Keseruan Merawat Anjing Kesayangan
Pandemi Covid-19 yang membuat kita mesti bekerja dari rumah bukan berarti binatang peliharaan, seperti anjing, harus ikut-ikutan terus berada di rumah. Jadi, ajaklah anjingmu bermain.
Pandemi Covid-19 sudah lebih dari delapan bulan dan membuat sebagian besar orang memilih berdiam di rumah. Kini sudah ada sebagian masyarakat yang memberanikan diri keluar rumah untuk sekadar mencari suasana baru. Namun, jangan lupa membawa anjing peliharaan kita untuk sekadar jalan-jalan.
Bila berada di ruangan terus-menerus, anjing juga bisa bosan. Walaupun tidak terkurung di dalam kandang, kebebasan tinggal di rumah tetap bisa membuat anjing stres. Bagi anjing, selain makan dan minum tercukupi, kebutuhan lainnya seperti bermain atau lari-larian bersama teman-temannya.
Untuk itulah, tak jarang kita melihat anjing yang jalan-jalan pagi atau sore hari bersama pemiliknya. Sebagian pemilik anjing membawa peliharannya bermain di tempat bermain, salah satunya Rumah Terraria yang terletak di daerah Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Marcella Christine hampir setiap akhir pekan mengajak kedua anjingnya untuk bermain. Dari satu tempat bermain anjing yang lengkap dengan kolam renang sudah disambanginya. Salah satu perhatian Christine adalah memberikan terapi bagi Bobby (4 tahun), anjing jenis corgy, yang memiliki sakit hip dysplasia minor dan kelemahan saraf pada tulang kaki belakangnya.
”Salah satu terapinya ya berenang. Kasihan sih awalnya, Bobby mesti pakai pelampung dan kelihatan tergopoh-gopoh,” kata Christine di Serpong, Tangerang, Banten, Kamis (19/11/2020).
Selain Bobby, anjing kesayangannya jenis westie yang dinamakan Luna (1 tahun). Berbeda dengan Bobby yang semula galak, Luna lebih berkarakter social dog atau gampang bersosialisasi dengan anjing lain. Di sinilah pentingnya diajak bermain karena Bobby akhirnya makin rileks dan mau bermain dengan anjing lain.
Beruntung sekali bagi Christine menemukan lokasi bermain anjing yang terasa nyaman bagi anjing-anjingnya. Dari sejumlah tempat bermain anjing, dia memilih Rumah Terraria. Di tempat itu, anjing-anjing milik Christine dimanjakan dengan berbagai fasilitas, dari mulai berlari-larian di lahan yang luas sampai mandi dan grooming. Semua itu membutuhkan waktu selama tiga jam.
Selain Christine, pemilik anjing lainnya, Sara Lian, warga Pamulang, Banten, juga senang membawa rekreasi tiga anjingnya bermain di Terraria setiap minggu. Selain anjing jenis mix husky-corgy-dachsund bernama Bento (1,5), ada juga anjing golden retriever Mida (11) dan Akeila (7).
”Mida ini anjing pertama saya. Waktu itu belum paham banget pelihara anjing. Ternyata, keseringan berada di lantai keramik licin enggak bagus untuk pertumbuhan kakinya. Sebelah kaki Mida sempat lemah. Saya baca-baca, ternyata renang paling bagus untuk anjing, apalagi anjing ukuran medium-large yang umumnya terkena hip dysplasia,” ujar Sara.
Sudah sejak tahun 2010, Sara yang semula tinggal di Jakarta penuh perjuangan untuk menuju Terraria. Dia memilih tempat itu karena ada kolam renang khusus anjing. Meski begitu, semua rasa lelah dalam perjalanan langsung terbayarkan saat melihat anjingnya dimandikan oleh kennel boy (pengurus anjing).
”Saya sering ajak anjing-anjing rekreasi ke sana, olahraga, happy, dan bersih. Kami sebagai pemilik juga bisa merasa santai di sana. Apalagi, di masa pandemi begini, mendingan bawa anjing bermain di sana,” ujar Sara.
Tempat latihan anjing
Cikal-bakal Terraria adalah tempat melatih anjing jenis rottweiler milik pribadi. Sang pemilik, Yudiyanto Tasma (32), mengembangkan tempat itu menjadi Rumah Terraria One Stop Dog’s Entertainment. Selain menjadi tempat latihan anjing, di rumah itu dilengkapi fasilitas penitipan dan perawatan anjing.
Bagi Yudi, anjing sehat tak sekadar berawal dari asupan makanan, tetapi juga terpenuhinya kebutuhan bermain. Anjing bisa bergembira tanpa rasa takut bersosialisasi di lahan yang luas.
Rabu (7/10/2020) sore, Yudi duduk santai sambal menghadap area tempat latihan anjing. Sejumlah anjing titipan pelanggan sengaja dikeluarkan dari kandang. Mereka dilatih kebiasaan buang air besar dan kecil di taman. Anjing-anjing bermain selama 15 menit pada pagi dan sore hari lalu diajarkan bersosialisasi sesuai dengan karakternya.
Melihat anjing-anjing itu berlari dengan gembira, Yudi selalu tersenyum. Tak ada yang mengira kalau semua yang dibangun–satu demi satu arena bermain anjing–bersama ayahnya ini dapat memberi arti bagi kebutuhan anjing.
Yudi mengisahkan, setelah kantor papanya kemalingan binatang reptil sekitar tahun 2002, dia getol memelihara anjing jenis rottweiler. Anjing rottweiler yang berpenampilan sangar, tetapi mudah dilatih untuk mengikuti kemauan pemiliknya. Rasa cintanya pada anjing membuat Yudi menggeluti hobi merawat anjing penjaga itu.
”Sejak kantor papa kemalingan, kami pelihara rottweiler. Sebelumnya sudah hobi bermain anjing, pengin banget punya anjing gede sekadar buat menakuti orang. Soalnya, kalau semata-mata bergantung petugas security rasanya percuma,” ujar Yudi.
Setelah kejadian itu, bersama keluarganya, Yudi memelihara anjing jenis rottweiler. Dia beli dua ekor dari pembiak anjing berkualitas di Jakarta, masing-masing sekitar Rp 5 juta. Mereka diberi nama Tiger dan Valen.
Rupanya, bukan sekadar dilatih menjadi anjing penjaga, keduanya diikutsertakan dalam kontes anjing. Anjing usia 4-5 bulan yang semestinya buat jaga malah iseng-iseng diikutsertakan kontes anjing. Biasanya, kontes anjing diikuti anjing yang terlihat baik, bukan anjing yang ganas, kekar, dan macho.
Tahun 2003, belajar masuk ikut show rottweiler dan menduduki peringkat keempat. Yudi menjadi tergoda untuk terus mengikutsertakan anjingnya dalam kontes. Apalagi, hadiah pertama sebesar Rp 100 juta. ”Panas dong rasanya. Dari kontes itu, saya belajar ke sana dan kemari. Setiap breeder ternyata punya ilmu yang berbeda-beda. Punya teknik perawatan dan teknik untuk diikutkan show berbeda-beda pula,” ujar Yudi.
Tak segan-segan, Yudi kembali membeli anjing rottweiler lainnya. Dia mulai belajar mengenai anatomi dan tahap-tahap awal mendidik anjing show. Bahkan, ia sampai mengimpor dari Serbia dan Jerman. Akibat doyan membeli, kebutuhan kandang makin terbatas. Apalagi, semua anjingnya tergolong berbadan besar. Dari sanalah ayah Yudi memberanikan diri membeli sebidang tanah seluas 5.000 meter persegi. Tujuannya, menaruh anjing-anjing itu di tempat yang nyaman dan aman, terutama bisa dilatih sendiri.
Bukan hanya latihan, Yudi juga tergoda untuk mengembangbiakkan anjing rottweiler. Belajar lagi cara-cara menghasilkan anjing berkualitas. Tempat latihan itu justru menjadi cikal-bakal lahirnya Klub Rottweiler Indonesia (KRI).
Banyaknya pemilik anjing menghendaki anjing yang patuh di rumah, terutama mengejar obsesi menang kontes, permintaan pelatihan pun membanjir. Untuk mengejar champion nasional, anjing rottweiler, misalnya, harus melewati kategori anjing sahabat. Anjing yang selalu patuh dan taat perintah berupa tahapan kepatuhan dasar.
Dari situlah Yudi tak pernah lelah belajar, mulai dari belajar anatomi anjing, breeding, atau pengembangbiakan hingga belajar kepatuhan dasar dengan standar kelulusan tertentu. Anjing sahabat itu harus mampu mengatasi emosionalnya sendiri. Diganggu orang lain ataupun suara sepeda motor sekalipun tetap bersikap baik. Tidak responsif mengejar atau malah menggigit orang.
Yudi pun mau tidak mau mempelajari traumatik anjing. Stres bisa disebabkan oleh pemiliknya yang terlalu keras memperlakukan anjing, dipukul, terus-menerus dikurung di kandang, hingga pernah dibuang di jalanan.
Sifat-sifat anjing mau tidak mau dipelajari Yudi. Anjing pekerja, misalnya, tentu sangat senang apabila terus dilatih. Cuma ada karakter berbeda yang disebabkan oleh faktor genetik. Penanganan karakteristik ini menjadi pintu masuk untuk menuju tahap pelatihan berikutnya.
Setiap anjing mempunyai sifat berbeda. Jangankan jenis anjing yang sama, sifat kakak dan adik pada anjing pun berbeda. Apalagi, anjing yang sama sekali tidak memiliki hubungan persaudaraan.
”Anjing galak pasti disebabkan kurang sosialisasi. Tidak bisa sekadar dipatok pelatihan tiga bulan tercapai, bisa nurut sesuai keinginan pemiliknya. Bermain dan makanan menjadi faktor yang ikut menentukan dalam proses pelatihan,” ujar Yudi.
Terraria mengandalkan satu pelatih dan sejumlah kennel boy. Satu pelatih dapat menangani maksimal 12 ekor anjing sehingga benar-benar mengetahui perkembangannya dari awal hingga akhir pelatihan. Pembatasan jumlah anjing yang dilatih membuat lebih fokus tercapainya tujuan akhir. Kalau ada yang menemukan kejanggalan pada anjing, entah luka, jamur, kutu, atau masalah lainnya, pasti diberitahukan kepada pemiliknya. Tidak sungkan pula memberi obat atau sharing cara perawatan anjing.
Lebih nyaman
Ikut-ikutan mengurus anjing sendiri ataupun anjing orang lain, Yudi pun akhirnya kepikiran mengembangkan hobinya. Dia tergerak untuk melengkapi fasilitas untuk anjing supaya merasa lebih nyaman. Dia berusaha membuat anjing merasa dimanjakan dan nyaman, dari mulai kandang yang bersih, lahan yang luas, sampai kolam renang khusus anjing.
”Kecemplung juga akhirnya karena ikut-ikutan papa. Dari belajar menyusui anakan anjing rottweiler sampai membangun area penitipan anjing,” ujar Yudi.
Luasnya lahan dilengkapi banyak kandang membuat peserta kontes kerap menitipkan anjing-anjingnya. Tahun 2004, lebih banyak penitipan anjing disediakan oleh petshop, tetapi hanya menyediakan kandang kecil. Tidak bisa diajak main, lari-larian, ataupun berenang, seperti yang saat itu sudah dirintisnya dan kini dikenal dengan nama Terraria.
”Waktu itu saya masih kuliah, tetapi sudah diajak papa untuk bantu mengurusi penitipan anjing kawan-kawannya,” ujar Yudi.
Saat pandemi, penitipan anjing menjadi sepi karena banyak orang yang berada di rumah. Dengan alasan itu, Yudi membangun kandang-kandang baru. Dari 10 kandang terus dibangun sampai 20 kandang.
Tahun 2007, area penitipan anjing ini semakin luas dengan kapasitas kandang bisa muat 250 ekor. Ada juga area kandang yang dibangun bertingkat. Hari raya Idul Fitri ataupun Natal hingga akhir tahun biasanya penitipan anjing penuh. Bahkan, pengelola terpaksa menolak penitipan anjing.
Faktor kesehatan anjing yang dititipkan menjadi hal utama. Tak ingin anjing menjadi sakit, misalnya, badan gatal-gatal setelah berenang, air kolam renang pun diisi dengan air tanah dengan kadar Ph (tingkat keasaman) yang terukur. Setiap hari Kamis, air kolam dibersihkan supaya keesokan harinya, terutama akhir pekan, bisa dimanfaatkan untuk berenang anjing.
Baca juga: Keragaman Anjing Berasal dari Zaman Es
Itu pun berangkat dari pengalaman anjing pengunjung yang ternyata memiliki tingkat sensitivitas berbeda-beda. Tahun 2008, ada komplain anjing yang kulitnya gatal-gatal setelah berenang di tempat penitipannya. Akhirnya, Yudi pun sampai belajar bahaya kandungan kaporit yang biasa dicampurkan pada air kolam renang.
Selain bahaya buat ginjal akibat terminum oleh anjing yang heboh berenang, air kaporit juga dapat menyebabkan alergi pada beberapa anjing. Sejak itulah, tahun 2009 hingga sekarang, kolam renang menggunakan air tanah.
Pandemi Covid-19 kini dirasakan berdampak cukup serius. Dari jumlah penitipan, pelatihan hingga menurunnya jumlah pengunjung yang mengajak anjingnya bermain. Jumlah anjing yang dititipkan hanya 50-80 ekor dari kapasitas 250 ekor anjing. Yudi melihat ini dari sisi positif, anjing-anjing merasa nyaman berada di rumah setiap pemiliknya yang sedang bekerja dari rumah.