Walau menakutkan dan menegangkan, film horor punya tempat spesial di hati penikmat film. Kualitas film horor yang kian baik pun semakin menarik minat penonton.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
Odha Wigaringtyas (25), pekerja sosial di Purwokerto, Jawa Tengah, mengaku bukan penggemar film horor. Ia lebih suka menonton film bergenre drama, komedi, petualangan, atau musikal. Film horor membuatnya ketakutan dan kepikiran hingga berhari-hari.
Tahun lalu, ia memberanikan diri menonton Perempuan Tanah Jahanam, film horor garapan sutradara Joko Anwar. Tak tanggung-tanggung, ia memutuskan nonton di bioskop di mana ada layar lebar dan audio yang mengentak. Itu kali pertama ia nonton film horor di bioskop.
Rasa penasaran yang besar mendorong dia untuk ke bioskop. Pasalnya, film itu mendapat ulasan bagus di internet. Sang sutradara pun terkenal dengan kemampuannya mengemas film horor secara apik, sebut saja Pengabdi Setan (2017) dan Pintu Terlarang (2009). Dengan tangan yang siap menutup mata dan telinga saat adegan seram muncul, Odha pun menonton film horor.
”Itu film yang bagus, bukan horor yang mengagetkan ketika ada hantu muncul tiba-tiba. Ada suasana horor yang diciptakan di film itu, baik dari suntingan gambarnya, suaranya, musiknya, dialog, dan ceritanya yang bikin saya merinding,” kata Odha saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (6/12/2020).
Ia menarik kesimpulan bahwa film horor memang seram, tapi tidak semenyeramkan yang ia bayangkan. Film horor ternyata bisa dinikmati. Rumor bahwa film horor sering menjual sensualitas perlahan dikikis film-film horor yang benaran bagus.
Hal serupa dirasakan karyawan swasta di Jakarta, Mahardika (26). Ia pernah menonton film ”horor-hororan” saat masih duduk di bangku sekolah. Film yang judulnya sudah ia lupakan itu dinilai tidak menarik.
Film horor memang seram, tapi tidak semenyeramkan yang ia bayangkan. Film horor ternyata bisa dinikmati. Rumor bahwa film horor sering menjual sensualitas perlahan dikikis film-film horor yang benaran bagus.
”Karena tidak berkesan, filmnya tidak saya ingat. Yang jelas, film tersebut tampak ’murah’ karena efeknya dan kostumnya tidak bagus. Ceritanya pun tidak menarik. Singkat kata, film itu terkesan hanya menjual tubuh (kemolekan pemain),” kata Mahardika yang juga penikmat film.
Film-film horor kini sudah banyak yang bagus. Menurut Mahardika, film di pasaran tidak lagi melulu soal hantu. Film horor yang ia temui saat ini dibuat dengan konstruksi cerita yang baik, masuk akal, dan ditutup dengan akhir yang kerap tidak terduga.
”Film horor saat ini bisa membangun suspensi yang bagus. Ini tampak dari bagaimana cerita dan tensinya dibangun, bagaimana mereka mengungkap cerita di balik misteri atau hantu, hingga ke final act-nya,” ucapnya.
Senang ditakuti
Mahardika sempat ketakutan saat menonton Jelangkung (2001) saat masih SD. Ia pikir kejadian di dalam film nyata hingga akhirnya dia paham itu fiksi beberapa tahun kemudian. Walau ketakutan, ia tidak kapok menonton horor.
Odha pun demikian. Keberaniannya menonton film horor membuat dia menjajal pengalaman yang sama sekali lagi, yakni dengan menonton Ratu Ilmu Hitam (2019). Ia kini tak segan lagi datang ke bioskop untuk menonton film horor.
Menurut peneliti dan penulis buku Scream: Chilling Adventures inthe Science of Fear, Margee Kerr, sebagian orang menikmati rasa takut. Ketakutan mengeluarkan senyawa dopamin yang membuat sebagian orang senang.
”Neurotransmiter dan hormon yang dikeluarkan membantu kita bersiap untuk melawan atau melarikan diri. Pada saat yang sama, perhatian kita beralih dari pikiran abstrak dan fokus ke masalah kelangsungan hidup,” kata Kerr pada NBCNews.
Peralihan pikiran ini seperti pelarian kecil di dalam diri. Pikiran dapat jeda sejenak dari hal-hal lain—seperti tagihan, pekerjaan, atau pikiran tentang masa depan—dan menikmati benar keadaan saat ini.
Ketakutan yang timbul dari menonton film horor atau masuk ke wahana rumah hantu bisa dinikmati karena ada jaminan rasa aman. Tubuh dan pikiran tahu bahwa itu hanya hiburan dan tidak benar-benar nyata.
”Begitu kita sadar bahwa kita tidak akan mati, kita dapat menikmati respons gairah. Itulah saat ketika rasa takut bisa menyenangkan. Anda berada di momen itu dan setelahnya merasa telah mengatasi tantangan. Itu membuat Anda lebih percaya diri tentang ancaman nyata, bukan ’kesenangan yang menakutkan’. Rasanya seperti pencapaian, seperti lari maraton atau panjat tebing,” ucap Kerr.
Film horor juara
Selain menyenangkan, film horor juga dibuat agar memenuhi unsur kualitas sebagai karya seni. Sementara film Perempuan Tanah Jahanam dinobatkan sebagai Film Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2020 yang berlangsung, Sabtu (5/12/2020). Sang sutradara Joko Anwar pun didapuk sebagai Sutradara Terbaik FFI 2020.
Perempuan Tanah Jahanam pun meraih nominasi terbanyak dibandingkan film lain, yakni 17 nominasi. Ini adalah yang terbanyak dalam sejarah FFI. Film tersebut terpilih mewakili Indonesia di ajang Academy Awards ke-93 tahun 2021 untuk kategori International Feature Film.
Melalui film ini, Joko ingin menunjukkan bahwa film horor juga bisa jadi film berkualitas. ”Kemajuan individu dan kelompok tidak akan membuat film Indonesia maju. Hanya akan bisa maju kalau semua pemangku kepentingan bekerja sama secara sinergis. Kita memiliki kepercayaan penonton pada film Indonesia, kita tidak boleh membuat film yang akan merusak kepercayaan ini,” ucapnya (Kompas, 6/12/2020).
Adapun film horor semakin mendapat tempat di hati penonton beberapa tahun terakhir. Pada 2017, misalnya, ada banyak film horor yang tayang di bioskop. Beberapa di antaranya adalah Mereka yang Tak Terlihat, Ruqyah, Mata Batin, Gasing Tengkorak dan Pengabdi Setan. Film yang tidak diproduksi ”asal beres” menuai hasil positif (Kompas, 29/10/2017).
Menurut filmindonesia.or.id, film Pengabdi Setan berhasil menjangkau lebih dari 4,2 juta penonton. Film itu pun diputar di luar negeri, seperti Malaysia, Thailand, Spanyol, dan Filipina. Sementara skenario film ini dikerjakan selama 10 tahun. Biaya produksinya pun 3-4 kali lebih besar dari film horor biasa.
Permintaan pasar yang diiringi kualitas karya jadi sinyal bagus buat industri film. Penonton tidak sabar menanti film-film horor baru di masa depan. Walau menyeramkan, film horor ternyata bikin ketagihan. Sungguh.