Sempurna dalam Ketidaksempurnaan
Keindahan dalam ketidaksempurnaan ala Rosalyncitta diibaratkan seperti tetesan air di atas batu yang lama-kelamaan membentuk ceruk nan indah.
Di tangan seniman perhiasan Rosalyn Citta Paramitha dan Clarissa Kwok, perhiasan tak hanya sekadar benda. Perhiasan punya ”nyawa” baru sehingga sanggup melebur dalam karakter pemakainya. Dibuat sepenuh hati dengan tangan, keindahannya bersinar justru dalam ketidaksempurnaan buatan tangan.
Melahirkan merek Rosalyncitta, perhiasan yang diciptakan Rosalyn didasarkan pada filosofi Jepang, yaitu wabi sabi. Dalam kekosongan dan ketidaksempurnaan lahir keindahan.
Sementara Clarissa meyakini bahwa perhiasan memiliki kemampuan menyelaraskan diri dengan kekhasan setiap inci tubuh manusia sehingga ia tidak menjadi asing. Sebaliknya, menjadi bagian identitas pemakainya.
Keindahan dalam ketidaksempurnaan ala Rosalyncitta diibaratkan seperti tetesan air di atas batu yang lama-kelamaan membentuk ceruk nan indah. Mengambang di antara tradisional dan modern, Rosalyn mengusung konsep raw sebagai pembeda ketika teknologi tinggi sudah dipakai dalam produksi massal perhiasan.
”Enggak sampai rustic atau vintage. It has an element but not actually there,” kata Rosalyn yang sudah memproduksi perhiasan sejak tahun 2013 ketika dihubungi, Kamis (1/10/2020).
Konsep raw atau mentah ini mendominasi pada koleksi perhiasan awal perhiasan Rosalyncitta seperti koleksi late bloomer pada 2014. Kalung berukuran besar berbentuk V serupa kerah segera menarik perhatian. Kalung dari lempengan seberat 600 gram yang dijuluki blooming necklace ini ditatah dengan tangan. Koleksi kalung berlapis emas ini juga dilengkapi dengan cincin dan gelang kaki.
Meskipun bervolume besar, kalung serupa kerah ini tetap nyaman dan tidak terasa berat ketika melingkar di leher. Pola kerah dibuat menyesuaikan kebutuhan aksesori peragaan busana ketika Rosalyn lulus Jurusan Fashion di Instituto Marangoni Milano. ”Jadi, saya familier dengan pattern,” tambah Rosalyn.
Ukuran perhiasan bervolume besar menjadi pilihan agar mudah terlihat saat tampil di lintasan peraga. Hingga kini, koleksi perhiasan Rosalyncitta pun sering kali tampil di beragam pergelaran busana seperti di Jakarta Fashion Week dan Nusantara Fashion Festival. ”Tidak overwhelming dengan pakaiannya, tetapi tetap menarik perhatian. Lebih ke art jewelery, wearable art,” ujarnya.
Rasa seni pula yang tampil kentara pada anting berupa jarum. Meskipun ukurannya tergolong panjang, anting ini tetap seimbang ketika dipakai karena dilengkapi lubang di bagian tengah yang membuatnya tetap horizontal. Selain perhiasan seni, Rosalyncitta juga sempat memproduksi obyek seni bervolume kecil seperti pinggan.
Perhiasan yang jujur
Bagi Clarissa yang melahirkan perhiasan berlabel Clarissa Kwok, perhiasan yang indah adalah perhiasan yang jujur. Perhiasan haruslah sesuai dengan karakter penggunanya sehingga keseluruhan produksinya dibuat berdasarkan custom atau pesanan khusus. ”Tidak berlebihan, namun di baliknya ada teknik, kualitas, dan visual yang smart,” kata Clarissa.
Baginya, setiap perhiasan harus memiliki elemen penting seperti karakter dan kualitas. Kedua hal ini yang akan membuat suatu karya tidak dibatasi oleh waktu. Karakter unik dan kualitas pula yang membangun beragam jenis perhiasan seperti cincin yang berbentuk kotak atau persegi panjang, anting serupa garis diagonal, hingga bandul kalung yang asimetris.
Clarissa tidak membatasi desainnya sebagai desain kontemporer, juga tidak ada batasan era tertentu. Namun, ia lebih mengutamakan untuk menyesuaikan kepada karakter pemakainya. ”Setiap orang memiliki dimensinya masing-masing. Setiap bagian tubuh sudah ada hitungan proporsi dan komposisinya, dan untuk memastikan nyaman saat dipakai, saya selalu balik lagi kepada morfologi tiap individunya,” tambahnya.
Dibuat berdasar pesanan khusus, ide dituangkan ke dalam sketsa. Setelah siap untuk menjelajah lebih jauh, Clarissa akan berdiskusi dengan tim perajin. Bahan perhiasan dipilih dari emas murni. Emas cukup lembut dan mudah dibentuk, tetapi juga kuat.
”Saya juga suka estetika visualnya. Warnanya, baik kuning, rose, maupun putih, sangat kontras dengan kulit manusia. Ini adalah bahasa klasik dengan kehangatan yang melekat,” tambahnya.
Dari awalnya memproduksi perhiasan yang idealis, Rosalyn kini lebih ingin berkomunikasi dengan pelanggannya lewat produksi custom yang mulai dijalani sejak tiga tahun terakhir. Bentukan perhiasannya pun menyusut ke volume yang lebih kecil. Proses pengerjaan tak lagi sepenuhnya dengan tangan, tetapi juga mulai menggunakan proses digital di beberapa elemen.
Produksi berdasar pesanan ini umumnya mengarah ke perhiasan yang halus, klasik, dan tak lekang oleh waktu. ”Brand makin bertumbuh makin mature. Dia berkembang bersama saya. Mana yang saya nyaman pakai akan saya buat ke arah situ,” tambah Rosalyn.
Jatuh hati
Rasa antik pada perhiasan Rosalyncitta dipengaruhi oleh persentuhan dengan perhiasan tua Jawa yang dikoleksi ayahnya. Ia mulai jatuh cinta ketika melihat kecantikan perhiasan zaman Majapahit. ”Saya coba buat dengan atmosfer seperti itu. Ingin padukan konsep modern dan sedikit heritage. Heritage lebih mengarah ke culture. Lebih modernnya dari siluet dan ergonomisnya,” ujarnya.
Kecintaan pula yang membuat Rosalyn tetap produktif di masa pandemi. Pesanan terus mengalir dari pelanggan lokal maupun asing. Sembari bekerja dari rumah, memesan perhiasan bisa menumbuhkan suatu harapan bagi pelanggan. ”Ada beberapa tahap produksi mulai konsultasi hingga serahkan sketsa. There is something to expect. Ada sesuatu yang diharapkan. Lini pengiriman tetap jalan,” tambah Rosalyn.
Perkenalan Clarissa dengan seni produksi perhiasan juga dimulai dari kecintaan keluarga besarnya pada perhiasan. Perhiasan sudah menjadi sesuatu yang lekat dengan Clarissa. Mendiang kakeknya sudah membuat perhiasan pada tahun 1940-an di halaman belakang rumahnya yang kemudian diturunkan kepada anak-anaknya, termasuk ayah Clarissa.
Selalu dikelilingi oleh ahli pembuat perhiasan di dalam keluarga, Clarissa secara alami tertarik menekuni perhiasan. Ia pun kemudian memutuskan mengejar pembuatan perhiasan sebagai profesi dengan kuliah Desain Perhiasan di Curtin University di Perth, Australia Barat.
Memiliki sejarah panjang dan tradisi lokal untuk memberikan perhiasan yang bagus, Clarissa pun optimistis pada bisnis perhiasan di Indonesia.
”Dunia perhiasan Indonesia akan terus berkembang meskipun ada ketidakpastian ekonomi. Kami berharap suatu hari nanti kami akan memantapkan diri menjadi destinasi perhiasan yang bisa dibanggakan Indonesia,” ujar Clarissa.