Antara Langit Biru dan Hijau Daun
Saat rumah menjadi pusat kegiatan, termasuk kerja, membuat pojok khusus untuk bekerja sangat dianjurkan. Namun, perlu dibangun asosiasi antara konteks rumah dan pekerjaan karena rumah berasosiasi sebagai tempat rehat.
Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan mengantar orang untuk pulang kembali ke rumah. Sudut-sudut favorit pun lahir agar masa panjang di rumah terasa makin menyenangkan. Ada kalanya, juga agar tampak cantik saat dipamerkan kepada publik.
Menempati sebuah unit di lantai tiga Apartemen Sudirman Park di pusat ibu kota Jakarta, penulis Andrei Aksana mempunyai sudut istimewa yang sekaligus menjadi tempat favoritnya untuk menulis. Sudut itu terletak di depan jendela kaca apartemen dengan pemandangan biru langit dan kilau air kolam renang yang menenangkan. Sembari sesekali menikmati pemandangan di luar, Andrei betah menulis.
Proses penulisan bagi Andrei membutuhkan ruangan yang sangat pribadi. Ia tak pernah bisa menulis di lokasi ramai. ”Saya harus melihat jendela yang terbuka sehingga sering lupa waktu. Sampai ibu saya (penulis Nina Pane) menjuluki saya kepompong kupu-kupu. Sebab, saya sering enggak keluar apartemen berhari-hari,” tutur Andrei, Jumat (30/10/2020).
Selama pandemi dan pemerintah mengeluarkan kebijakan PSBB, Andrei bisa menyaksikan betapa langit Jakarta berwarna lebih biru daripada kaca apartemennya. ”Semua kembali pada nilai-nilai yang asli dan alami,” tambah Andrei yang baru saja meluncurkan novel terbarunya, Perempuan Tak Mendua.
Saya juga menambahkan lampu di sudut ruangan sehingga saya bisa terus menulis dari pagi sampai malam tanpa terbatas waktu. Pandemi ini, orang jadi menyadari home is where the heart is.
Memandang ke arah luar dari jendela kaca yang tirainya tak pernah ditutup, Andrei merasa cakrawala pandangan menjadi lebih luas. Tak hanya siraman cahaya matahari, kilau keemasan bulan, atau pemandangan biru kolam, ia juga merasa mendapat curahan ilham.
Ketika harus menjalani rapat virtual, Andrei yang hingga kini masih aktif bekerja di bidang retail marketing dan menjabat Pemimpin Redaksi Novelme, sebuah platform menulis novel digital, memilih menggunakan lemari penuh buku sebagai latar belakang. ”Supaya klien dan teman kantor bisa melihat saya punya surga di rumah, yaitu buku-buku,” ujarnya.
Andrei juga menata ulang rumahnya. Piano yang dulunya diletakkan mepet ke kaca jendela digeser jauh dari jendela. Hal ini agar pandangan matanya ke jendela lebih luas. Andrei juga meletakkan pemutar musik dan aroma terapi di meja kerja untuk menciptakan mood yang tenang kala menulis.
”Saya juga menambahkan lampu di sudut ruangan sehingga saya bisa terus menulis dari pagi sampai malam tanpa terbatas waktu. Pandemi ini, orang jadi menyadari home is where the heart is,” ujarnya.
Penyanyi Meda Kawu memanfaatkan teras di samping rumah yang dia tinggali di Kemang, Jakarta Selatan, sebagai pojok untuk bekerja. Khususnya, membuat konten Adem Sama Meda dan Nyanyi Sama Meda.
Meda, dibantu teman-temannya yang tinggal bersama di rumah itu, menghadirkan pojok bernuansa alam dengan elemen kayu sebagai latar belakang dan tanaman hijau. Sebuah sofa berlapis kain, mempermanis pojok tersebut. Dengan tampilan itu, pojok Meda terlihat instagrammable.
”Awalnya, Meda bikin (konten)-nya di studio karena sound-nya oke. Cuma jauh di Kemayoran. Trus teman-teman bilang, sebagus-bagusnya sound, kalau di IG bisa kayak apa? Yang penting oke. Akhirnya di sini (rumah) aja,” kata Meda.
Sebelum menggunakan teras samping, Meda kerap berpindah-pindah ruangan. Teman-temannya selalu sigap menyulap ruangan itu menjadi lebih representatif. ”Dalam 10 menit, disulap sama mereka. Dipindahin tanamannya, diatur backdrop-nya. Oh, harus ada sofa, ditarikin deh sofa,” ujar Meda.
Kebetulan, ada teman Meda yang bergerak di bidang tanaman dan pehobi tanaman. Banyak tanaman disimpan di rumah, lengkap dengan properti dekorasi. ”Cuma kepentingannya memang buat keindahan dan dekorasi aja,” kata Meda.
Untuk mendapatkan kualitas sound yang diinginkan, Meda membeli amplifier. Dengan begitu, pojok favoritnya secara visual cantik, secara audio memenuhi syarat.
”Buat aku, pojok favorit, selain buat kerja jadi katarsis juga karena ruangan, atmosfir, dan apa yang kita lihat itu ngebantu banget untuk bisa berpikir kreatif. Enggak hanya buat peserta webinar, tapi juga buat aku yang kalau ngajar suka gesture banget. Desain atau setting itu penting banget untuk set your mood,” tutur Meda yang juga hobi menyediakan lilin aroma untuk membuat suasana makin nyaman.
Untuk menulis lagu atau membuat demo musik yang membutuhkan pemikiran mendalam, Meda memilih pojok lain di dekat kolam renang. Suasananya lebih tenang. ”Karena pojokan itu paling sepi, aku jadi bisa mikir,” kata Meda.
Rindu alam
Untuk memaksimalkan kenyamanan di pojok favoritnya berupa kamar tidur dan ruang kerja, aktris film Annisa Hertami menempatkan banyak tanaman hias di dalam pot. Beberapa di antaranya lidah buaya, lidah mertua, dan tanaman jenis monstera.
Untuk ruangan dan meja kerjanya, Annisa menempatkan lidah mertua yang konon memiliki kemampuan menyerap radiasi buruk dari barang elektronik. Lidah mertua juga dipercaya berfungsi sebagai pemurni udara sehingga sangat berguna bagi Anissa yang banyak menghabiskan waktu bekerja di depan komputer dan di dalam ruangan.
”Pandemi ini sepertinya memunculkan kerinduan orang terhadap alam. Orang ingin kembali terkoneksi dengan alam sekitarnya,” ujar Annisa.
Kerinduan itu, kemudian mewujud dengan ”menghadirkan alam” di dalam rumah. ”Keterhubungan kembali dengan alam dipercaya dapat mereduksi stres. Apalagi sekarang, siapa sih yang enggak merasa stres?” lontar Annisa.
Ketika mulai meletakkan banyak pot tanaman hias di ruang kerja dan kamarnya, Annisa tak menyadari manfaat itu. Lambat laun, Annisa kerap merasakan energi yang lebih menyenangkan, matanya pun lebih rileks.
Dia mengibaratkan upayanya itu sama seperti yang dilakukan masyarakat Jepang lewat tradisi kuno Shinrin Yoku atau Bermandikan Hutan. Tradisi itu dilakukan dengan berjalan-jalan ke hutan menikmati pemandangan dan alam, serta berkomunikasi dengan pepohonan. Diyakini, hal itu berkhasiat memberi terapi bagi jiwa, manjur bagi masyarakat perkotaan. ”Jadi, tanaman-tanaman hias dalam pot itu adalah upayaku menghadirkan alam ke dalam rumah sehingga aku kembali relate dengan nature,” ujarnya.
Untuk keperluan video call, Annisa memastikan ada satu pot tanaman untuk mempercantik latar belakangnya. Dengan begitu, fokus lawan bicara tak terganggu.
Pasangan sutradara dan penulis skenario Gina S Noer dan Salman Aristo juga rajin mempercantik rumah dengan tanaman hias. Salah satu pojoknya lantas menjadi tempat beraktivitas, termasuk untuk berkomunikasi daring via video call.
Bersama kedua anak mereka, Aris dan Gina juga menjadikan pojok favorit itu sebagai spot untuk bercengkerama. Lokasinya di halaman samping, berupa taman terbuka. Di sana, Gina menempatkan banyak tanaman hias dalam pot, meja dan kursi taman kayu panjang lipat dan kursi goyang panjang.
Setiap pagi, Gina dan Aris memulai hari dengan berjemur, minum kopi, sambil bertukar pikiran. Tak hanya membahas pekerjaan, mereka juga berbincang tentang apa yang akan dilakukan sepanjang hari. ”Sering juga sambil ngetik pekerjaan. Tapi, kalau terima video call, biasanya Aris yang sering pakai spot itu. Di situ memang spot zoom-nya Aris,” ujar Gina.
Jadi, setting rumah perlu ada yang kita create untuk memudahkan perilaku bekerja dan penghayatan akan kegiatan kita bekerja itu muncul. Kalau tidak, stres, banyak tekanan karena seolah kerja 24 jam.
Menata studio
Demi mendapatkan suasana nyaman di masa pandemi, pelukis Putu Sutawijaya menata studionya di rumah sembari terus melukis serta memperluas pengetahuan tentang dunia seni melalui internet. ”Di studio, saya mengubah layar monitor komputer dengan layar yang lebih besar. Dari situ, saya terus ’mengintip’ perkembangan karya-karya kreatif seniman dan studionya dari sejumlah negara,” ujar Putu.
Di depan layar itu, Putu sering termenung. Ada banyak inspirasi hadir. Pengetahuan sederhana sampai inspirasi karya seni yang berat bisa dijumpai.
Putu yang mengelola Sangkring Art Space untuk ruang pamer karya seni rupa juga meneruskan pembangunan salah satu galeri. Ini merupakan responsnya dalam situasi pandemi, saat banyak buruh dan tukang bangunan berhenti bekerja. Bersama keluarganya, sesekali Putu berkunjung ke desa-desa di Gunung Kidul, Yogyakarta, dan melukis on the spot panorama desa dan pantai.
Bagi Putu, sudut kenyamanan dalam berkarya memiliki arti sangat luas. Sudut kenyamanan di ruang studio diraih dengan menghadirkan layar komputer besar yang menjadi jendela untuk menatap dunia, sudut nyaman lainnya ada di Sangkring Art Space, hingga meluas ke bentang alam di desa-desa.
Psikolog Roslina Verauli menuturkan, di masa pandemi, saat rumah menjadi pusat kegiatan, termasuk bekerja, membuat pojok khusus untuk bekerja sangat dianjurkan. Namun, untuk itu, perlu dibangun asosiasi antara konteks rumah dan pekerjaan karena selama ini rumah berasosiasi sebagai tempat beristirahat, bukan bekerja.
’Jadi, setting rumah perlu ada yang kita create untuk memudahkan perilaku bekerja dan penghayatan akan kegiatan kita bekerja itu muncul. Kalau tidak, stres, banyak tekanan karena seolah kerja 24 jam,” ujar Vera.
Tujuannya adalah sebagai petunjuk bahwa di saat tertentu kita sedang dalam ranah bekerja. ”Orang pun akan menghayati bahwa kita profesional. Jadi, setting ini bukan untuk gaya-gayaan, tapi untuk memudahkan kita membangun perilaku yang kita harapkan dalam setting tertentu,” kata Vera.
Tuh, kan, saat latar belakang video kita cantik, orang lain juga akan tertarik. Jadi, kamu sudah menata rumah bagian mana saja?