Protokol Kesehatan sampai Promo Menarik Jadi Siasat Menambah Penonton Bioskop
Pengusaha bioskop berupaya menarik minat konsumen yang ingin menonton film. Walau dampaknya belum sebanding dengan kondisi sebelum pandemi, publik memberi respons positif.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengusaha bioskop bersiasat menarik minat masyarakat agar menonton film di bioskop. Siasat itu berupa kepastian penerapan protokol kesehatan, memberi promo menarik, hingga menayangkan film sesuai dengan minat publik.
Sales and Marketing Division CGV Cinemas Indonesia Manael Sudarman pada Sabtu (21/11/2020) mengatakan, animo publik terhadap pembukaan kembali CGV sebulan lalu cukup baik. Sebagian besar konsumen memilih film Peninsula (2020), lanjutan dari film Train to Busan (2016), ketika bioskop kembali beroperasi. Film dari Korea Selatan ini menjadi salah satu magnet bagi masyarakat yang kini kian akrab dengan gelombang budaya pop Korsel atau Hallyu.
Selain Peninsula, ada pula film dokumenter Break The Silence: The Movie (2020) yang menceritakan kisah grup musik Korsel, BTS, saat tur dunia pada 2019. Film produksi Korsel lainnya seperti The Swordsman (2020) juga diminati.
Manael menambahkan, selain menyukai film-film dari Korea Selatan, penonton juga mencari film India.
”Melihat tren yang ada, saya rasa CGV berhasil menarik (minat publik) dan mapan di segmen pasar yang tepat. Saat ini belum ada konten lokal dan Hollywood yang besar sehingga kami fokus pada konten-konten baru dari Korea Selatan, Eropa, dan negara Asia lain. Respons konsumen pun cukup baik,” kata Manael saat dihubungi dari Jakarta.
Saat ini, CGV memutar film-film baru dan sejumlah film yang pernah diputar, seperti Jumanji: The Next Level (2019) dan Fast and Furious: Hobbsand Shaw (2019). CGV berencana memutar sejumlah film baru ke depan.
Sebelumnya, Direktur CGV Cinemas Indonesia Dian Sunardi Munaf mengatakan, pihaknya telah mengantongi beberapa judul film baru yang akan tayang.
Selain film, jaringan bioskop asal Korsel tersebut juga menarik minat publik lewat promo setiap minggu. Promo yang ditawarkan seperti menjual tiket berharga khusus untuk beberapa film pilihan, diskon untuk pembelian tiket dengan bank tertentu, hingga suvenir gratis untuk pembelian tertentu.
”Antusiasme warga secara umum masih cukup bagus. Penonton pun cukup beragam, mulai dari anak muda hingga keluarga. Dari yang kami evaluasi, publik cukup patuh pada protokol kesehatan di bioskop. Mereka juga mengikuti arahan dari staf kami,” ujar Manael.
Protokol kesehatan ketat juga diterapkan di jaringan bioskop XXI. Head of Corporate Communications and Brand Management Cinema XXI Dewinta Hutagaol mengatakan, pihaknya menyusun protokol kesehatan sesuai arahan pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
Bioskop di DKI Jakarta, misalnya, memperbolehkan penonton berusia 12-60 tahun. Kapasitas penonton di dalam studio pun dibatasi hanya 25 persen dari kapasitas maksimal. Pengunjung juga tidak boleh makan dan minum di dalam studio.
”Kami tetap rutin memelihara dan membersihkan seluruh lingkungan bioskop setiap hari. Ini dilakukan sejak bioskop berhenti beroperasi sementara demi kenyamanan dan keamanan seluruh petugas serta konsumen,” kata Dewinta melalui keterangan tertulis.
Selain itu, XXI juga menawarkan promo demi menarik minat konsumen. Promo tersebut bisa diakses melalui pembelian daring di aplikasi Mtix. XXI hingga kini mendapat respons cukup baik dari publik ketika bioskop kembali dibuka.
Menurut Dewinta, XXI terus memantau perkembangan kondisi pandemi untuk membuka jaringan bioskop secara bertahap. Pihaknya juga mempertimbangkan aturan dari pemda setempat. Hingga 20 November 2020, ada 60 jaringan bioskop XXI yang kembali beroperasi. Bioskop itu tersebar di beberapa daerah, seperti Ternate, Jayapura, Samarinda, Bandung, Lampung, Palembang, Batam, Lombok, Bengkulu, Gorontalo, dan Jakarta.
Jaringan bioskop CGV telah dibuka di 19 lokasi per 19 November 2020. Semuanya tersebar, antara lain, di Mojokerto, Batam, Bekasi, Jakarta, Yogyakarta, Palembang, dan Bandung.
Adapun sebagian warga menantikan bioskop di kota mereka kembali dibuka, sedangkan sebagian lainnya masih berpikir ulang untuk ke bioskop. Ini tampak dari jajak pendapat Litbang Kompas terhadap 522 responden berusia minimal 17 tahun pada 26-28 Oktober 2020. Hanya 10,3 persen responden yang akan pergi menonton jika bioskop kembali dibuka di kota mereka. Hampir 70 persen responden menyatakan tidak akan ke bioskop dan 10,8 persen lainnya ragu-ragu.
”Saya belum ke bioskop karena belum ada film yang bagus. Paling saya hanya mampir ke bioskop, tetapi bukan untuk nonton,” kata Iqbal (25), karyawan swasta di Jakarta.
Ketua Asosiasi Produser Film Indonesia (Aprofi) Edwin Nazir sebelumnya berharap agar semua pihak mematuhi protokol kesehatan. Jangan sampai ada kluster baru Covid-19 di bioskop. Ini penting karena pembukaan bioskop memegang peranan penting untuk memulihkan industri film Indonesia.