”Staycation” masih jadi pilihan sebagian publik untuk berlibur saat pandemi. Terlebih mereka yang terdampak pandemi Covid-19 dan tak bisa ke mana-mana. Hotel atau penginapan yang menerapkan protokol kesehatan diminati.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Staycation atau berlibur di hotel dalam kota menjadi sarana pelepas stres bagi warga yang tidak bisa berlibur karena pandemi. Hotel yang menerapkan protokol kesehatan ketat diminati publik.
Praktisi komunikasi Magdalena Ratih (36) sudah dua kali melakukan staycation tahun ini, yakni pada Juni 2020 dan Oktober 2020. Ia memilih hotel dalam kota yang memiliki protokol kesehatan yang jelas. Hotel Santika di Jakarta, misalnya, melakukan disinfeksi di setiap kamar dan memberi pelayanan makanan diantar ke kamar.
”Saya juga pernah menginap di Aryaduta Suites yang merupakan serviced apartment. Fasilitasnya lengkap dan area unit apartemennya luas sehingga saya tidak perlu menggunakan fasilitas publik seperti kolam renang,” kata Magdalena di Jakarta, Minggu (6/12/2020).
Ia melakukan riset mandiri sebelum memutuskan hotel untuk disewa. Menurut dia, hotel yang ideal di masa pandemi adalah yang menerapkan protokol kesehatan sehingga bisa berlibur dengan aman dan nyaman.
Berlibur sejenak dinilai penting walau hanya di dalam kota dan dalam waktu singkat. Magdalena mengaku mengalami burnout atau keletihan luar biasa saat bekerja dari rumah. Jam kerjanya kini seperti tidak terbatas. Belum lagi, ia masih harus mendampingi anaknya yang belajar dari rumah. Staycation selama satu malam cukup membuatnya segar kembali.
Liburan yang sama akan dilakukan saat libur Natal beberapa minggu lagi. Ia berencana memilih hotel atau apartemen di Jakarta yang luas dan punya fasilitas lengkap. ”Staycation memberi sedikit kesegaran dan suasana berbeda dengan rumah. Ini mengingat kami sudah di rumah selama berbulan-bulan dan tidak pergi ke pusat perbelanjaan,” ucap Magdalena.
Pegawai swasta di Bekasi, Wynona (27), juga tidak luput dari stres. Ia mengaku jenuh dengan rutinitas masa adaptasi baru, pembatasan sosial berskala besar (PSBB), hingga imbauan untuk jaga jarak. Kendati demikian, ia khawatir ”keluar kandang” dan berkerumun. Staycation pun jadi pilihan bijak.
Staycation memberi sedikit kesegaran dan suasana berbeda dari rumah. Ini mengingat kami sudah di rumah selama berbulan-bulan dan tidak pergi ke pusat perbelanjaan.
Staycation pertamanya saat pandemi dilakukan pada akhir Juli 2020 di The Ritz-Carlton, Kuningan, Jakarta. Hotel itu dipilih karena promo dan karena ia akrab dengan pelayanan yang diberikan. Protokol kesehatan di sana pun dijamin.
”Pengalaman staycation kemarin menyenangkan. Akhirnya bisa bertemu dan berbincang dengan beberapa teman. Pandemi buatku sulit karena aku suka bersosialisasi, berada di sekitar orang-orang, dan mengobrol. Saat akhirnya bisa melakukan itu semua, aku sangat senang,” kata Wynona.
Ia berencana melakukan liburan serupa di akhir tahun nanti. Bedanya, kali ini ia akan bertolak ke Bali dan menginap di sebuah vila privat yang dinilai aman untuk berlibur saat pandemi. ”Aku sudah riset tentang vila ini,” katanya.
Pentingnya libur
Jessica de Bloom, psikolog dan profesor di University of Groningen, Belanda, serta Tampere University, Finlandia, mengatakan, mengambil jeda dan beristirahat dari pekerjaan sangat penting. Mengambil cuti secara teratur krusial untuk mengumpulkan energi positif bagi diri sendiri.
Ia melanjutkan, berjarak dari pekerjaan memungkinkan seseorang untuk melakukan relaksasi dan pemulihan diri. Dengan ini seseorang juga dapat memperoleh kembali kendali atas waktunya, belajar hal baru, menemukan makna, dan terhubung dengan orang lain.
”Berlibur saat pandemi mungkin terdengar gila karena Anda tidak bisa melakukan hal-hal yang disukai. Namun, hasil penelitian tentang staycation menunjukkan bahwa efek berlibur di rumah hampir tidak berbeda dengan berlibur di tempat lain,” kata De Bloom kepada CNN.
Menurut jajak pendapat oleh Litbang Kompas pada 24-26 November 2020, orang-orang berusaha untuk berlibur di tempat terdekat selama pandemi. Jajak pendapat dilakukan terhadap 529 responden berusia minimal 17 tahun di 34 provinsi.
Hasilnya, sebanyak 50,3 persen responden melakukan staycation dengan liburan ke kota terdekat dan menginap. Sebanyak 25,2 persen liburan di rumah dengan suasana lain, sementara 18,4 persen lainnya berlibur ke tempat publik sekitar rumah, seperti taman dan danau.
Staycation dengan menginap banyak dilakukan karena publik ingin mencari suasana baru. Hal ini disampaikan 60,1 persen responden. Adapun 11,5 persen memanfaatkan promosi dan fasilitas hiburan di hotel, sebanyak 5,6 persen percaya dengan protokol kesehatan di tempat menginap, dan 5,7 persen lainnya ingin membantu menggerakkan roda pariwisata.