Selubung Pesan Busana Para “First Lady”
Tugas ibu negara AS berkembang dari waktu ke waktu menjadi penasihat presiden, aktivis kegiatan sosial, dan penentu tren. Tak ketinggalan, ibu negara juga menjadi ikon dalam dunia mode.
Sebagai negara adidaya, Amerika Serikat memiliki pengaruh politik yang kuat secara global. Gerak gerik para Presiden Amerika Serikat sebagai pemimpin negara selalu menjadi sorotan. Namun, di sampingnya ada sosok lain yang tak kalah penting, yaitu First Lady atau ibu negara.
Sebagai pendamping presiden, tugas tradisional ibu negara adalah menjadi nyonya rumah di Gedung Putih. Orang yang pernah berperan sebagai ibu negara tidak hanya istri dari presiden. Apabila istri presiden telah meniggal dunia atau presiden tidak menikah, peran itu bisa digantikan oleh anggota keluarga perempuan lainnya dari presiden.
Tugas ibu negara kemudian berkembang dari waktu ke waktu menjadi penasihat presiden, aktivis kegiatan sosial, dan penentu tren. Tak ketinggalan, ibu negara juga menjadi ikon dalam dunia mode.
Dikutip dari whitehouse.gov, AS telah memiliki 47 ibu negara hingga Desember 2019. Setiap ibu negara memiliki karakter unik sendiri dalam berpakaian. Ada yang mengikuti tren, menciptakan tren baru, dan bahkan menutup diri dari tren. Yang pasti, pakaian mereka selalu berada dalam radar pengamatan publik.
Martha Washington (menjabat 1789-1797), ibu negara pertama, adalah contoh yang berpakaian mengikuti pakem zamannya, Di salah satu potretnya, dirinya mengenakan round gown dilengkapi jubah, penutup kepala, dan sarung tangan.
Setelah pergantian abad, gaya para ibu negara banyak terpengaruh mode Eropa pada tahun 1800-an. Dikutip dari Business Insider, Emily Donelson (1829-1834) dan Julia Tyler (1844-1845) menyukai gaya Victorian serta Angelica Singleton Van Buren (menjabat 1838-1841) menyukai gaya berpakaian Perancis.
Peran ibu negara sebagai ikon budaya populer melesat pada masa Harriet Lane (1857-1861). Dia adalah ibu negara pertama yang secara teratur dipanggil First Lady. Keponakan Presiden AS ke-15 James Buchanan ini mempopulerkan gaun dengan garis leher rendah, gaya rambut sederhana, dan aksesori bunga. Gaya Harriet lalu ditiru Mary Todd Lincoln (1861-1865) yang menjabat setelahnya.
Frances Cleveland (1893-1897) lalu menerobos batas bagaimana perempuan berpakaian di masanya. Ia menyukai potongan gaun lebih terbuka yang menunjukan leher, bahu, dan lengan, meskipun di masa itu perempuan diharapkan mengenakan pakaian yang tertutup. Women\'s Christian Temperance Union mengeluarkan petisi agar dia berhenti mengenakan gaun semacam ini, tetapi gagal.
Jacqueline “Jackie” Kennedy (1961-1963) kemudian mendefinisi ulang gaya ibu negara. Ia memberi warisan pakaian glamor dengan sentuhan preppy lewat aksesori pelengkap, seperti kacamata hitam besar, kalung mutiara, dan syal berpola. Gaya Jackie menginspirasi gaya Michelle Obama (2009-2017), ibu negara kulit hitam pertama di AS.
Akan tetapi, sejumlah ibu negara rupanya enggan berada di bawah lampu sorot. Eliza McCardle (1865-1869) membatasi kegiatan sosialnya dan kerap mengenakan pakaian berwarna gelap, topi biasa, dan gaya rambut sederhana. Ibu negara lainnya yang menunjukan sikap serupa, antara lain Edith Roosevelt (1901-1909) dan Ellen Wilson (1913-1914).
Rosalynn Carter (1977-1981) pun memilih untuk berpakaian konservatif tanpa mengikuti mode kontemporer. Sementara itu, Lou Hoover (1929-1933) memilih tampil sederhana dengan pakaian buatan dalam negeri selama masa Depresi Hebat.
Alat politik
Dalam catatan sejarah modern, arti gaya busana ibu negara AS tidak semata merefleksikan preferensi pribadi. Pakaian mereka, apabila digunakan dengan tepat, bisa menjadi senjata politik. Pakaian ibu negara bisa merefleksikan nilai kepresidenan, membentuk citra, menjadi alat diplomasi, dan mempromosikan industri mode.
Rosalynn Carter, istri Presiden AS ke-39 Jimmy Carter, memakai gaun lamanya dalam pesta pelantikan suaminya sebagai presiden pada 1977. Padahal, pesta sepenting itu merupakan momen besar untuk menunjukkan siapa dirinya kepada publik. Gaun itu adalah gaun sifon biru dengan hiasan emas.
Muncul kritik atas keputusan Rosalynn, termasuk bagaimana dia gagal mempromosikan industri mode AS. Namun, beberapa orang membelanya. “Ini meningkatkan gagasan kepresidenan Carter tentang kerendahan hati kesederhanaan,” tutur Lisa Kathleen Graddy, kurator koleksi gaun pelantikan dari The Smithsonian Museum of American History.
Upaya pembentukan citra diri terlihat dari gaya berpakaian Michelle Obama, istri Presiden AS ke-44 Barack Obama. Michelle terkenal sering menggunakan pakaian ritel dengan harga terjangkau, seperti dari J.Crew dan Target. Ia juga berlangganan pada desainer pendatang baru, termasuk Jason Wu dan Thakoon.
Pesan Michelle jelas, yakni dia adalah sosok yang menyenangkan sekaligus merayakan bakat muda. “Pada saat itulah saya memahami besarnya apa yang mantan Ibu Negara Michelle Obama beri; platform, suara, hak istimewa, dan tanggung jawab,” kata desainer Prabal Gurung.
Sementara itu, Nancy Reagan (1981-1989) kerap mengenakan karya desainer kenamaan AS, seperti James Galanos, Adolfo, Bill Blass, Arnold Scaasi, Geoffrey Beene dan Carolina Herrera. Nancy juga terkenal sering mengenakan merah. Beberapa meyakini Nancy-lah yang menginspirasi Partai Republik mengadopsi warna merah sebagai warna resmi.
“Nancy Reagan, seperti Jackie Kennedy dan Michelle Obama, menggunakan posisi Ibu Negara untuk menyoroti pentingnya mode Amerika,” kata Valerie Steele, Kepala Kurator Museum at F.I.T., dikutip dari Women\'s Wear Daily (WWD).
Terlepas dari itu, langkah blunder ibu negara dalam berpakaian bukan tidak pernah terjadi. Di masa lampau, Mary Todd Lincoln, istri Presiden AS ke-16 Abraham Lincoln, menerima kritik karena membeli gaun mahal untuk pelantikan saat Perang Saudara berlangsung pada 1861.
Yang terbaru adalah Melania Trump, istri Presiden AS ke-45 Donald Trump. Melania berkali-kali “salah kostum” tanpa mempertimbangkan konteks yang sedang terjadi.
Pada 2018, Melania membuat heboh negara karena menggunakan jaket hijau bertuliskan ‘Saya benar-benar tidak peduli’. Tulisan itu dianggap tidak sensitif karena dirinya sedang mengunjungi pusat penahanan anak-anak imigran di perbatasan AS-Meksiko. Trump sendiri sedang mendapat kecaman karena mengeluarkan kebijakan imigrasi yang kontroversial.
Tim komunikasi Melania membantah pesan tersembunyi dari jaket itu. “Saya mengenakan jaket itu untuk orang-orang dan media sayap kiri yang mengkritik saya. Dan saya ingin menunjukkan kepada mereka bahwa saya tidak peduli,” ujar Melania, kepada ABC News.
Pakaian Melania lainnya turut mendapat kritik dalam berbagai kunjungan ke luar negeri. Ia memilih menggunakan kerudung di Vatikan, tetapi tidak menggunakan kerudung ketika mengunjungi Arab Saudi pada 2017. Melania juga mengenakan helm safari yang identik kolonial di Kenya setahun kemudian.
Pelindung presiden
Dalam buku First Women (2016), ekspektasi terhadap peran ibu negara berubah seiring berkembangnya peran perempuan dalam masyarakat. Meskipun, peran sentral mereka tetap sama, yakni pelindung utama presiden.
“Jika mereka membuat kesalahan, itu berarti sebagai bentuk mencintai suami mereka. Tak satu pun dari mereka yang cocok untuk pekerjaan itu, atau setidaknya apa yang kami harapkan dari pekerjaan itu,” kata Tony Fratto, Wakil Juru Bicara Gedung Putih pada zaman Presiden George W. Bush.
Nancy Reagan merupakan salah satu ibu negara yang menjalankan tugasnya dengan telaten sebagai “pelindung presiden”. Meskipun di luar terkesan sebagai istri konservatif, Nancy berperan penting dalam menjaga orang-orang dekat di sekitar suaminya.
“Pekerjaan saya adalah menjadi Nyonya Ronald Reagan,” kata Nancy dalam sebuah wawancara tahun 1975.
Baca juga: Politik di Landas Peraga
Namun, tidak semua siap untuk pekerjaan itu. Dalam memoar Becoming (2018), Michelle Obama mengakui kesulitan untuk beradaptasi dengan beberapa tuntutan terhadap tugas ibu negara, terutama soal cara berpakaian.
“Saya kadang-kadang menghela nafas, melihat Barack mengenakan setelan gelap yang sama keluar dari lemari dan pergi bekerja tanpa perlu menyisir rambut. Pertimbangan fashion terbesar Barack untuk acara publik apakah dia harus mengenakan jas atau tidak, dasi atau tanpa dasi,” tulis Michelle. (CNN/TIME)