Mengganti atau menambah perabot efektif menambah kenyamanan rumah. Mebel lokal dengan desain dan kualitas premium kini menjadi pilihan.
Oleh
Riana A Ibrahim
·4 menit baca
Keharusan menghabiskan waktu lebih lama di rumah membuat banyak orang terdorong mempercantik huniannya agar kian nyaman. Salah satu caranya, mengganti atau menambah perabot. Mebel lokal dengan desain dan kualitas premium kini menjadi pilihan.
Bertepatan dengan peringatan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2020, jenama Blackwood yang berada di bawah PT Boston Furniture Industries meluncurkan koleksi baru bertajuk ”New Chapter”. Untuk koleksinya ini, jenama mebel lokal ini menggandeng desainer interior Ary Juwono yang dinilai mampu menerjemahkan semangat dan visinya.
Sebelum meluncurkan koleksi baru ini, Blackwood yang sudah tidak asing di kalangan para pencinta desain interior ini telah melayani berbagai pesanan dan menyediakan produk dengan tema minimalis. ”Kali ini, New Chapter adalah koleksi pertama yang Blackwood kurasi. Kami menggunakan professional designer dan riset selama 3 tahun,” jelas humas dari Blackwood Erica Jocelyne saat dihubungi, Rabu (28/10/2020).
Bahan pada koleksi ini tetap menggunakan andalan Blackwood, yakni kombinasi kayu-kayu eksotis dan premium metal. Bahan kayu yang kerap digunakan selama ini adalah kayu ek premium yang kokoh. Metal yang digunakan, salah satunya elemen kuningan sebagai penegas desain dari sejumlah produk.
Koleksi baru ini berisi 63 unit furnitur karya Ary dengan beragam jenis, mulai dari sofa, meja, coffee table, cermin, rak dan kabinet, ranjang, bufet, kursi santai, hingga meja makan dan kursi makan. Perangkat interior ini memiliki desain kombinasi gaya Italia dan Amerika dalam genre minimalis.
Warna dari keluaran New Chapter yang didominasi hitam, abu-abu, dan coklat ini memberikan kesan netral dan elegan. Karena itu, pembeli dapat dengan mudah mengombinasikannya dengan beraneka nuansa dan gaya desain interior yang dikehendaki sesuai tema. ”Yang pasti semuanya mudah dipadupadankan dan disesuaikan dengan selera pribadi pembeli,” ujar Erica.
Tak hanya kualitas bahan dan keserasian, produk dari Blackwood juga mengikuti perkembangan zaman dan tren yang tengah marak tanpa meninggalkan konsep perpaduan desain Eropa dan Amerika yang menjadi kekuatan. Kenyamanan dan bentuk yang ergonomis juga menjadi pertimbangan dalam melahirkan berbagai produk yang digemari oleh kalangan menengah atas ini.
Dua kakak beradik, Hardy Satya dan Yohan Satya, yang menggawangi jenama ini merintisnya sejak 2006 sewaktu tinggal di Beverly Hills, Los Angeles, Amerika Serikat. Pengalaman mereka terpapar dengan high-end furniture di negeri itu mereka bawa ke Indonesia.
”Mereka melihat begitu besar kesempatan untuk menerapkan apa yang sudah mereka lihat, mereka pelajari, dan mereka dalami selama di sana. Tahun 2012, mereka memindahkan production plant-nya ke Indonesia. Lalu mulai memproduksi furnitur-furnitur berkualitas tinggi yang setara dengan apa yang ada di luar sana,” ungkap Erica.
Pemilihan bekerja sama dengan Ary ini juga berlandaskan pada latar belakang Ary yang teatrikal. Ini dinilai tepat dengan gaya yang diusung Blackwood. Selain itu, juga kecocokan dalam selera desain dan etos kerja. Ke depannya, Blackwood berencana menggandeng desainer interior lain untuk koleksi berikutnya.
Di tengah pandemi ini, minat terhadap produk Blackwood justru meningkat. Tak hanya di dalam negeri, pesanan dari luar negeri pun tak sedikit. Tren penjualan dan permintaan pesanan naik 7 persen selama beberapa bulan terakhir. ”Antusiasnya meningkat. Ini karena juga masyarakat yang terperangkap di rumah saja, tidak bisa pergi jalan-jalan, dan menghabiskan banyak waktu di rumah. Tidak sedikit yang mulai menata ulang kembali rumahnya dan memperindah tiap-tiap ruangan yang ada,” tutur Erica.
Antik
Sedikit berbeda dengan Lawas Art & Antique. Penjualan produk jenama ini sempat menurun di awal pandemi. Namun, beberapa bulan terakhir, penjualan dan permintaan pesanan jenama yang berasal dari Imogiri, Yogyakarta, ini kembali stabil, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Walakin, dominasinya tetap dari luar negeri.
”Biasanya juga pasar terbesar kami ada di Eropa dan Amerika. Persentasenya tertinggi di Eropa. Sebanyak 95 persen dari penjualan kami adalah ekspor,” ungkap Zihan Al Juffrey selaku digital marketing Lawas Art & Antique.
Brand mebel lokal ini didirikan Zainal Al Juffrey sejak 1998. Persinggungannya dengan publik dimulai lewat berbagai macam pameran furnitur di Indonesia dan di luar negeri. Dari banyaknya pameran yang dijalani, para pembeli terus berdatangan, bahkan memesan dengan desain yang ditentukan sesuai selera pembeli.
Bahan dasar dari produk yang dihasilkan Lawas adalah kayu jati daur ulang yang berasal dari bongkaran rumah atau perabot yang sudah usang. Dengan konsep daur ulang ini, Lawas ingin memberikan kehidupan kedua pada kayu eksotis Indonesia yang juga mesti dilestarikan keberadaannya.
”Kami sangat menghargai pentingnya lingkungan alam. Untuk itu, filosofi bisnis kami dengan mendorong dan mempraktikkan proses produksi yang ramah lingkungan. Karena itu, koleksi furnitur kami memilih mengandalkan jati daur ulang,” jelas Zihan.
Berbagai macam perabot, seperti meja makan, meja, kabinet, ranjang, lemari, bangku taman, bufet, cermin, rak, bahkan sampai barang-barang kecil, seperti asbak, talenan, dan mangkuk, diproduksi oleh Lawas. Sentuhan ukiran yang memiliki sisi antik dan unik dengan nuansa klasik menjadi ciri khas dari Lawas.
Pilih modern atau klasik? Yang pasti, mebel lokal menjadi pilihan saat rumah perlu bersolek.