Vaksin Covid-19 Mulai Diedarkan, Twitter Bakal Berantas Hoaks Antivaksin
Dengan dimulainya program vaksinasi Covid-19 di sejumlah negara, Twitter akan mulai memberantas penyebaran hoaks dan disinformasi terkait vaksin.
Oleh
satrio pangarso wisanggeni
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dengan dimulainya program vaksinasi Covid-19 di berbagai negara, Twitter akan mulai memberantas penyebaran hoaks dan disinformasi terkait vaksin mulai pekan depan. Hal ini menjadi penting untuk memastikan penerimaan masyarakat global terhadap vaksin yang akan dapat mengendalikan pandemi.
Twitter pada Kamis (17/12/2020) dini hari waktu Indonesia mengumumkan akan mulai menurunkan konten yang mengandung misinformasi terkait vaksin Covid-19. ”Mulai pekan depan, kami akan memprioritaskan pengpusan konten yang mengandung misinformasi yang membahayakan,” tulis Twitter dalam keterangan resminya.
Secara khusus, Twitter menjelaskan, cuitan atau konten yang tergolong sebagai informasi yang berbahaya, antara lain, adalah yang mengandung klaim bahwa program imunisasi dan vaksin digunakan untuk mengontrol popoulasi.
Kedua, konten yang mengklaim berbagai bahaya vaksin yang sebelumnya sudah pernah diverifikasi sebagai hoaks. Ketiga, cuitan yang mengklaim bahwa Covid-19 bukanlah penyakit serius sehingga vaksin tidak diperlukan.
Pengumuman ini mengikuti langkah sejumlah negara yang sudah memulai proses vaksinasi terhadap warganya. Untuk dapat berhasil mengendalikan pandemi, sejumlah besar masyarakat harus menerima vaksin Covid-19. Kini, sudah ada tiga negara yang memulai proses vaksinasi, yakni Inggris, Amerika Serikat, dan Kanada.
Meski vaksin belum terdistribusi ke seluruh dunia, diskursus mengenai vaksin Covid-19 telah mendominasi pemberitaan. Indonesia, misalnya, pada Rabu (16/12), Presiden Joko Widodo menyatakan akan menggratiskan vaksin sebagai respons terhadap keluhan masyarakat atas adanya rencana vaksinasi mandiri.
”Kami akan menegakkan kebijakan ini dengan konsultasi sebagai otoritas kesehatan lokal, nasional, ataupun global di seluruh dunia,” tulis Twitter.
Masyarakat harus yakin apabila sudah ada izin dari Badan POM, vaksin itu nantinya sudah dipastikan keamanan dan efektivitasnya sehingga masyarakat tidak perlu ragu.
Vaksin memegang peranan penting dalam upaya pengendalian pandemi. Namun, kesuksesan vaksin bergantung pada seberapa besar proporsi masyarakat yang bersedia menerima vaksin.
Untuk itu, secara terpisah, vaksinolog dan dokter spesialis penyakit dalam, Dirga Sakti Rambe, meminta masyarakat untuk berhati-hati dalam mencari informasi mengenai vaksin. Menurut dia, saat ini sudah banyak beredar informasi yang tidak bisa dipercaya terkait vaksin.
”Dalam mencari informasi tentang vaksin juga harus berhati-hati. Carilah informasi yang tepercaya karena di luar sana banyak beredar informasi hoaks yang tidak bisa dipercaya,” kata Dirga dalam sebuah diskusi yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Dirga mengatakan, vaksin adalah instrumen penting untuk mengendalikan pandemi. Namun, protokol kesehatan 3M, yakni mencuci tangan, mengenakan masker, dan menjaga jarak tetap harus dilakukan masyarakat.
”Masyarakat harus yakin, apabila sudah ada izin dari Badan POM, vaksin itu nantinya sudah dipastikan keamanan dan efektivitasnya sehingga masyarakat tidak perlu ragu,” ujarnya.
Kebijakan pencegahan penyebaran hoaks terkait vaksin Covid-19 tampaknya menjadi arah yang diambil para pengelola media sosial setelah sejumlah negara memulai proses vaksinasi.
Pada awal Desember lalu, Facebook juga telah mengambil langkah serupa soal penyebaran hoaks terkait vaksin di platform media sosialnya.
Pada saat itu, Head of Health Facebook Kang-Xing Jin mengatakan akan menurunkan postingan yang menyampaikan klaim tidak benar terkait dengan vaksin, seperti hoaks yang mengklaim ada vaksin Covid-19 yang mengandung microchip.