Membawa Bekal Makanan Jadi Kebiasaan Baru
Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, ada kebiasaan baru yang muncul di kalangan pekerja. Apa itu? Mereka membawa bekal makanan dari rumah.
Pandemi Covid-19 mengubah sisi kehidupan banyak orang. Sebagian besar orang kini semakin terbiasa mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk mencegah penularan Covid-19. Selain itu, ada kebiasaan baru yang juga muncul seperti membawa bekal makanan ke kantor.
Sejauh ini, beberapa perusahaan memang tetap meminta karyawannya untuk bekerja bergantian di kantor, sesuai peraturan yang berlaku. Bagi karyawan yang mendapat giliran bekerja di kantor, persiapan kerja pun bertambah, termasuk soal makan siang.
Sebelum pandemi melanda, sebagian besar karyawan mengandalkan warung atau rumah makan di sekitar kantor untuk memenuhi kebutuhan makan pagi atau makan siang. Sekarang, dengan mempertimbangkan kesehatan dan keamanan, sebagian karyawan memilih untuk membawa bekal makanan dari rumah. Untuk itu, mereka memiliki kesibukan baru ketika akan berangkat ke kantor. Mereka mesti memasak dan mengemas makanan untuk dibawa ke kantor.
Melly Kiong, pendiri Komunitas Menata Keluarga mengaku, selama pandemi Covid-19 mesti menyiapkan bekal makanan untuk suaminya, Tatang Wijaya (53). Kebetulan Tatang harus pergi bekerja ke kantor setiap hari dan selama pandemi kesulitan mencari tempat makan siang.
Sang suami harus berangkat dari rumah pukul 06.00. Jadi Melly pun bangun pagi sekitar pukul 04.00 untuk mulai memasak supaya makanan siap pada pukul 05.00. “Saya dulu ibu bekerja dan banyak kesibukan di luar rumah. Jarang mengurus rumah karena selalu ada mitra kerja atau asisten rumah tangga," katanya.
Sebelumnya, Melly juga tidak perlu menyiapkan bekal makan siang untuk suami karena sang suami sering sarapan pagi dan makan siang bersama-sama temannya di kantor. Sejak pandemi, kebiasaan itu tidak bisa lagi dilakukan. "Nah, pandemi ini saya jadikan momentum untuk mulai memperhatikan menu makan siang suami,” cerita Melly, pekan lalu.
Membawa bekal makan siang ke kantor memang membuat Tatang tak kebingungan lagi untuk mengisi perut saat jam makan siang. Namun, pernah Tatang merasa tidak nyaman karena bekal yang dibawa dingin saat hendak disantap sehingga mengganggu selera makan. Kendala ini diatasi Tatang dengan membeli tempat makan kedap yang dapat mempertahankan kehangatan makanan hingga waktu makan siang tiba.
Lama kelamaan, setiap mempersiapkan makan untuk Tatang, Melly selalu melebihkan porsi makan siang suaminya. Ia, misalnya, membuatkan lima bungkus makanan yang bisa dibagikan Tatang kepada siapa saja yang memerlukan.
Belakangan, kebiasaan ini jadi gerakan kecil-kecilanketika Melly mengajak orang lain untuk berbagi makanan. Saat ini, setiap Jumat terkumpullah sekitar 100 paket nasi bungkus yang digelar di depan rumah teman Melly di daerah Semanan, Kalideres, Jakarta Barat. Siapapun boleh mengambil nasi bungkus ini.
Lebih sehat
Membawa bekal makanan dari rumah juga jadi kebiasaan baru Yogi Irawanto (55), karyawan manufaktur di Cakung, Bekasi, Jawa Barat, yang tetap harus bekerja di kantor walaupun pada masa pandemi. Bekal makanan disiapkan oleh istrinya. Ia yakin bekal makanan dari rumah lebih terjamin komposisi gizi dan kebesihannya dari pada makanan yang tersedia di warung.
“Coba lihat menunya, ada dua telur ayam ditambah 3-4 jenis buah-buahan. Ada juga salad sayuran dengan dressing penambah selera makan,” kata Yogi, warga Kelapa Dua, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Ia mengaku mendapat banyak manfaat dari kebiasaan barunya membawa bekal dari rumah antara lain berat badannya mendekati ideal. Kebiasaan baru membawa bekal makanan pada akhirnya membawa kesadaran Yogi untuk hidup lebih sehat. Karena ingin mendapatkan berat badan yang ideal, ia juga rajin berolah raga jalan kaki (jogging) dalam dua bulan terakhir. Motivasinya semakin meningkat karena dia ingin mengikuti ikut full marathon.
“Ternyata, berhasil juga ikutan lari sampai finis di Maybank Marathon,” ujar Yogi yang menerapkan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari seperti memakai masker, rajin mencuci tangan, dan menjaga jarak. Untuk menghindari kontak dengan orang banyak, selama pandemi ia menggunakan mobil pribadi ke kantor. Sebelumnya, ia terbiasa menggunakan transportasi umum seperti bus.
Secara terpisah, Belta Dwihartini (50), karyawan Industri Pulp and Paper APP Sinarmas, mengatakan, selama pandemi hanya 20 persen karyawan yang diminta bekerja dari kantor. Ketika harus bekerja dari kantor, dia memilih untuk membawa bekal makanan sendiri daripada beli di luar kantor atau belanja secara daring karena dijamin lebih bersih dan tidak perlu berpikir mau makan apa dan beli di mana ketika waktu makan siang tiba.
Menurut Belta, ternyata membawa bekal sendiri tidak seribet yang dibayangkan. Misalnya, oseng sayur bayam, telur ayam, dan buah-buahan. Kadang juga bisa ditambah lauk-pauk sesuai selera. Minuman pun disiapkan sendiri dengan campuran madu, jeruk lemon dan sereh.
Di Kota Magelang, Jawa Tengah, DP Heni (43), aparatur sipil negara di Pemkot Magelang, membawa bekal makanan dari rumah sejak pandemi Covid-19 melanda. Pertimbangan utamanya soal kebersihan dan kesehatan. Sebelumnya, ia jarang membawa bekal makanan dari rumah karena ia pikir merepotkan.
Bekal makanan yang dibawa Heni dimasak dan disiapkan oleh asisten rumah tangganya. Heni mengaku tidak rewel soal menu makan siang yang dibawanya. Biasanya makanan yang ia bawa terdiri dari sayur dan lauk. Selain itu, ia membawa vitamin untuk menjaga imunitas tubuh.
“Bawa bekal sendiri jadi menyelamatkan. Enggak perlu lama menunggu pesanan makan siang lewat aplikasi lagi. Kadang saya suka jajan juga tapi sekarang hampir enggak pernah lagi pesan makan siang lewat aplikasi. Membawa bekal juga membuat waktu lebih efisien, enggak habis waktu keluar kantor (sekadar mencari makanan),” cerita ibu dua anak ini.
Beli kompor baru
Ada manfaat lain yang diperoleh mereka yang kini terbiasa membawa bekal makanan dari rumah. Susan Camelia (38), warga Melati Mas Serpong, mengaku terdorong untuk belajar memasak agar bisa mempersiapkan bekal makanan yang ia bawa ke kantor.
Dia mulai dengan membuka aplikasi Cookpad yang berisi resep makanan rumahan dan mempraktikkannya di rumah. Lama-kelamaan, Susan menyukai kegiatan barunya ini. Dia menyadari ternyata, masak bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan. Ia pun membeli kompor baru untuk mendukung kegiatan barunya itu.
“Awalnya sih merasa repot harus menyiapkan bekal. Lama-lama tahu juga triknya. Sayuran dimasak pada pagi hari, sementara lauk-pauk dan tahu tempe sudah lebih dulu dimasak dan disimpan di dalam freezer. Besok paginya, lauk-pauk tinggal dipanaskan lagi,” ujar Susan, karyawan konsultan aristektur di Kalideres, Jakarta Barat. Sebelum pandemi, Susan terbiasa makan siang di mal, rumah makan, atau restoran.
Memang belum semua karyawan membawa bekal makanan dari rumah. Namun, sebagian dari mereka kini selektif memilih warung dan menu makanan. Di beberapa kawasan perkantoran di Jakarta, karyawan cenderung enggan membeli makanan di warung yang pelayannya tidak menggunakan masker atau warungnya terlalu padat pembeli.
Ada pula yang membeli makanan di warung dengan cara dibungkus. Makanan tersebut kemudian dipanaskan kembali selama beberapa menit dengan microwave. Cara ini diyakini bisa mematikan bakteri atau virus yang mengkontaminasi makanan.
Pandemi Covid-19 memang memaksa kita beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih sehat seperti rajin mencuci tangan, mengenakan masker, dan menjaga jarak, serta membawa bekal makanan dari rumah atau setidaknya memperhatikan betul kebersihan dan kesehatan makanan yang kita makan. Kebiasaan baru yang baik ini semestinya bisa terus berlangsung meski pandemi Covid-19 kelak mereda. (OSA/ELN)