Pembuktian Hyundai Kona Electric Memandu Borobudur Marathon 2020
Hyundai Kona Electric menjadi mobil listrik murni pertama yang menjalankan tugas sebagai ”official lead car” Borobudur Marathon. Tugas ini sekaligus menjadi pengujian jarak ekstra jauh pertama mobil elektrik tersebut.
Dengan jarak tempuh mendekati 300 kilometer dalam kondisi baterai terisi penuh, tak ada keraguan untuk menggunakan Hyundai Kona Electric sehari-hari di rute dalam kota. Namun, pertanyaan besar masih menggantung soal performanya di luar kota dengan jarak ekstra jauh.
Kesempatan kembali menjalankan tugas sebagai mobil pemandu resmi Borobudur Marathon 2020 menjadi ajang pembuktian mobil listrik murni ini. Kompas menguji langsung Hyundai Kona Electric untuk menempuh Jakarta-Borobudur pergi pulang dengan jarak total lebih dari 1.600 kilometer.
Mobil yang baru diluncurkan resmi di pasar Indonesia pada 6 November 2020 itu menjadi mobil pemandu resmi ketiga dalam gelaran Borobudur Marathon. Seolah mewakili evolusi yang tengah terjadi di dunia otomotif, mobil pemandu resmi ajang maraton internasional ini diawali mobil bermesin pembakaran internal, Jaguar F-Pace, pada 2018.
Setahun kemudian, Kompas mengendarai Mitsubishi Outlander PHEV berteknologi plug-in hybrid electric vehicle (PHEV) untuk memandu lari tanpa polusi. Tahun ini, giliran sebuah mobil listrik murni (battery electric vehicle/BEV) yang terpilih untuk menjadi pembuka jalan Elite Race Borobudur Marathon 2020.
Mengingat jarak tempuh yang terbatas pada baterai Hyundai Kona Electric dan tidak ada mesin cadangan untuk melanjutkan perjalanan jika listrik pada baterai habis, perencanaan perjalanan menjadi kunci. Kami pun menerapkan strategi loncat kota alias city-hopping, tentu saja dengan memperhatikan ketersediaan prasarana pengecas di kota-kota tersebut.
Maklum, saat ini prasarana pengecas publik masih sangat langka di Indonesia. Sebuah tantangan untuk menumbuhkan pasar mobil listrik yang ramah lingkungan di negeri ini.
Sebenarnya mobil tetap bisa dicas dengan peranti pengecas portabel yang bisa dicolokkan ke setiap stop kontak di sepanjang perjalanan. Namun, untuk mengisi baterai Hyundai Kona Electric yang berkapasitas 39,2 kWh, butuh waktu sangat lama hingga baterai terisi penuh.
Strategi pengecasan
Rencana awal, perjalanan tahap pertama akan menempuh rute Jakarta-Cirebon dan kemudian mobil akan dicas semalam penuh di hotel tempat menginap. Namun, pengalaman mengecas mobil ini dengan stop kontak di rumah dengan setelan arus 10 ampere (A) butuh waktu 17 jam untuk mengisi baterai dari posisi 43 persen ke 72 persen. Akan banyak waktu terbuang jika strategi mengecas di hotel ini dijalankan.
Untunglah PT Hyundai Motors Indonesia (HMID), selaku agen tunggal pemegang merek Hyundai di Indonesia, mengabarkan bahwa dealer resmi Hyundai di Cirebon telah memiliki perangkat pengecas dinding (wallbox). Dengan pengecas arus bolak-balik (alternating current/AC) semicepat ini, baterai Hyundai Kona Electric bisa diisi penuh dalam waktu sekitar 6 jam saja.
Selain itu, pihak HMID juga mengabarkan bahwa di Semarang sudah tersedia prasarana stasiun pengisian kendaraan listrik untuk umum (SPKLU) milik PT PLN. SPKLU dengan arus searah (direct current/DC) ini adalah jenis fast charging yang bisa mengisi baterai lebih cepat lagi.
Maka, tepatlah strategi loncat kota ini. Apalagi dengan jarak Jakarta-Cirebon kira-kira sama dengan Cirebon-Semarang, diasumsikan baterai yang tersedia cukup untuk menempuh perjalanan ke kota-kota tersebut.
Perjalanan pun dimulai pada Rabu (11/11/2020) siang dalam kondisi baterai hanya terisi 72 persen. Layar multiinformation display (MID) mobil menunjukkan, jarak tempuh baterai dalam posisi tersebut hanya 211 kilometer. Tentu saja sangat riskan menempuh perjalanan menuju Cirebon karena, menurut aplikasi Waze, jarak tempuh menuju dealer Hyundai Cirebon sedikitnya 230 kilometer.
Kompas pun mengarahkan mobil ke kantor PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya di kawasan Gambir, Jakarta Pusat. Di sana tersedia SPKLU ultrafast charging yang sudah kami coba saat menguji Hyundai Ioniq, mobil listrik lain Hyundai, pada Agustus 2020. Setiba di lokasi tersebut, baterai tinggal 65 persen.
Benar saja, hanya butuh waktu kurang dari 1 jam untuk mengecas baterai hingga 98 persen. Dalam posisi ini, sisa jarak tempuh di MID tertera 278 kilometer. Secara teori sudah cukup untuk menempuh perjalanan ke Cirebon.
Aplikasi Waze menunjukkan jarak tempuh dari PLN UID Disjaya di Gambir sampai lokasi dealer Hyundai Cirebon adalah 216 kilometer. Namun, karena ini adalah eksperimen pertama membawa sebuah BEV untuk menempuh jarak di atas 200 kilometer, kami pun mengendarai mobil dengan mode eco sepanjang perjalanan.
Mengemudi ekonomis
Ada tiga mode berkendara pada mobil ini, yakni eco, comfort, dan sport. Mode eco adalah mode paling efisien mengkonsumsi listrik baterai walau dengan mengorbankan sedikit akselerasi.
Akan tetapi, tenaga yang tersalurkan tidak terasa terlalu loyo selama di jalan tol. Akselerasi masih cukup untuk mendahului beberapa mobil di depan walaupun gaya mengemudi tetap diusahakan seekonomis mungkin. Mobil ditahan melaju di rentang kecepatan 90-100 kilometer per jam sepanjang jalan.
Dari faktor kenyamanan, AC mobil disetel di posisi suhu 23 derajat celsius dan sudah cukup membuat kabin mobil sejuk. Fitur driver’s only, yang membuat embusan angin AC hanya diarahkan ke posisi pengemudi untuk menghemat listrik, juga tidak diaktifkan.
Dalam urusan AC ini, konsumsi listrik langsung terasa bertambah saat kecepatan angin AC ditingkatkan. Hal itu terindikasi dari langsung berkurangnya indikator sisa jarak tempuh begitu embusan angin ditingkatkan dari level 1 ke level 2. Akhirnya, kami memasang kecepatan angin di level 1 dan ternyata sudah cukup nyaman sepanjang perjalanan.
Setelah perjalanan sekitar tiga jam, kami tiba di dealer Hyundai Cirebon di Jalan Brigjen Dharsono, Kota Cirebon, Jawa Barat, sesaat menjelang matahari terbenam. Sisa baterai saat itu 21 persen dan diperkirakan masih bisa menempuh jarak 73 kilometer lagi.
Jika ditambahkan dengan jarak Gambir-Cirebon sejauh 216 kilometer, berarti jarak tempuh Hyundai Kona Electric dari posisi baterai terisi penuh berkisar di angka 289 kilometer. Ini sesuai dengan klaim pabrikan menurut siklus pengujian WLTP (Worldwide Harmonized Light Vehicles Test Procedures).
Saat pengecas wallbox di dealer tersebut dicolokkan ke soket mobil, indikator MID menunjukkan waktu pengisian sekitar 5 jam 10 menit dengan daya pengisian rata-rata 6,7 kilowatt (kW). Ini artinya, baterai baru terisi penuh pada tengah malam. Akhirnya, kami memutuskan untuk bermalam di Cirebon dan melanjutkan perjalanan esok harinya.
Hari Kamis (12/11/2020) pagi, mobil sudah terisi penuh 100 persen dengan sisa jarak tempuh tertera 311 kilometer. Sekali lagi, aplikasi Waze menunjukkan jarak tempuh dari dealer Hyundai Cirebon ke kantor PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Semarang tempat SPKLU berada sekitar 230 kilometer.
Baca juga: Hyundai Resmi Luncurkan Ioniq dan Kona Electric di Tanah Air
Lebih boros
Mengingat selisih antara daya jelajah baterai dan jarak tempuh cukup jauh, Kompas memberanikan diri memindah mode berkendara ke comfort pada perjalanan hari kedua. Langsung terasa akselerasi mobil lebih ringan dan tenaga mobil seolah lebih besar.
Di atas kertas, mobil bermodel crossover SUV ini mengeluarkan tenaga maksimum 136 PS dari motor listriknya. Torsi puncak 395 Nm tersalur instan begitu pedal gas diinjak, khas sebuah mobil listrik.
Namun, ternyata mode ini benar memakan baterai lebih cepat. Jika di hari pertama konsumsi listrik bisa berkisar di atas 7 kWh per kilometer, hari kedua konsumsinya hanya di kisaran 6 kWh per kilometer. Saat mobil baru memasuki Tol Batang-Semarang, baterai mobil sudah mendekati 20 persen dan sisa daya jelajah tinggal 80 kilometer.
Perkiraan tersebut masih lebih besar dibandingkan sisa jarak tempuh yang tinggal 50 kilometer lagi. Namun, selisihnya terlalu tipis dan buru-buru kami segera mengubah mode berkendara ke eco lagi.
Benar saja, begitu tiba di Semarang, saat kantor PLN tinggal berjarak 2 kilometer lagi, indikator baterai lemah (low battery) mulai menyala. Indikator baterai sudah merah dan posisi baterai tinggal 8 persen lagi.
Untunglah SPKLU di Semarang masuk kategori fast charging dengan arus DC berdaya 50 kW. Saat pengecas sudah dicolokkan, terlihat perkiraan waktu pengisian hanya 3 jam 2 menit. Mengingat waktu masih belum tengah hari, kami memutuskan untuk menunggu baterai penuh dan tidak menginap di Semarang.
”SPKLU ini sudah kami resmikan sejak Januari 2020 sebagai bagian dari kesiapan PLN untuk menyongsong era mobil listrik di Tanah Air,” tutur Donny Adriansyah, Manajer PLN UP3 Semarang.
Tepat tiga jam, baterai sudah terisi penuh. Kompas pun melanjutkan perjalanan ke Magelang. Kali ini rute yang ditempuh lebih menantang karena akan melewati jalur-jalur tanjakan panjang di Tol Semarang-Solo.
Mobil kembali meluncur tanpa kendala di tanjakan-tanjakan ini karena torsi instannya sangat membantu menjaga momentum tenaga. Bahkan, dalam mode berkendara di eco, tanjakan-tanjakan ini dilahap tanpa masalah.
Lepas dari tol, kami sengaja menempuh jalur alternatif menuju Magelang via kawasan wisata Kopeng di lereng Gunung Merbabu. Di sini tanjakannya lebih ekstrem dan sering harus mendahului truk-truk yang berjalan pelan di tanjakan.
Meski tak ada masalah dalam hal tenaga, konsumsi listriknya langsung terasa boros. Pada puncaknya, konsumsi listrik baterai mobil ini sempat menyentuh 5,1 kWh per kilometer.
Pengereman regeneratif
Namun, borosnya listrik ini langsung dibalas saat mobil menempuh jalur menurun dari Kopeng ke Magelang. Hampir sepanjang perjalanan mobil lebih sering dibiarkan meluncur tanpa menginjak pedal gas. Pada saat ini, sistem pengereman regeneratif mobil bekerja untuk mengisi ulang baterai.
Konsumsi listrik pun langsung naik kembali menjadi 7,2 kWh per kilometer dan sisa jarak tempuh baterai pun ikut bertambah, dari sebelumnya tinggal 165 kilometer menjadi 178 kilometer.
Setiba di Magelang, mobi langsung dicas di area parkir bawah tanah Hotel Grand Artos, tempat seluruh panitia menginap. Karena belum ada fasilitas SPKLU ataupun wallbox di kota itu, pengecasan pun dilakukan dengan pengecas portabel dengan dicolokkan ke stop kontak milik hotel tersebut.
Praktis selama di Magelang hingga hari-H pelaksanaan Borobudur Marathon 2020, mobil tidak pernah terisi baterainya hingga 100 persen. Namun, ini tidak menjadi masalah mengingat mobil hanya dipakai berputar-putar sekitar Magelang-Borobudur saja yang jaraknya tidak terlalu jauh.
Pada hari-H, Minggu (15/11/2020), mobil sudah dinyalakan pada pukul 03.20 untuk segera berada di titik start lomba. Sejak saat itu hingga lomba berakhir sekitar pukul 09.30, mobil sama sekali tidak dimatikan karena harus menjadi sumber daya monitor pengukur waktu yang dipasang di atas mobil.
Mengingat maraton tahun ini menggunakan format khusus karena adanya pandemi, mobil pemandu pun hanya mengawal pelari untuk satu putaran pertama. Setelah itu, mobil diparkir dalam keadaan menyala, beberapa meter menjelang garis finis guna menjadi penunjuk waktu.
Kesempatan ini digunakan untuk menyimulasikan andaikata mobil terjebak kemacetan selama berjam-jam. Hingga sekitar pukul 07.00, AC masih dinyalakan sebelum kemudian dimatikan untuk menghemat baterai. Secara keseluruhan, daya baterai hanya turun sekitar 2 persen selama mobil dinyalakan dalam keadaan diam.
Sehari setelah Borobudur Marathon usai, Hyundai Kona Electric menempuh perjalanan pulang ke Jakarta melalui rute yang sama, yakni Magelang-Kopeng-Semarang. Karena dari Magelang mobil dalam keadaan baterai penuh, di Semarang kami hanya perlu mengecas selama sekitar 1 jam untuk menjadikan baterai kembali 100 persen.
Perjalanan ke Cirebon ditempuh dengan lancar walau tetap mengandalkan mode berkendara eco dan gaya mengemudi hemat energi. Kami pun kembali menginap di Cirebon selama mobil dicas di dealer Hyundai Cirebon sebelum esoknya melanjutkan perjalanan menuju Jakarta.
Secara umum, Hyundai Kona Electric terbukti sanggup diajak melakukan perjalanan ekstra jauh di tengah keterbatasan infrastruktur yang ada. Perjalanan memang tidak senyaman menggunakan mobil bermesin konvensional atau hybrid yang bisa menempuh jarak tak terbatas selama masih diisi bensin.
Sekali lagi, kalau Anda harus membawa mobil listrik ini berjalan ke luar kota dengan jarak di atas 300 kilometer, perencanaan perjalanan dan strategi pengecasan perlu diperhitungkan dengan detail. Selain itu, kaki kanan harus diajari untuk menahan diri selama perjalanan untuk semaksimal mungkin menghemat baterai.
Baca juga: Gebrakan Elektrik Hyundai Ioniq