Menjaga Sepeda Kesayangan Tetap Kinclong
Sepedaan alias gowes kini tetap merebak. Banyak komunitas sepeda menjamur. Tren sepedaan pun membuka peluang bisnis, dari kafe sepeda hingga tempat pencucian sepeda.
Tren gowes alias sepedaan kini semakin dipermudah dengan merebaknya peluang usaha tempat pencucian sepeda, seperti baru-baru ini diluncurkan pembukaan tempat pencucian sepeda Bike2Wash di Jakarta, awal Oktober lalu. Salah satu keasyikan yang bikin sehat ya bersepeda, apalagi bareng teman ataupun komunitas. Namun, kadang karena keasyikan gowes, tenaga sudah habis untuk meluangkan waktu mencuci sepeda kesayangan. Betul enggak?
Padahal, sangat penting menjaga kondisi sepeda kesayangan kita. Terlebih, kalau punya sepeda yang harganya mahal.
Tubagus Rama Maulana (34) yang kerap sepedaan bareng komunitas Brom.ti, Senin (19/10/2020) di Jakarta, mengatakan, sebetulnya membersihkan sepeda itu sangat simpel. Brom.ti sendiri adalah nama kelompok pengguna sepeda merek Brompton dari alumni Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti. Kini, anggota aktifnya sudah mencapai 55 orang.
Bersama istrinya, Tarisa Milano, Rama merupakan penggemar sepeda Brompton. Sepeda asal Inggris itu ia beli sejak April 2019. Bersama teman-teman kuliahnya, dia kerap gowes bareng, bisa tukar informasi mengenai modifikasi sepeda, perawatan sepeda, dan pernik-pernik sepeda yang sepertinya tidak ada habisnya.
Bagi Rama, sepeda lipat perawatannya mudah dan simpel. Setelah gowes, sepeda bisa dilap dengan kain fiber. Kalau sepeda terlihat kotor, biasanya tinggal dicuci dan dikeringkan. Hal ini bisa dilakukan di rumah. Yang tak kalah penting, menjaga kondisi rantai sepeda, rantai diberi pelumas agar awet dan berfungsi dengan baik.
Perawatan lainnya dilakukan secara rutin 3-6 bulan sekali untuk servis di bengkel sepeda, seperti tuning, agar sepeda tetap prima. Tempat penyimpanan sepeda di rumah juga harus diperhatikan karena sepeda lipat ini sangat compact, tidak perlu ruang besar untuk penyimpanannya. Cukup diletakkan di rak atau boks sepeda agar tampilan sepeda tetap terjaga warna dan kebersihannya.
”Kebayang dong, sepedaan yang terjauh dari Senayan ke Bogor, kondisi sepeda pasti kotor. Enggak tega kalau sampai di rumah enggak dibersihkan dulu,” ujar Tarisa.
Andreas Baharianto (44), guru sekolah swasta, secara terpisah mengatakan, perawatan sepeda paling dilakukan sebulan sekali di bengkel. Tapi soal cuci sepeda, selalu dilakukan setiap habis gowes secara mandiri di rumah.
”Seluruh bagian dibersihkan, tanpa terkecuali. Beberapa part harus mendapat perhatian khusus, seperti RD (rear derailleur), FD (front derailleur), rantai, sprocket, kaliper dan kanvas rem, dan perangkat rem. Membersihkan dan merawatnya enggak cukup hanya dengan sabun dan air. Butuh cairan khusus untuk merawat parts itu supaya awet dan berfungsi normal,” kata Andreas, sambil menceritakan pengalaman gowes sendirian ke berbagai kota di Jawa sejak Mei hingga Oktober 2020, yang sudah mencapai jarak 2.371 kilometer.
Pada masa pandemi Covid-19, kata Andreas, perawatan ekstra semakin diperlukan, seperti menyemprotkan cairan hand sanitizer pada setang, sadel, ban, dan tas sepeda (panier), baik sebelum maupun sesudah sepedaan, supaya aman ditempatkan di dalam rumah.
Begitu pula dilakukan Tony Hartawan, karyawan swasta di Jakarta yang memilih merawat sepeda di rumah sendiri. Berbagai peralatan perawatan sepeda dibelinya. ”Dulu kalau mau merawat atau memperbaiki sepeda selalu (pergi) ke bengkel. Tetapi sekarang, saya kerjakan sendiri di rumah. Kalau dihitung-hitung lebih irit dan bisa kapan saja melakukan perawatan,” kata Tony.
Tony sering bersepeda jarak jauh (touring) bersama istrinya. Dia mengaku sesekali merawat sepeda justru ke kafe yang dilengkapi layanan perawatan sepeda dan sekaligus penjualan spare part. ”Bisa sekalian nongkrong dan ngopi-ngopi bareng temen-temen goweser,” tukas Tony.
Pendapat senada disampaikan Veri Sanovri, jurnalis yang hampir selalu naik sepeda ke kantornya. Veri mengatakan, kalau untuk yang ringan-ringan, seperti mencuci, memberikan pelumas rantai, atau mengencangkan baut yang kendur, biasanya dikerjakan sendiri di rumah. Tapi kalau sudah penyetelan jari-jari dan perbaikan berat lainnya biasanya dibawa ke bengkel.
”Kalo cuci-cuci abis main, dibersihkan sendiri di rumah. Baru sekali nyoba tempat cuci yang bisa dry clean, dipoles, yang juga ada kafenya. Konsepnya bagus karena memanjakan konsumen, dengan beragam pesepeda yang biasanya selalu kumpul. Konsep kafe plus perawatan sepeda memang mempermudah pesepeda,” ujar Veri.
Jika malas atau tak sempat mencuci sendiri sepeda kesayangan, jangan khawatir karena sekarang sudah mulai banyak penyedia jasa cuci sepeda. Tarisa dan suaminya, misalnya, sudah memanfaatkan jasa pencucian sepeda Benbike di daerah Tebet.
Sepeda tidak hanya menjadi bersih, tetapi juga bisa dipercantik dengan berbagai tambahan aksesoris. Pasalnya, pencucian sepeda Benbike ini juga menjual pernik-pernik aksesoris sepeda.
Menangkap peluang
Bersepeda kini menjadi salah satu pilihan olah raga yang digemari sejumlah kalangan. Kegiatan olahraga luar ruang itu kini bisa dikatakan menjadi sebuah ajang gengsi, dapat dilihat dari merek papan atas yang digunakan para pesepeda sekarang ini, seperti Bike Friday, Birdy, Tyrell, Alex Moulton, dan Brompton.
Peluang itu pun ditangkap pendiri Bike2Wash, Allan Novatan. Tempat jasa perawatan sepeda ini telah tersebar di beberapa wilayah Jabodetabek, seperti di Bintaro, Pasar Intermoda BSD City, dan Pantai Indah Kapuk. Pelayanan jasanya pun bervariasi, mulai dari jasa cuci hingga coating sepeda.
Setelah lelah sepedaan keliling kota, bahkan blusukan ke kampung-kampung, pemilik sepeda bisa bersih-bersih sepeda dengan dipatok tarif hanya Rp 20.000-Rp 70.000. Nah, bikin lebih kinclong sepedanya tinggal siapkan kocek sekitar Rp 400.000-Rp 500.000 untuk jasa nano ceramic coating.
Allan menjelaskan, pencinta sepeda sekarang ini tidak perlu lagi khawatir merawat sepeda, terlebih untuk merek papan atas. Sepeda milik konsumen akan ditangani tenaga ahli profesional di bidangnya. ”Kami memegang prinsip kehati-hatian serta ketelitian dalam setiap pengerjaan sepeda konsumen,” ujar Allan.
Allan mengaku telah mendalami bisnis pencucian pesawat dan mobil, juga teknologi nano ceramic coating, selama 10 tahun terakhir. Kini, karena melihat peluang, ia akhirnya merambah ke bisnis pencucian sepeda.
Demi menjamin kepuasan pelanggan, Bike2Wash pun memberikan garansi hingga dua minggu, terhitung setelah pengerjaan dengan layanan reparasi total. Garansi ini juga diberikan apabila sepeda konsumen mengalami pengelupasan atau kusam setelah dilakukan nano ceramic.
Durasi untuk sekali pengerjaan cuci sepeda sekitar 30-60 menit, tergantung antrean. Adapun pengerjaan nano ceramic coating memakan waktu 3-4 jam tergantung jenis sepeda.
Di tengah masa sulit akibat pandemi Covid-19 dan terjadi cukup banyak PHK, Bike2Wash kini juga menjadi salah satu sumber lapangan pekerjaan baru. ”Tim kami saat ini berjumlah 40 orang di tiga lokasi. Semua merupakan korban terdampak pandemi. Kebanyakan dari mereka ini sebelumnya bekerja di sektor makanan dan minuman. Kami ajak bergabung ke Bike2Wash dan pelatihan dari nol hingga memiliki keahlian baru,” kata Allan.
Dalam waktu dekat, Bike2Wash juga akan meluncurkan aplikasi yang bertujuan mempermudah konsumen dalam mendapatkan jasanya, dari segi fleksibilitas dalam pemesanan jasa, seperti pemilihan lokasi, pemilihan layanan, dan juga waktu pemesanan,hingga melakukan pembayaran secara virtual.
Perawatan sepeda
Tren gowes, khususnya saat pandemi Covid-19, juga memunculkan berbagai usaha baru yang terkait dengan sepeda. Mulai dari bengkel sepeda, usaha pembuatan sepeda, hingga kafe yang dipadukan dengan bengkel dan perawatan sepeda.
Menjamurnya kafe atau tempat nongkrong yang terkait dengan sepeda ini terkait dengan maraknya permintaan dari penggemar sepeda akan tempat yang enak untuk nongkrong, makan, minum kopi, pun bisa sekaligus melakukan perawatan sepeda.
Sejumlah komunitas sepeda juga menjadikan tempat ini sebagai lokasi pertemuan. Tempat seperti ini biasanya ramai pada akhir pekan. Kafe dengan konsep itu bisa ditemukan di Good Ride Bike Cafe di kawasan Graha Raya (Bintaro) dan Bike Bike Cafe di Ciater (Ciputat). Keduanya masuk wilayah Kota Tangerang Selatan.
Menurut data dari Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo) yang dirilis pada 2 September 2020, permintaan sepeda dalam negeri mencapai 7 juta unit per tahun. Jumlah ini mengalahkan penjualan sepeda motor di Indonesia.
Lonjakan permintaan tersebut membuat Apsindo harus mengimpor sepeda untuk memenuhi permintaan konsumen. Maklum, industri sepeda dalam negeri hanya dapat memproduksi 2,5 juta-3 juta unit per tahun.
Ada pesepeda, ada peluang....