih sporty dan young karena diarahkan ke konsumen yang lebih muda dibanding varian BMW 740 Li Oppulence. Ini buat para CEO yang masih muda dengan gaya berbeda,” kata Bayu Riyanto, Vice President of Sales BMW Group Indonesia.
Begitu mengempaskan tubuh di kursi belakang, terasa sensasi yang berbeda dibanding kursi X7. Kursi Seri 7 ini terasa menyangga tubuh dengan lebih nyaman, sesuai kodratnya sebagai sedan mewah. Memang ketinggian posisi duduk yang didapatkan di X7 juga hilang, digantikan dengan posisi duduk yang lebih rileks.
Kelapangan ruangan jelas menyusut, tetapi karena varian Seri 7 yang dibanderol Rp 1,829 miliar (off the road) ini adalah versi dengan wheelbase panjang (ditunjukkan dengan inisial Li), ruang duduk belakang tetap terasa lega untuk ukuran sedan. Dua atap panoramik satu di atas kursi depan dan satu lagi di atas kursi belakang menambah kesan lapang ini saat dibuka penutupnya.
Saat sandaran tangan di bagian tengah kursi dibuka, di situ terdapat panel kontrol elektrikal kursi belakang, sekaligus sebuah tablet yang menjadi semacam remote control bagi penumpang belakang untuk mengakses fitur-fitur hiburan dan navigasi mobil. Semua ditayangkan di dua layar sentuh berukuran 10,2 inci yang menempel di sandaran punggung kursi depan.
Setelah menikmati acara makan malam istimewa di Pod Dining Hotel Fairmont Jakarta, keesokan harinya kami dibawa menuju restoran Hygge di kawasan BSD City, Tangerang, Banten, untuk penutupan acara. Pada perjalanan ini, Kompas mencoba duduk di kursi depan.
Kenyamanan masih terasa saat duduk di kursi penumpang depan. Di sini juga terasa bagaimana dinamika mobil masih lincah dan berakselerasi dengan mantap walau varian 730 Li ini ”hanya” dilengkapi mesin empat silinder dengan kapasitas 2.0 liter (1.998 cc) yang mengeluarkan tenaga maksimal 265 HP dan torsi puncak 400 Nm. Tenaga yang sudah lebih dari cukup untuk melintasi jalanan di Indonesia.
Berakhir sudah pengalaman simulasi menjadi ”pemilik” BMW X7 dan BMW Seri 7 selama tiga hari ini.