Kebahagiaan di akhir pekan bisa beragam bentuknya. Jangan heran jika kebahagiaan itu hadir saat berjajan makanan kesukaan. Terapkan protokol kesehatan jika tak kuasa menahan kegemaran itu.
Oleh
Aditya Diveranta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Aroma adonan yang dimasak dalam penggorengan tercium dari suatu gang setapak di Jalan Kelinci Raya, bilangan Pasar Baru, Jakarta Pusat. Saat ditelusuri, harum-haruman itu berasal dari sebuah lapak yang cukup ramai di ujung gang.
Antrean di lapak tersebut turut membuat orang-orang penasaran. Dari antrean, ada Fahira (44) yang mengantre cakwe untuk kudapan di rumah. Ia menerima cakwe dari Atek (64), sang penjaja, lewat tirai plastik sehingga minim kontak fisik. Begitu pula orang-orang di sekitar lapak yang memakai masker untuk menjaga protokol kesehatan Covid-19.
Sabtu (31/10/2020) siang itu, Fahira juga berencana membeli sejumlah jajanan lain. Setelah dari lapak Cakwe Ko Atek, dia mendatangi pusat jajanan di lingkungan Pasar Baru. Dia membeli jajanan kue langganan di sana.
”Walaupun pandemi, membeli jajanan untuk orang rumah bagi saya tetap wajib. Jajanan ini juga yang bikin Sabtu-Minggu jadi lebih berasa liburan,” ujar perempuan yang tinggal di Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Seiring dengan Fahira, ramai pula orang-orang yang berjajan di Pasar Baru pada hari itu. Sebagian besar mereka masih berjajan mengunjungi lapak-lapak, tetapi sangat berhati-hati menyentuh barang di sekitar pusat jajanan.
Pengalaman Fahira dan sebagian orang lain menandai masih bergeliatnya pusat jajanan warga di tengah pandemi. Selama libur panjang sejak Kamis (29/10/2020) hingga akhir pekan ini, hobi berjajan warga kota tidak berhenti. Hobi ini justru menjadi pelepas penat warga karena tidak bisa bepergian jauh.
Dina (52), pengunjung lain yang membeli roti di Pasar Baru, menganggap berjajan sebagai pelepas penat setiap pekan. Hampir selama tujuh bulan pandemi, dia dan keluarga tidak pernah lagi bepergian jauh sampai ke luar kota.
Beberapa penganan, menurut dia, turut mengobati rasa rindu bepergian jauh. Di Pasar Baru, misalnya, Dina kadang membeli gudeg untuk mengatasi kerinduan pulang kampung ke Yogyakarta. ”Ya, makanan mungkin bisa jadi obat rindu,” ucapnya.
Begitu pula Kevin (24), warga Cikini, Jakarta Pusat, yang mampir berjajan kopi botolan di Pasar Baru. Menurut dia, mampir dan berjajan di pasar adalah satu-satunya yang bisa dilakukan selama masa pembatasan sosial. ”Sudah enggak boleh pergi ke tempat-tempat ramai, ya, mau cari hiburan ke mana lagi kalau enggak seperti ini?” katanya.
Waspadai zona merah
Meski hobi berjajan bisa menjadi alternatif saat libur akhir pekan, bepergian terlalu jauh juga tetap membawa risiko penularan Covid-19. Karena itu, penting untuk mengetahui risiko lokasi yang menjadi zona merah penularan Covid-19.
Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tri Yunis Miko menilai, tidak masalah berjajan selama untuk dibawa pulang. Namun, dia menyarankan agar warga memperhatikan peringatan lokasi zona merah penularan di DKI Jakarta. Sejumlah lokasi zona merah dapat dipantau melalui situs corona.jakarta.go.id.
Setelah tahu risiko lokasi yang dikunjungi, warga diharapkan terus disiplin mencuci tangan dan memakai masker. Tri menuturkan, potensi penularan masih bisa terjadi pada setiap kontak fisik dengan orang lain. Apalagi, jika orang tersebut memiliki riwayat berkontak erat dengan pasien Covid-19.
”Hindari kontak fisik dengan orang yang tidak kita ketahui riwayat bepergiannya. Kalau perlu, masker juga dilengkapi dengan pelindung wajah tambahan. Hindari potensi kerumunan,” ujar Tri saat dihubungi, Sabtu sore.
Selama berjajan, Tri juga menyarankan datang ke lapak terbuka. Ruangan tertutup tanpa sirkulasi udara yang baik juga berisiko membawa penularan virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19.
Dengan sejumlah saran itu, Tri berharap warga tetap bijak ketika berjajan selama akhir pekan ini. Silakan menikmati sisa akhir pekan asal senantiasa menjaga dengan ketat protokol kesehatan.