Tips Mendesain Interior Rumah Kontrakan
Meski sebatas mengontrak, sejumlah penghuni rumah kontrakan tertantang untuk tetap mendesain interior rumah mereka dengan apik. Desain interior sejumlah rumah kontrakan membuat hunian ini jauh dari kesan kumuh.
JAKARTA, KOMPAS - Menghuni rumah kontrakan kini bukan lagi sesuatu yang memalukan di Jakarta. Terlebih harga lahan dan rumah di Jakarta yang terus melambung tinggi. Alih-alih merasa malu, beberapa penghuni malah tertantang mendekorasi hunian mereka hingga jauh dari kesan rumah kontrakan yang kumuh.
Duduk di sudut sofa bed, pandangan Syifa (32) terpaku pada meja tempatnya membuat kopi dan teh yang berada di ruang depan di rumah kontrakan yang ditempatinya di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (13/11/2020) sore. Seluruh isi meja dan dekorasinya merupakan sumber inspirasinya dalam berkreasi.
“Kalau lagi duduk memandangi meja itu rasanya tidak pernah bosan. Ada saja ide kreasi yang muncul,” ujarnya.
Area rumah kontrakan Syifa berada persis di pinggir jalan permukiman. Namun untuk masuk ke unit rumah kontrakan yang ditempatinya harus melalui gang sempit karena pemilik kontrakan mendirikan bangunan hampir di semua lahan miliknya, hingga hanya menyisakan sedikit area untuk parkir sepeda motor.
Bahkan, halaman depan rumah kontrakan Syifa yang digunakan sebagai area parkir sepeda motor pun gelap, karena di atasnya juga didirikan bangunan lantai dua. Namun begitu Syifa membuka pintu unit kontrakannya, ditemukan ruangan yang terang dengan dedaunan artifisial dan tanaman hidup yang menjuntai di ruangan depan, termasuk meja tempatnya membuat minuman hangat.
Seperti rumah kontrakan pada umumnya, unit yang ditempati Syifa bersama suaminya juga berukuran lebar 3 meter dan panjang ke belakang 9 meter. Di dalamnya berisi dua ruangan, plus satu ruangan untuk dapur dan kamar mandi, dengan ukuran luas tiap ruangan 3 kali 3 meter persegi.
Dengan tema rumah pertanian, Syifa mendekorasi ruang depan, ruang tengah, serta dapur yang bersanding dengan kamar mandi menggunakan wallpaper bermotif papan kayu dan bata ekspos bercat warna putih. Dominasi warna putih pada dinding dengan sendirinya membantu memantulkan cahaya lampu sehingga seluruh ruangan pun menjadi terang.
Namun, terangnya cahaya tak membuat silau karena tiap sudut ruangan diisi oleh nuansa hijau yang berasal dari gambar dedaunan, helai-helai daun artifisial yang dibiarkan menjuntai, termasuk tanaman hidup di pot-pot kecil. Tak cukup di situ, Syifa mengombinasikan lagi dengan warna coklat yang dimunculkan pada dekorasi dari daun-daun kering dan tangga bambu yang digunakan sebagai tempat menaruh sajadah, kain, dan mukena untuk ibadah.
Secara keseluruhan, interior rumah kontrakan ini lebih menyerupai apartemen tipe studio yang didesain cukup matang. Menurut Syifa, butuh tiga tahun ia mendekorasi rumah kontrakannya. Sebagai guru bimbingan belajar dan suaminya bekerja di bengkel, ia tak memiliki dana besar untuk mendekorasi dan mengisi seluruh ruangan di rumahnya.
Baca juga : Perabot dan Desain Interior Indonesia Dipamerkan di Perancis
Di rumah itu terdapat rak yang menggunakan papan kayu dari papan cuci pakaian. Papan itu digunakan sebagai tempat menaruh stoples ataupun perlengkapan dapur lain, sekaligus tempat menggatungkan keranjang telur.
”Sedikit demi sedikit. Ada dana, beli wallpaper, pasang sendiri. Daun-daun plastik buat dekorasi contohnya, beli di pasar daring. Belanjanya enggak sekaligus. Ada uang baru beli. Ada papan gilesan (papan cuci pakaian) juga dipakai untuk rak,” tuturnya.
Syifa mengatakan, inspirasinya mendekorasi rumah kontrakan berasal dari berbagai contoh dekorasi rumah yang banyak dibagikan di media sosial. Khusus untuk nuansa hijau dari dedaunan, ia akui, hal itu diinspirasi oleh kegemaran ibunya menanam tanaman hias di tempat tinggal asalnya di Muara Angke, Jakarta Utara.
”Kebetulan Ibu suka tanam-tanam dan saya juga suka. Tetapi, berhubungan ruang kontrakan terbatas, sehingga dikombinasikan tanamannya. Ada yang plastik, tetapi juga ada yang ditanam. Yang tanaman asli biasanya saya keluarin untuk dijemur tiga kali dalam seminggu,” ujarnya.
Syifa mengaku tak merasa rugi mendekorasi unit kontrakan yang ditempatinya dengan sepenuh hati meski ia menyadari, rumah itu bukan miliknya. Menurut dia, di mana pun bermukim, ia tetap membutuhkan tempat yang nyaman untuk membangun suasana hatinya, termasuk membangun kreativitas, baik untuk bekerja maupun kegemarannya membuat kerajinan dari barang bekas meski hanya digunakan sendiri.
”Kontrakan, kan, rumah saya juga meski itu milik orang lain. Kenapa tidak saya bagusin, kan, ini saya tempati juga. Kalau ditanya kenapa uangnya enggak ditabung saja untuk beli rumah, ya, itu mah pasti ada uang sendiri yang disisihkan untuk ditabung,” katanya.
Terlebih, lanjutnya, sejak pandemi Covid-19, lembaga bimbingan belajar tempatnya bekerja tutup karena ikut terdampak perlambatan ekonomi dan kegiatan siswa yang beralih ke rumah. Sejak itu, kegiatannya pun lebih banyak di rumah meskipun ia juga masih aktif memberikan pelajaran secara privat kepada siswa sekolah dasar.
Suaminya yang bekerja di bengkel juga sibuk melayani pelanggan setiap Sabtu dan Minggu sehingga Syifa lebih banyak berada di rumah kontrakan. ”Kreativitas, kan, juga harus didukung oleh suasana rumah. Kalau rumahnya sudah enak, mau ngapa-ngapain juga enak,” ucapnya.
Syifa mengatakan, dekorasi rumah tinggalnya dapat bertahan apik karena ia belum memiliki anak. Jadi, tak ditemukan coretan hasil eksplorasi anak-anak berusia balita pada umumnya di dinding rumah. ”Iya, sih, teman-teman juga bilang, saya bisa dekorasi seperti ini karena belum memiliki anak,” ucapnya.
Syifa biasa berbagi inspirasi melalui media sosial Instagram tiap kali selesai mendekorasi rumah. Dia membaginya dengan tagar #inspirasikontrakan3petak untuk setiap foto hasil dekorasinya. Unggahannya turut memicu kaum ibu untuk memperbincangkan ide dekorasi rumah kontrakan.
Hingga saat ini ditemukan tak kurang dari 800 unggahan foto dengan tagar itu di Instagram. Di ruang obrolan, Syifa bersama kaum ibu muda lain saling berbagi ide.
Citra (28), ibu dua anak ini, contohnya. Dia menjadi bagian dari kalangan ibu yang meramaikan perbincangan dekorasi rumah di Instagram. Hanya, ujar Citra, dirinya tak lagi mampu mendekorasi rumah kontrakan secara maksimal seperti yang dilakukan Syifa karena ia baru 1,5 tahun ini memiliki anak balita.
Kini hanya interior ruangan depan yang masih mampu ia dekorasi pada rumah kontrakan yang dihuninya di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.
”Wah, anak balita eksplorasinya suka corat-coret. Dinding jadi warna-warni. Tapi, bagi saya dan suami, melihat aktivitas anak demikian, itu bukan kendala. Mungkin dia menuangkan kreativitasnya di situ. Beratnya mungkin menjaga kebersihan rumah karena semua (saya) kerjakan sendiri,” tuturnya.
Namun, eksplorasi yang dilakukan anaknya itu tetap tak menghambat Citra untuk mendekorasi dinding di ruang depan dengan memasang hasil kerajinan yang ia buat. Terlebih anak pertamanya yang duduk di kelas II SD sudah pandai melukis di atas kanvas. Dinding di ruang depan pun diisi lukisan hasil karya anak pertamanya.
”Jadi, saya libatkan mereka (anak-anaknya) untuk hasil kreasinya itu bisa juga dipasang sebagai hiasan rumah. Seperti lukisan kanvas anak saya yang kelas II SD itu juga saya jadikan hiasan di dinding,” ujar Citra yang juga aktif sebagai perajin bingkisan untuk berbagai macam acara.
Citra mengaku memiliki sejumlah ide terkait tema interior yang akan ia kembangkan untuk tempat tinggalnya. Jika anak keduanya sudah besar, ia berencana akan mendekorasi tempat tinggalnya dengan tema retro, minimalis, monokrom, atau melengkapinya dengan interior gaya Amerika.
Kontrakan, kan, rumah saya jug, meski itu rumah orang. Kenapa tidak saya bagusin, kan, ini saya tempati juga. Kalau ditanya kenapa uangnya enggak ditabung saja untuk beli rumah, ya, itu mah pasti ada uang sendiri yang disisihkan untuk ditabung.
Ia pun tak terlalu risau jika saat ini ia baru bisa mendekorasi interior terbatas di rumah kontrakan yang ditempatinya. Baginya, rumah kontrakan tak ubahnya rumah milik karena sama-sama sebagai tempat bermukim.
Di sana, ia memiliki sarana untuk mengekspresikan kreativitasnya, baik untuk mendekorasi interior rumah maupun mengembangkan ide untuk kerajinannya.
”Saya, sih, (dengan di rumah kontrakan) dapat sarana mengekspresikan kreativitas. Ini (rumah kontrakan) tempat gue nih untuk mencurahkan ide-ide kreatif. Bahkan, saya bilang sama suami, saya butuh kamar khusus untuk gudang peralatan craft saya, sekaligus menumpahkan kreativitas. Tetapi, itu belum terwujud karena masih ada anak kecil,” paparnya.
Hanya saja, tantangan mendekorasi ruangan yang dihadapi Syifa dan Citra sebagai penghuni rumah kontrakan adalah sama-sama harus memperoleh izin terlebih dahulu dari pemilik kontrakan.
”Keterbatasan di rumah kontrakan itu harus memperoleh izin dari pemilik rumah. Saya pun sebetulnya ingin mengecat tembok di rumah kontrakan ini dengan warna-warni, tetapi sepertinya tidak akan diberikan izin oleh pemilik (kontrakan). Jadi, saya minta dicat putih karena sebelumnya rumah ini bercat hijau dan saya tidak suka,” ujar Citra.
Dari segi prinsip desain interior, menurut salah seorang desainer interior Dekoruma, Sofia Regina, setiap desain interior harus memenuhi dulu fungsi utama dari ruangan tersebut. Baru kemudian diikuti dengan estetika, seperti membuat dekorasi ruangan sesuai selera.
”Seperti rumah tadi (unit rumah kontrakan Syifa), kayak garden banget. Tiba-tiba ada aksesn tanaman di kabinetnya. Ya, ini salah satu aksen juga yang bisa kita taruh di rumah, selain ada (memunculkan) feel nature (nuansa alam),” kata Sofia.
Mendesain interior rumah kontrakan yang di dalamnya terbatas memuat tiga ruangan, menurut Sofia, tetap memiliki tantangan karena pada umumnya rumah kontrakan memiliki ruangan-ruangan yang sempit.
Hal serupa, lanjutnya, ditemui di Korea Selatan di mana pada umumnya rumah-rumah berukuran kecil. Agar dapat memenuhi semua aktivitas di rumah, berkembang desain interior yang berorientasi vertikal di negara itu.
Untuk membuat kamar dan ruangan bekerja atau belajar di satu ruangan, solusinya dibuatkan area mezanin untuk memuat tempat tidur dan di bawahnya digunakan sebagai tempat bekerja atau belajar.
Selain memang, menurut Sofia, saat ini banyak kalangan menggemari desain interior meski hunian yang ditempatinya sebatas rumah kontrakan. Bahkan, Dekoruma pun melayani banyak permintaan desain interior dari kalangan keluarga muda, mulai dari untuk rumah tipe 36 hingga yang lebih besar.
”Saya di Dekoruma ini di bagian residensial, rumah. Banyak konsumen Dekoruma yang menggunakan jasa desainer di sini karena mereka mau pakai furnitur rumah tangga yang long lasting (tahan lama),” ucapnya.
Selain itu, ujarnya, desain interior yang seimbang dan harmonis dapat menunjang untuk membangun suasana hati menjadi lebih baik. Desain interior kamar menginap di hotel, contohnya, tak mungkin sama dengan desain interior kamar rawat inap di rumah sakit. Desain interior kamar hotel tentu lebih menonjolkan suasana nyaman dan hangat.
”Jadi, itu (desain interior) membangun suasana. Misalkan tema klasik, biasanya yang klasik itu, kan, lebih hangat, lebih classy. Makanya, banyak perpaduan, dinding (didekorasi) pakai fabric (kain), jadi bikin warm (hangat),” katanya.
Selama hunian yang ditempati menjadi sumber inspirasi untuk menghasilkan karya, tak ada salahnya untuk menata dan mendekorasinya meskipun itu terbatas rumah kontrakan.