Samsung Galaxy Note 20 Ultra, Pesta Perpisahan Galaxy Note?
Galaxy Note 20 Ultra memiliki desain mewah dan fitur unik. Namun, ini bisa menjadi anggota terakhir dalam lini Galaxy Note yang diduga akan segera dipensiunkan oleh Samsung.
Seri Galaxy Note selalu dipahami sebagai ponsel kelas superpremium: memiliki fitur-fitur unik dan penyempurnaan dari seri Galaxy S. Namun, produktivitas dalam layar yang menjadi jati diri Galaxy Note seakan kehilangan kesaktiannya sejak Samsung meluncurkan ponsel lipat Galaxy Fold—yang jelas memiliki layar jauh lebih besar.
Mungkin itu sebabnya, awal pekan ini beredar kabar seri Galaxy Note akan diakhiri. Fokus Samsung terhadap ponsel super premium akan berpindah ke Galaxy Fold. Dilaporkan Reuters,Selasa (1/12/2020), sejumlah sumber yang mengetahui rencana internal Samsung menyebut bahwa raksasa teknologi Korea Selatan tersebut tak berencana untuk mengembangkan Galaxy Note baru untuk 2021.
Keberadaan stylus S Pen, yang menjadi karakteristik Galaxy Note, akan diserap oleh seri Galaxy S dan Galaxy Fold. Ponsel Galaxy S 2021 diprediksi akan mendukung penggunaan stylus yang kelak dijual terpisah. Model terbaru ponsel lipat Galaxy Fold yang akan datang juga disebut akan dapat digunakan dengan stylus.
Baca juga: Perang Ponsel Layar Lipat Pun Dimulai
Jika rumor ini benar terbukti, Note 20 Ultra akan menjadi ponsel terakhir dalam serinya. Namun, itu bukan berarti fitur dan kemampuan yang dimilikinya hanya setengah-setengah.
Justru kehadiran Note 20 Ultra menegaskan warisan klan Galaxy Note sebagai ponsel superpremium tanpa kompromi, termasuk tanpa kompromi dalam harganya. Samsung Galaxy Note 20 Ultra dengan penyimpanan 256 GB dibanderol dengan harga Rp 17,9 juta dan versi 512 GB Rp 19,9 juta.
Mewah
Saat pertama kali memegang Note 20 Ultra, yang pertama kali terasa adalah ukurannya. Ukuran layarnya tidak main-main: 6,9 inci secara diagonal. Beberapa tahun yang lalu, gawai dengan layar 7 inci sudah pasti akan dikategorikan sebagai tablet.
Namun, karena bingkai gawai bisa dibuat sangat tipis dan bahkan bertepi lengkung (curved screen/edge display), layar seukuran tersebut jadi terkesan masuk akal digunakan oleh ponsel, alih-alih tablet. Tetapi tetap saja, dengan bingkai tipis bukan berarti ponsel ini dapat digunakan dengan satu tangan.
Secara umum, desain Note 20 Ultra memang terkesan mewah. Konstruksi bodinya kuat, glass sandwich dengan kerangka yang terbuat dari logam. Membedakan dengan ”kasta” ponsel biasa yang menggunakan aluminium, frame Note 20 Ultra menggunakan stainless steel mengilap.
Samsung meninggalkan finishing mengilap yang ada pada Note 10 dan memilih warna matte untuk Note 20 Ultra. Tetap terkesan mewah sekaligus mengurangi potensi terlihatnya bekas sidik jari. Perbedaan lain dari generasi sebelumnya, kini lubang penyimpanan stylus S Pen berada di sebelah kiri.
Namun, dampak negatif dari kombinasi bodi yang bongsor dan sisi ponsel yang tipis adalah ponsel ini terasa licin saat dipegang. Telapak tangan tidak mendapatkan pegangan yang aman.
Keluhan lain pada sektor bodi Note 20 Ultra adalah tonjolan kamera (camera bump) yang tebal. Posisinya di sudut kiri atas juga membuat ponsel ini tidak bisa benar-benar stabil saat diletakkan di atas meja.
Tanpa kejutan
Secara spesifikasi, Note 20 Ultra tidak memiliki kejutan. Seperti sudah bisa ditebak untuk ponsel kelas ini, semua komponennya adalah yang terbaik dan terkencang di setiap kategori. Untuk pasar Indonesia dan global secara umum, Note 20 Ultra menggunakan cipset Exynos 990. Khusus untuk pasar Amerika Serikat, menggunakan cipset Qualcomm Snapdragon 865+.
Dengan menggunakan aplikasi benchmark Geekbench 5, Kompas menemukan bahwa Note 20 Ultra versi Indonesia mencapai skor 865 untuk performa core tunggal (single core performance) dan 2.644 untuk core jamak (multicore performance). Artinya, ada peningkatan 15-16 persen dibandingkan ponsel flagship yang menggunakan Snapdragon 855+ (paruh kedua 2019).
Seluruh varian Note 20 Ultra, baik dengan penyimpanan 256 GB maupun 512 GB, memiliki RAM sebesar 12 GB yang memadai untuk melakukan multitasking. Secara umum, performa penggunaan sehari-hari terasa sangat memadai.
Kualitas layarnya pun juga sangat baik. Di bawah sinar matahari terik Jakarta, layar Note 20 Ultra tetap nyaman bagi mata. Layar OLED ini beresolusi 3.088 x 1.440 piksel sehingga menghasilkan kerapatan piksel sebesar 496 piksel per inci (PPI). Secara teoretis, layar Note 20 Ultra seharusnya lebih tajam dibandingkan ponsel beresolusi 1.080 piksel yang sudah jamak. Namun sejujurnya, dari jarak pandang 30 sentimeter, tidak begitu terasa perbedaannya.
Layar ini pun dilindungi kaca terbaru dari Corning, yakni Gorilla Glass Victus. Perusahaan kaca spesialis tersebut mengklaim teknologi terbarunya itu bisa tahan dijatuhkan hingga ketinggian 2 meter.
Pembaruan yang signifikan dibandingkan pendahulunya adalah layar dengan refresh rate tinggi. Note 20 Ultra memiliki refresh rate 120 Hertz (Hz). Artinya, setiap animasi dan gerakan yang ditampilkan di layar, dijalankan dengan 120 bingkai setiap detiknya.
Hal ini membuat tampilan saat scrolling linimasa media sosial menjadi terasa lebih lancar ketimbang layar yang ber-refresh rate 60 Hz, misalnya. Sayangnya, mode 120 Hz hanya bisa dipilih jika layar dalam resolusi 1.080 piksel.
Namun, entah mengapa, saat bermain gim Player Unknown’s Battleground (PUBG), Note 20 Ultra hanya bisa menjalankan dengan refresh rate tertinggi 60 frame per detik (fps). Di sisi lain, Realme X2 Pro yang digunakan Kompas (cipset Snapdragon 855+ dengan layar 90 Hz) dapat menjalankan gim tersebut hingga mendekati angka 90 fps.
Kapasitas baterai 4.500 mAh sebetulnya sudah merupakan perbaikan ketimbang Note 10+ yang memiliki kapasitas 200 mAh di bawahnya. Namun, peningkatan ini terasa tidak begitu maksimal jika dibandingkan Samsung Galaxy S20 Ultra yang memiliki kapasitas 5.000 mAh. Perlu menjadi perhatian, mengingat Note 20 Ultra memiliki layar yang begitu besar.
Note 20 Ultra juga tetap memiliki fitur yang telah menjadi standar ponsel premium Samsung, seperti sertifikasi tahan air dan debu IP68, pengisian daya nirkabel (wireless charging), dan NFC.
108 megapiksel
Tonjolan kamera yang besar pada punggung mungkin sepadan jika melihat kapabilitas kamera Note 20 Ultra. Ada tiga modul kamera, yaitu sudut lebar normal (panjang fokus 26 mm) dengan resolusi 108 megapiksel (MP) dengan bukaan f/1.8, telefoto (120 mm) 12 MP f/3.0, dan ultralebar (13 mm) 12 MP f/2.2.
Hasil gambar modul ultralebar secara sekilas berkualitas baik. Namun, jika dibandingkan dengan modul kamera lain, ini adalah modul paling lemah. Proses pengurangan noise yang dilakukan oleh Note 20 Ultra membuat detail pada foto hasil modul ultralebar terkesan soft.
Modul telefoto Note 20 Ultra bisa menghasilkan pembesaran optik hingga 5x dibandingkan sudut kamera normal dan sampai 50x mode digital. Pada zoom 5x dan 10x, hasil gambarnya baik dengan detail yang tajam.
Namun, begitu pada tingkat 20x dan 50x, penggunaan tripod disarankan. Jika dipegang tangan langsung, sebagian foto yang diambil akan cenderung kabur.
Kemampuan zoom 50x pada Note 20 Ultra lebih rendah dibandingkan S20 Ultra yang dapat mencapai zoom 100x. Namun, merasakan sulitnya mengambil foto yang bisa diterima pada 50x, rasanya zoom 100x akan lebih susah dikontrol.
Modul kamera ini juga dilengkapi dengan sistem autofokus menggunakan laser. Ini membuat kecepatan fokus yang lebih cepat dan akurat ketimbang metode phase detection atau contrast detection.
Pada sisi video, Note 20 Ultra dapat mengambil video hingga resolusi 8K (7.680 x 4.320 piksel). Resolusi 8K sepadan dengan 16 video resolusi full HD 1.920 x 1.080 piksel. Perekaman 8K durasi satu menit kira-kira menghasilkan video berukuran 600 MB.
Keistimewaan ”stylus”
Keistimewaan Galaxy Note adalah keberadaan stylus S Pen. Pada Note 20 Ultra, S Pen terasa semakin istimewa. Samsung mengklaim latency—jeda waktu reaksi pen dengan layar—dipersingkat hingga 80 persen. Dari awalnya sekitar 45 milidetik (ms) pada Note 10, kini hanya menjadi 9 ms. Menulis di aplikasi Samsung Notes menggunakan S Pen terasa menulis langsung di atas kertas, karena jeda yang hampir tidak terasa.
Aplikasi Samsung Notes sendiri juga memiliki fitur pengenalan tulisan tangan yang kian pintar. Tulisan tangan dapat diubah menjadi teks biasa dengan lebih akurat.
Dengan S Pen, pengguna juga bisa menggunakannya sebagai tombol kamera jarak jauh untuk mengambil swafoto, misalnya. Dengan mengaktifkan fitur Air Action, pengguna juga bisa mengatur sejumlah fungsi yang memungkinkan sejumlah perintah dijalankan hanya dengan melambaikan S Pen dalam gerakan tertentu.
Untuk benar-benar memanfaatkan keberadaan S Pen, pengguna perlu mempelajari dan membiasakan diri dengan beragam kemampuan yang dimiliki stylus ini. Jika tidak biasa, S Pen bisa jadi akan lebih sering tersimpan dan tidak dipakai.
Bagi pengguna Galaxy Note generasi sebelumnya, Note 20 Ultra mungkin menawarkan pembaruan yang menarik pada sisi refresh rate layar 120 Hz dan latency S Pen 9 ms.
Namun, bagi yang tidak begitu memedulikan S Pen, ada sejumlah pilihan ponsel flagship lain yang mungkin memiliki harga lebih terjangkau.
Karakteristik unik Galaxy Note tidak hanya keberadaan S Pen, tetapi adanya tempat penyimpanan S Pen yang memungkinkan stylus disimpan dengan aman dan praktis. Jika benar Note 20 Ultra akan menjadi Galaxy Note terakhir, akan menarik menanti apakah kelak Galaxy S dan Fold dapat benar-benar meneruskan DNA dari Galaxy Note.