Perusahaan Mulai Menaruh Perhatian pada Isu Planet yang Berkelanjutan
Isu terkait planet yang berkelanjutan mulai jadi isu arus utama di kalangan pelaku usaha. Berbagai cara dilakukan, termasuk mengubah budaya kerja perusahaan agar ramah lingkungan.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan memiliki andil besar dalam membangun masyarakat dan planet yang berkelanjutan. Namun, tujuan ini hanya akan tercapai ketika perusahaan mampu membuat perubahan internal terlebih dahulu.
Perubahan internal berarti perusahaan bersedia untuk mengubah kebijakan untuk mengedepankan program-program perusahaan yang berkelanjutan, tidak semata program dalam tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Langkah ini dapat mengubah cara perusahaan beroperasi secara keseluruhan. Sejumlah perusahaan telah menerapkan langkah ini selama beberapa tahun terakhir.
Director of Compliance, Corporate Affairs and Legal PT Bank CIMB Niaga Tbk, Fransiska Oei mengatakan, meskipun merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, CIMB Niaga berupaya agar bisa berkontribusi dalam mewujudkan planet yang berkelanjutan. Perubahan secara besar-besaran pun telah dilakukan.
”Kami mengubah visi dan misi menyangkut ekonomi sosial dan lingkungan. Visi dan misi bank kini berorientasi pada prinsip berkelanjutan, kami melakukan aktivitas bisnis tidak lagi memikirkan profit, tetapi juga people dan planet,” kata Fransiska dalam diskusi virtual Talkinc 16 Years of Collaboration ”Am I Fully Awake?”, Rabu (25/11/2020) malam.
Mengacu pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), CIMB Niaga menetapkan sejumlah agenda perusahaan yang baru. Beberapa di antaranya melakukan bisnis sembari memastikan implementasi prinsip berkelanjutan tetap berlangsung, mendorong karyawan untuk memahami dan menerapkan prinsip berkelanjutan ketika bekerja, serta mengingatkan nasabah dan mitra tentang isu berkelanjutan.
Contoh konkret yang terlihat dalam implementasinya ialah menambah aspek berkelanjutan dalam KPI (key performance indicator) karyawan, mengimbau karyawan tidak lagi menggunakan botol minum sekali pakai, dan tidak mewajibkan dokumen perusahaan dalam bentuk kertas. Dari sisi konsumen, pelaku usaha yang ingin membutuhkan dana pinjaman harus membuktikan bisnisnya telah menerapkan prinsip berkelanjutan.
”Kami terus meningkatkan diri sendiri mengenai apa yang harus kami lakukan. Kami melakukan banyak pelatihan internal dan menggelar workshop untuk nasabah terkait itu,” ujarnya.
Fransiska melanjutkan, perusahaan juga menghitung kontribusi operasional perusahaan di seluruh Indonesia terhadap emisi gas karbon, misalnya dari operasional genset dan penggunaan mobil dinas. Setelah dihitung pada 2019, perusahaan ternyata berkontribusi terhadap emisi karbon sebesar 24.000 ton.
Untuk menebus emisi itu, tuturnya, CIMB Niaga melakukan program CSR bertajuk ”Bamboo Conservation Program”. Program ini mengajak komunitas untuk menanam bambu yang mampu menyerap karbon, salah satunya di Bali.
Corporate Affairs Director PT Nestlé Indonesia Debora Tjandrakusuma menambahkan, operasionalisasi Nestlé sejak awal sudah mengedepankan prinsip berkelanjutan. ”Kalau masyarakat tidak mendapat manfaat, kami tidak akan bisa bertahan untuk jangka panjang,” katanya.
Seperti yang diketahui, sebagai perusahaan makanan dan minuman, Nestlé menghasilkan banyak limbah. Untuk itu, Nestlé berkomitmen agar operasionalisasi bisnis memiliki dampak nol terhadap lingkungan hidup pada 2030. Perusahaan ini fokus pada tiga aspek, yakni menjaga keberlanjutan air, mengatasi perubahan iklim, dan menangani sampah plastik.
Pada aspek mengatasi perubahan iklim, misalnya, perusahaan ini telah membuat target agar mencapai nol emisi gas rumah kaca pada tahun 2050. Sementara untuk menangani masalah sampah plastik, Nestlé berjanji agar produknya menggunakan 100 persen yang dapat didaur ulang pada 2025.
Dalam mencapai tujuan itu, ujar Debora, Nestlé telah mengimplementasi sejumlah program. Program yang telah berjalan, antara lain, melatih keluarga hidup sehat, mengembangkan komunitas yang makmur, dan menata sumber daya untuk generasi mendatang.
Terkait pengembangan komunitas yang makmur, misalnya, Nestlé telah bekerja sama dengan 26.400 peternak sapi perah di Jawa Timur untuk membuat praktik peternakan sapi perah yang berkelanjutan. Perusahaan ini juga bekerja sama dengan 20.000 petani kopi di Lampung dalam mengimplementasi praktik perkebunan kopi berkelanjutan.
Selain itu, Nestlé menggandeng mitra untuk bersama-sama mengatasi masalah lingkungan yang terjadi. Perusahaan ini pernah berkolaborasi dengan World Wide Fund for Nature (WWF) untuk menanam pohon di Lampung dan Jawa Timur serta USAID untuk membangun sumur resapan di Probolinggo.
”Ini adalah cara kami memberikan dampak positif jangka panjang bagi masyarakat dan pemangku kepentingan melalui hal-hal yang kami lakukan sebagai sebuah perusahaan,” ujar Debora.
Tidak mudah
Fransiska menjelaskan, melakukan perubahan internal secara besar-besaran merupakan hal yang tidak mudah. Namun, CIMB Niaga konsisten untuk mengangkat isu berkelanjutan sehingga muncul kebiasaan baru dalam budaya perusahaan.
”Jadi harus dilakukan secara terus-menerus. Kami memasukkannya dalam kode etik, mengubah tugas karyawan dalam KPI, melakukan email blast tentang masalah berkelanjutan, dan menggelar kegiatan karyawan yang menunjang sustainability,” ujarnya.
Dengan begitu, lanjutnya, prinsip berkelanjutan akan menjadi bagian dari karyawan dan perusahaan. Karyawan juga menjadi sadar terhadap komitmen serius perusahaan untuk mencapai tujuan itu.
Debora menambahkan, penting bagi perusahaan untuk menerapkan prinsip nilai bersama perusahaan (corporate shared values). Prinsip ini membantu perusahaan tumbuh sekaligus memajukan masyarakat.