Barangkali pelanggan kopi mesti duduk saat menunggu kopi slowpresso disajikan. Betapa tidak, slowpresso membutuhkan waktu 10 kali lebih lama dibandingkan dengan espresso. Namun, penantian itu berbuah manis.
Oleh
Agnes Rita Sulistyawaty
·5 menit baca
Waktu seakan melambat di mesin slowpresso. Menit demi menit berlalu, tetesan pertama belum juga menyambangi cangkir yang telah menanti di bawahnya. Setelah 4 menit berlalu, barulah kopi mengalir sembari menyebarkan harumnya yang khas.
Cangkir mungil khusus untuk espresso tersaji di atas meja kayu. Aroma kopi memenuhi paru-paru. Kenikmatan kopi berpadu dengan indra pencecap. Saat itulah jarum jam seakan berhenti berputar.
Kopi arabika bali wanagiri terasa pekat sekaligus manis. Sedikit jejak buah-buahan tertinggal di lidah. Sebagian orang membahasakannya asem, ada pula yang menyebutnya fruity. Keragaman rasa yang kompleks itu agaknya khas slowpresso di Esperto Cafe, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Senin (16/11/2020).
Slowpresso adalah antitesis espresso. Espresso—seperti namanya yang berarti ekspres atau cepat—menjanjikan kopi hitam tersaji dalam 20-30 detik. Begitu singkatnya espresso tersaji, sampai-sampai pemesan cukup berdiri saja menanti cangkir kopi berpindah tangan.
Sebaliknya, slowpresso mengharuskan penikmat kopi bersabar lantaran butuh waktu 4-5 menit untuk menghasilkan dua gelas kopi hitam pekat serupa espresso. Akan tetapi, ekstrak kopi yang menetes relatif memiliki rasa yang lebih kaya.
Dari espresso, aneka minuman populer di kalangan pencinta kopi, seperti americano, cappuccino, latte, dan varian turunannya. Slowpresso pun bisa dikombinasikan dengan tambahan air atau susu menjadi varian yang sama dengan yang dihasilkan espresso.
Segelas slowpresso dibuat dari mesin Asterion Arthropoda, Senin (16/11/2020). Apabila segelas espresso biasa hadir 25-30 mililiter, slowpresso tersaji sebanyak 22 mililiter saja. Untuk dua gelas slowpresso, dibutuhkan 22 gram kopi bubuk yang digiling sehalus bubuk untuk espresso.
Istilah slowpresso pun belum sepopuler espresso, antara lain lantaran mesin pembuatnya yang belum banyak. Di Indonesia, salah satu mesin slowpresso dibuat oleh Esperto. Menyandang merek dagang Asterion Arthropoda, mesin yang 60 persen komponennya diproduksi dalam negeri ini mampu menghasilkan 16 cangkir slowpresso sekali waktu.
Franky Angkawijaya, pencipta Asterion Arthropoda, menyebutkan, tekanan mesin ini memakai 1 bar, sementara mesin espresso pada umumnya bertekanan 2-3 bar atau bahkan 5 bar saat pre-infusion (pembasahan bubuk kopi di mesin espresso).
Tekanan 1 bar ini memungkinan waktu interaksi air dan kopi menjadi jauh lama sehingga berpengaruh pada citarasa kopi yang dihasilkan.
Slowpresso mengharuskan penikmat kopi bersabar lantaran butuh waktu 4-5 menit untuk menghasilkan dua gelas kopi hitam pekat serupa espresso. Akan tetapi, ekstrak kopi yang menetes relatif memiliki rasa yang lebih kaya.
Ramah lingkungan
Mesin ini, kata Franky, relatif ramah lingkungan apabila ditilik dari konsumsi energinya. Dengan 4.700 watt listrik, mesin bisa mendidihkan 26 liter air untuk membuat slowpresso. Mesin dapat digunakan untuk delapan grup pembuatan slowpresso, masing-masing grup untuk dua cangkir sekaligus.
Sebagai perbandingan, mesin espresso tiga grup dengan kapasitas 14 liter air membutuhkan 4.600 watt listrik. Delapan grup pembuat slowpresso di mesin ini membuat penampilan mesin seperti serangga berbuku-buku. Badan mesin memiliki penampang yang simeteris di kedua sisi. Tiap sisi punya empat tuas manual (empat grup), yang masing-masing bisa menghasilkan dua gelas sekaligus. Banyaknya grup di alat ini bisa mengompensasi produksi kopi slowpresso yang membutuhkan waktu lebih lama. ”Mesin ini ideal dioperasikan empat barista sekaligus. Setiap barista mengawasi dua grup saja sehingga bisa lebih fokus,” kata Franky.
Selain itu, mesin ini bisa diatur lewat aplikasi Smart Espresso Profiler di ponsel, yang terhubung dengan Bluetooth. Lewat aplikasi itu, pengguna bisa mengatur tekanan air pada mesin serta waktu proses hingga air menetes di gelas. Pengaturan ini tentu saja bisa dilihat di panel penanda yang terpasang di mesin.
Di aplikasi ini, kita bisa membubuhkan catatan tentang rasa yang dihasilkan. Dari situ, pembuatan kopi yang menghasilkan rasa yang konsisten akan semakin mudah.
Seperti halnya tetesan slowpresso yang membutuhkan waktu panjang, kelahiran mesin ini pun memerlukan waktu tahunan. ”Bagian dalam mesin sudah rampung empat tahun lalu. Namun, kami banyak kegiatan sehingga mesin ini tidak jadi-jadi. Ketika pandemi, banyak kegiatan terhenti, kami jadi punya waktu menyelesaikan mesin ini,” papar Franky yang juga pendiri Esperto Barista Course.
Dihubungi terpisah, Colbert Theopan, Roasting Director PT Nagadi Kopi Indonesia, mengatakan, sejumlah orang yang hendak membuka kedai kopi mesti memetakan kebutuhan dan kemampuan finansial sebelum menentukan mesin kopi yang dibutuhkan.
”Secara garis besar, kebutuhan itu ada untuk coffee shop dan tempat makan. Kalau untuk tempat makan, biasanya spesifikasi mesin kopi yang dibutuhkan adalah mesin yang cepat. Setelah itu, baru dilihat budget-nya. Dengan budget yang ada, apakah dibutuhkan mesin kopi dengan teknologi tinggi? Lalu operasional bisnisnya juga perlu dihitung,” kata Colbert.
Mesin kopi dengan spesifikasi tinggi umumnya dibutuhkan untuk kedai khusus kopi atau kopi artisan yang memang menyasar kalangan pencinta berat kopi. Di sini, kemampuan menghasilkan kopi amat dibutuhkan, mulai dari pemilihan biji kopi hingga proses penyajian ke konsumen.
Sebaliknya, apabila kopi dibutuhkan sebagai pelengkap makan, misalnya saja di restoran atau kedai sarapan, spesifikasi mesin kopi yang dibutuhkan umumnya yang medium saja. Apalagi, apabila biji kopi yang digunakan juga kelas menengah saja.
Cindy, pemilik Ini Kopi Budi di Sunter, memilih memakai teknik manual dalam penyajian kopi. "Aku pakai teknik kopi pucung, teknik tradisional dengan alat penyaring. Tetapi, walaupun pakai teknik tradisional, aku bikin kedai kopi yang modern dan sederhana," katanya saat dihubungi.
Baginya, teknik seduh manual ini lebih bisa mengeluarkan rasa kopi arabika yang dipilihnya. Setelah itu, kopi baru disajikan berupa kopi hitam maupun kopi susu.
Jadi, segelas kopi memang menyimpan cerita panjang hingga tersaji di depan kita. Ada kalanya, melambat sejenak di tengah dunia yang berderap kencang menjadi sesuatu yang menarik.