Perusahaan Rintisan Perlu Tingkatkan Efisiensi Penggunaan Komputasi Awan
Perusahaan rintisan didorong menggunakan komputasi awan seefisien mungkin. Efisiensi penggunaan komputasi awan baru dapat dicapai apabila perusahaan rintisan memanfaatkan berbagai peralatan atau penunjang efisiensi.
Oleh
satrio pangarso wisanggeni
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan layanan komputasi awan atau cloudcomputing diyakini menjadi hal yang penting bagi perusahaan rintisan atau startup karena menawarkan efisiensi biaya operasional. Namun, hal ini baru dapat dicapai apabila startup benar-benar menyesuaikan penggunaan sumber daya cloud dengan apa yang dibutuhkan.
Penggunaan cloud dinilai akan memungkinkan startup untuk fokus pada dua target utama, yakni pengembangan produk dan akuisisi pelanggan. Oleh karena itu, Country General Manager AWS Indonesia Gunawan Susanto mengatakan, teknologi yang menjadi faktor pendukung harus dapat dioperasikan dengan biaya yang rendah.
Platform cloud akan memungkinkan pelanggan membayar sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Hasilnya, ini akan dapat menekan biaya operasional. ”Kalau penggunaannya kecil, ya, bisa murah atau bahkan gratis,” kata Gunawan dalam temu media virtual yang digelar pada Senin (2/11/2020) sore.
Dengan pengeluaran yang efisien ini, sebuah startup pun dapat bereksperimen dengan risiko investasi yang rendah. ”Kalau tidak berhasil, investasi awalnya tidak besar dan bisa segera pivoting. Namun, kalau berhasil, (cloud) bisa autoscale,” kata Gunawan.
Hal ini tidak akan bisa dilakukan apabila startup menggunakan solusi server internal (on premise), kata Gunawan. Solusi on premise yang memiliki kapasitas rigid akan merugikan startup melalui dua aspek, biaya yang tetap meski penggunaan di bawah kapasitas ataupun peluang yang hilang ketika kapasitas tidak dapat menyesuaikan dengan lonjakan pengguna.
Ia mengambil contoh sejumlah startup klien AWS, seperti platform manajemen sekolah Simak Online dan Happyfresh, yang dapat menyesuaikan kapasitas dengan peningkatan pelanggan yang drastis akibat kebijakan work from home (kerja dari rumah) dan pembelajaran jarak jauh.
Untuk mencapai efisiensi tertinggi, perusahaan startup pelanggan cloud disarankan untuk mengelola sistemnya sesuai dengan tata kelola yang ideal (best practices).
Head of Startup Business Development AWSASEAN Digbijoy Shukla mengatakan, efisiensi dapat dilakukan dengan memanfaatkan empat peralatan yang ada pada AWS. Pertama AWS Cost Explorer yang digunakan untuk memantau biaya penggunaan sumber daya secara komprehensif. Kedua, AWS Budgets untuk merencanakan penggunaan anggaran tiap proyek.
Ketiga, AWS Trusted Advisor yang akan menginspeksi dan memberikan rekomendasi perbaikan tata kelola pada sistem pengguna. Keempat, AWS Well Architected Review yang akan menyesuaikan karakteristik infrastruktur yang dibutuhkan oleh aplikasi milik pelanggan startup.
”Alat-alat ini akan dapat membantu untuk menjaga biaya cloud AWS pengguna tidak melambung dan tetap dibawah kendali,” kata Digbijoy.
Ia juga mengatakan bahwa perusahaan startup di Indonesia dapat memanfaatkan program AWS Activate yang bertujuan untuk membantu startup menggunakan AWS untuk mengakselerasi pertumbuhannya.
Efisiensi operasional cloud memang tampaknya menjadi fokus berbagai perusahaan di dunia. Berdasarkan laporan 2020 State of The Cloud oleh perusahaan teknologi Flexera, 73 persen dari 750 perusahaan yang menjadi responden menyatakan bahwa optimisasi penggunaan cloud menjadi salah satu target yang harus dicapai pada 2020.
Skor angka
Pekan lalu, Microsoft juga memperkenalkan fitur baru yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan layanan komputasi awan Azure. Fitur yang bernama Azure Advisor Score ini akan memberikan indikator dalam bentuk sebuah angka persentase yang akan menggambarkan bagaimana optimalnya pengguna mengelola sistemnya yang berjalan pada platform Azure.
Manajer program Azure Cost Management Microsoft Azure Michael Flanakin mengatakan, dengan angka skor ini, diharapkan pengguna akan lebih mudah memahami seberapa jauh optimalisasi dapat dilakukan terhadap sistem yang dikelolanya.
Skor ini pun dapat dirinci lebih jauh menjadi empat kategori khusus, yakni cost, reliability, operational excellence, dan performance. Kepatuhan pengguna dalam mengikuti contoh tata kelola terbaik pada masing-masing kategori ini juga digambarkan dalam wujud skor persentase 0-100 persen. Selain empat kategori tersebut, direncanakan juga hadir pilar kelima, yakni security.
Laman Azure Advisor akan memberikan rekomendasi langkah yang akan dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pada masing-masing kategori.
”Pada akhirnya, dengan Azure Advisor Score, pengguna akan dapat memprioritaskan untuk menerapkan rekomendasi yang memiliki dampak positif paling signifikan,” kata Flanakin melalui keterangan resminya, Selasa (27/10).
Efisiensi menjadi kian penting mengingat pandemi Covid-19 juga telah memicu peningkatan adopsi cloud. Sebanyak 59 persen responen menyatakan bahwa penggunaan komputasi awannya lebih tinggi ketimbang yang direncanakan akibat pandemi.
Peningkatan penggunaan ini dinilai akibat kontribusi sejumlah faktor, antara lain melonjaknya kebutuhan kapasitas cloud karena pelanggan daring meningkat hingga migrasi ke cloud karena berkurangnya personel yang dapat mengoperasikan pusat data internal.
AWS dan Azure adalah dua platform cloud yang paling populer saat ini. Berdasarkan studi Flexera, pada 2020 ini AWS digunakan oleh 76 persen responden, sedangkan Azure digunakan oleh 63 persen. Perlu diingat bahwa dalam satu perusahaan bisa menggunakan lebih dari satu platform cloud.