Menancapkan Kendali di Rumah Sendiri
Beragam cara dilakukan untuk mempererat pertalian dengan rumah sekaligus membuatnya kian nyaman. Ada yang merenovasi, memeriahkannya dengan pot tanaman, hingga menata ulang.
Rumah adalah tempat segalanya bermula. Ke mana pun kaki menuju, rumah selalu dirindu. Di masa pandemi, rumah menjadi episentrum. Beragam cara dilakukan untuk mempererat pertalian dengan rumah sekaligus membuatnya kian nyaman. Ada yang merenovasi, memeriahkannya dengan pot tanaman, hingga menata ulang.
Di masa pandemi, Yolla Lusiyana (37) makin intens menyortir barang tak terpakai (decluttering) di rumahnya, di kawasan Matoa, Depok, Jawa Barat. ”Kalau pas kerja non-WFH, untuk memikirkan decluttering terbatas. Weekend ada aja acaranya. Tapi, sekarang beda, dan sekali menyentuh area satu, biasanya akan menular ke area-area lain,” ungkap Yolla, Rabu (28/10/2020).
Setiap kali ada waktu dan kesempatan, Yolla segera menyeleksi pakaiannya. Mana yang masih akan dipertahankan dan mana yang didonasikan. Terlebih, bila pandangannya mulai ruwet melihat pakaian bertumpuk. Belakangan, dia juga menyasar baju dan mainan kedua anaknya, botol minum, piring gelas, dan stoples.
Baju dan mainan yang sudah disortir kemudian didonasikan ke panti asuhan. Sisanya, bila memang sudah tidak layak guna dan pakai, harus dibuang.
Tanpa disadari, kegiatan pengaturan ulang rumah ini tidak hanya berbuah penertiban rumah, tetapi juga menumbuhkan rasa kendali atas rumah. Selama ini, Yolla lebih senang melakukan decluttering tanpa bantuan orang lain karena ia merasa lebih bebas memutuskan mana yang masih akan disimpan atau mana yang akan didonasikan/dibuang.
The Washington Post dalam artikel yang dimuat pada 28 Juli 2020 mengutip sebuah studi yang menyebutkan, beres-beres rumah bisa mendongkrak kualitas hidup dan menghilangkan penyebab stres. Studi bertajuk ”Penundaan dan Kekacauan: Pandangan Ekologis tentang Hidup dengan Barang yang Berlebihan” ini menyimpulkan bahwa hidup di ruang dengan terlalu banyak barang bisa berdampak negatif pada kehidupan seseorang.
Hidup sehat tanpa obat. Bukan fisik yang dibantu, tetapi emosional.
Dengan memiliki lebih sedikit barang, semakin sedikit pula yang harus dibersihkan dan lebih sedikit yang harus diatur. Semuanya bisa mengurangi tingkat stres kala harus terkungkung di rumah. ”Lihat rumah jadi sedap dipandang sedikit,” lontar Yolla.
Energi hidup
Decluttering juga dilakukan oleh Vivi Yip, pengelola sebuah galeri seni. Selama 12 tahun terakhir memutuskan untuk bekerja dari rumah, Vivi menemukan keasyikan ketika menikmati hari-hari di dalam rumah dengan membaca buku, membersihkan rak, dan menata ulang koleksi bukunya.
Buku-buku yang disortir itu kemudian dibagikan kepada teman yang membutuhkan. Vivi juga menikmati kegiatan menyortir sepatu-sepatunya. Sepatu yang kena sortir, terutama yang high heels alias sepatu jinjit, ditawarkan kepada orang lain untuk dijual.
Di masa pandemi ini, melakukan segala sesuatu di rumah dengan riang hati berdampak terapeutik. Tak berhenti di urusan decluttering, Vivi dan Yolla sama-sama jatuh cinta kepada tanaman. Yolla mempercantik sudut rumahnya dengan berbagai jenis tanaman di pot-pot terakota. Menikmati persentuhan dengan tumbuhan kecil juga dilakukan Vivi dengan menghidupkan lagi kecintaan bertanam hidroponik.
Ketika menyentuh sayuran hidroponik, Vivi menemukan kembali relasi pikirannya tentang metode penyembuhan diri. Ia juga menekuni teknik akupresur untuk mengaktiviasi tubuh dan menelusuri homeopati untuk meraih hidup sehat. ”Hidup sehat tanpa obat. Bukan fisik yang dibantu, tetapi emosional,” kata Vivi, Kamis (29/10/2020).
Dari hidroponik, kebutuhan terapeutik secara emosional didapat. Dimulai dari menyemai benih sekecil butiran pasir. Harapan dan kebahagiaan pun membuncah ketika menyaksikan butiran benih itu menumbuhkan akar dan kuncup. Tidak menunggu lama, sayuran mungil microgreen menjadi menu diet untuk dikonsumsi mentah. Microgreen menyimpan energi hidup. Menyantapnya, seolah seperti memindahkan energi hidup itu ke dalam tubuh kita.
Di rumah sutradara dan penulis naskah Gina S Noer, empat pot tanaman hias bertambah menjadi lebih dari 50 pot selama pandemi.
”Awalnya cuma mau mengisi bagian luar jendela kamar supaya ada kelihatan hijau-hijaunya. Eh, ternyata sekarang malah jadi penuh serumah,” ujar Gina saat dihubungi, Kamis (29/10/2020).
Dalam salah satu unggahan di akun media sosialnya, Gina mengutip kalimat penulis dan filsuf Perancis Era Pencerahan, Voltaire, tentang berkebun. Menurut Voltaire, seseorang harus mengolah (menanami) kebunnya sendiri, ”One must cultivate one’s own garden.” Gina lantas menata dan merawat sendiri tanaman-tanamannya.
Menanam membuat rileks. Apalagi saat melihat tanaman yang kita rawat bisa tumbuh bertunas. Momen itu sangatlah menyenangkan.
Tanaman yang sejenis ditempatkan pada area tertentu dalam rumah sehingga menciptakan semisal pojok anthurium alias kuping gajah. Ada juga tanaman yang daunnya bisa dikonsumsi, seperti pegagan dan kemangi. Balkon lantai atas rumahnya menjadi lokasi sejumlah tanaman berbunga, seperti morning glory, kamboja, dan bugenvil, yang membutuhkan sinar matahari berlimpah.
Kegemaran bertanam diikuti kegemaran lain, seperti meracik sendiri pupuk cair organik berbahan cacing. ”Menanam membuat rileks. Apalagi saat melihat tanaman yang kita rawat bisa tumbuh bertunas. Momen itu sangatlah menyenangkan,” rinci Gina.
Ruang kreatif
Bereksperimen dengan interior rumah juga bisa menjadi jalan lain untuk menyalurkan energi kreatif. Setelah menjalani decluttering, membuat rumah kaca bagi tanaman, hingga mengecat rumah, perupa yang juga Ketua Pengelola Bentara Budaya Jakarta Ika W Burhan meluapkan kepedulian pada rumah di Bogor Barat dengan menjadikannya ”kanvas”.
Mural cantik karya Ika memenuhi dinding garasi, teras depan rumah, dapur, hingga tangga menuju lantai dua. Lewat panggilan video, ia menunjukkan keindahan mural warna-warni bergambar perkampungan imajinatif yang inspirasinya datang dari perjalanan ke Eropa hingga Asia Timur. Khusus untuk garasi dan teras yang menjadi lokasi favoritnya untuk melukis dan rapat virtual, Ika sampai dua kali membuat mural.
Mural lama ditimpa dengan mural baru karena ia merasa tidak puas dengan hasilnya. Meskipun takut ketinggian, ia seorang diri naik tangga dan melukis hingga sudut teratas. ”Di sini, aku merasa homey. Banyak yang pengin aku obrak- abrik. Aku merasa homey karena semua lahir lewat sentuhan tanganku,” kata Ika, Rabu (28/10/2020).
Mural di dinding juga lahir bersamaan dengan habisnya kanvas. Selama masa pandemi ini, Ika sudah menghasilkan lebih dari 20 karya lukisan. Selepas tidak ada kanvas, Ika sempat membereskan dapur lalu melukis di atas teko, penggorengan, hingga parutan yang sudah tidak terpakai. ”Agar tiap sudut bikin betah, memang harus dibentuk sesuai keinginan pribadi,” kata Ika.
Bekerja dan tetap tinggal di rumah juga memberi kesempatan bagi Wakil Direktur Anak Usaha PT Pembangunan Jaya Ancol YJ Harwanto untuk berbenah rumah yang sudah ditinggali 20 tahun di Bogor. Pada awalnya, ia sekadar ingin membenahi atap rumah yang bocor. Harwanto kaget ketika mengetahui balok kayu struktur melapuk dimakan rayap.
Mau tidak mau haruslah renovasi besar-besaran. Siang-malam Harwanto merancang sendiri renovasi bangunan rumahnya, sekaligus juga menukang untuk menekan pengeluaran. ”Masa pandemi benar-benar menjadi berkah karena kami bisa mengganti balok kayu struktur yang sudah lapuk. Kalau tidak kami ganti, rumah kami bisa rubuh sewaktu-waktu,” ujar Harwanto, Kamis (29/10/2020).
Tingginya minat masyarakat untuk mengorganisasi ulang rumahnya, antara lain, tecermin dari lonjakan penjualan online sebesar 45 persen dalam periode Juli 2019 hingga Agustus 2020 di Toko IKEA secara global. IKEA Indonesia juga mengalami lonjakan cukup signifikan di toko online. Lonjakan ini tidak terjadi di toko fisik IKEA karena penerapan pembatasan pengunjung sesuai protokol kesehatan.
Menurut Country Marketing Manager Marketing/Service Office Ikea Indonesia, Dyah Fitri Sally, di masa awal pandemi, penjualan perabotan kerja dan belajar meningkat tajam. Setelah itu, terjadi peningkatan furnitur yang dapat mengakomodasi hobi atau kebiasan baru, seperti peralatan memasak, furnitur outdoor, dan perlengkapan untuk hobi tanaman.
Tak sekadar menata, kendali atas rumah pun diraih dari pengorganisasian ulang rumah yang sekaligus berdampak terapeutik ini.