Selama pandemi Covid-19, rambut gondrong menjadi tren di kalangan laki-laki. Tren rambut panjang ini kemungkinan karena mereka menghabiskan banyak waktu di rumah ketimbang di sekolah dan tempat kerja.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·4 menit baca
Sejumlah orang dengan sadar memanjangkan rambutnya untuk menandai masa pandemi Covid-19. Mereka memanjangkan rambuti bukan sekadar untuk gaya-gayaan. Di balik rambut gondrong itu, rupanya tersemat doa agar pandemi tak lagi terjadi.
Putra Aditya (22) berpikir cukup lama saat ditanya kapan terakhir kali dirinya potong rambut. Setelah merenung hampir 10 detik, ia tetap tak bisa mengingatnya. Ia hanya bisa memastikan, saat itu pandemi Covid-19 merebak di dalam negeri.
”Kapan ya, kalau enggak salah Februari. Saya lupa. Yang pasti sebelum pandemi,” kata karyawan swasta ini saat ditemui di Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (22/11/2020) pagi.
Sebagian rambut Putra saat ini terlihat menutupi seluruh bagian belakang lehernya. Sebagian lagi terlihat menjuntai ke belakang karena ia ikat menggunakan karet hijau. Jika diurai, seluruh rambutnya bisa sampai sebahu.
Ini adalah kali pertama Putra berambut gondrong. Sebelumnya, rambutnya bahkan tak pernah menyentuh bagian telinga. Awalnya, Putra khawatir untuk datang ke tempat pangkas rambut. Namun, lama-kelamaan ia punya alasan yang lebih prinsipal.
Ia membiarkan rambutnya gondrong untuk menandai masa pandemi ini. Nantinya, jika anak dan cucunya melihat foto-foto dengan rambutnya yang gondrong itu, Putra bisa dengan mudah menjelaskan bahwa saat itu tengah terjadi pandemi Covid-19.
”Karena, kan, memang lagi ngetren, ya. Teman-teman saya juga banyak yang gondrong soalnya,” ujarnya.
Dari situ, Putra juga berdoa agar kesempatannya gondrong ini menjadi yang pertama sekaligus yang terakhir baginya. Ia berharap, ke depan tidak ada lagi pandemi di Indonesia yang memaksa semua orang takut bersua dengan orang lain, termasuk dengan tukang cukur.
Saat ini, Putra masih belum berpikiran untuk memotong rambutnya. Meski merasa semakin gerah, ia masih akan tetap mempertahankan rambut gondrongnya itu setidaknya hingga pandemi mereda.
Kebetulan, ia juga baru saja pindah dari kantor cabang satu ke kantor cabang yang lain. Di kantor cabangnya yang baru saat ini, peraturan untuk karyawan tidak seketat peraturan di kantor cabang lama. Atasan tidak melarangnya untuk gondrong asalkan tidak mengganggu performa kerja.
Sementara itu, Tarra (16) terlihat sangat percaya diri dengan kibasan rambut gondrongnya saat melompat dengan skateboard-nya di lintasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Minggu siang. Warga Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat, ini mengiyakan dirinya merasa lebih keren dengan rambut panjangnya itu.
”Enak aja, sih, emang kalau difoto juga lebih keren,” ujar siswa kelas X SMA ini.
Sama halnya dengan Putra, ini adalah kali pertama Tarra memiliki rambut panjang. Meski tidak sampai sebahu, rambut Tarra Tampak menutupi kedua telinga dan dahinya. Ia mengaku terakhir memotong rambutnya pada Januari 2020, jauh sebelum pandemi Covid-19.
Rambut gondrong di kalangan laki-laki memang tengah menjadi tren. Ia menduga, hal ini karena mereka lebih banyak menghabiskan waktu di rumah ketimbang di sekolah dan tempat kerja
Tarra memanfaatkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) untuk memanjangkan rambutnya karena aturan di sekolahnya sangat ketat. Sedikit saja rambut mengenai kuping, wajib dipotong. Kebetulan, peraturan tersebut tidak berlaku selama PJJ ini sehingga ia bebas memanjangkan rambut sampai yang ia inginkan.
”Buat merayakan kebebasan aja. Selama pandemi, kan, enggak ada peraturan kedisiplinan,” ujarnya.
Dua bulan lalu Bhakti (29) juga sempat memanjangkan rambutnya sampai sebahu. Saat itu, ia menghindari datang ke tempat pangkas rambut karena masih khawatir dengan penularan Covid-19.
Hal itu bukan kali pertama Bhakti memiliki rambut sepanjang bahu. Sebelumnya, ia juga memiliki rambut dengan panjang yang sama saat masih duduk di bangku kuliah. Kira-kira sekitar empat tahun lalu.
”Kalau ini buat menandai krisis, jadi gondrong. Dulu pas kuliah krisis karena kiriman (uang) seret. Sekarang karena gaji dipotong,” candanya.
Sayangnya, dua bulan lalu ia harus merelakan rambutnya dipotong cepak karena harus menggelar akad nikah. Calon istrinya saat itu hanya ingin melihatnya tidak terlihat kumal, sehari saja.
”Terpaksalah. Katanya, kalau aku gondrong, kelihatan lusuh. Lebih baik kuturuti daripada enggak jadi nikah,” ungkapnya.
Menurut Sekretaris Jenderal Persatuan Ahli Kecantikan dan Pengusaha Salon Indonesia ”Tiara Kusuma” Fourlen Diana, selama pandemi Covid-19 ini, rambut gondrong di kalangan laki-laki memang tengah menjadi tren. Ia menduga, hal ini karena mereka lebih banyak menghabiskan waktu di rumah ketimbang di sekolah dan tempat kerja.
”Mungkin takut datang ke tukang cukur rambut. Selain itu, pekerja, mahasiswa, dan pelajar juga masih banyak yang bekerja dan belajar dari rumah. Mungkin mereka memilih memanjangkan rambut dan akhirnya menjadi tren,” ujarnya.