Mesin Waktu di Shanghai
Setelah sebelumnya menjadi yang pertama menggelar pekan mode virtual, Shanghai Fashion Week untuk musim semi/musim panas 2021 kembali menjadi yang pertama menyuguhkan pekan mode secara fisik.
Setelah sebelumnya menjadi yang pertama menggelar pekan mode virtual, Shanghai Fashion Week untuk musim semi/musim panas 2021 kembali menjadi yang pertama menyuguhkan pekan mode secara fisik.
Tak banyak dimeriahkan oleh desainer asing, landasan peraganya justru menjadi eksklusif menampilkan potongan busana yang kental dengan warna budaya China, tetapi tetap modern.
Salah satu dari segelintir perancang mode asing yang tampil di Shanghai Fashion Week adalah salah satu rumah mode tertua di Paris, Lanvin. Atmosfer kental budaya China di Shanghai juga memengaruhi Lanvin untuk menghadirkan konsep ekspresi masa lalu di kota modern. Di laman Lanvin, Direktur Artistik Lanvin Bruno Sialelli menyebut telah melakukan perjalanan melalui ruang dan waktu untuk melahirkan koleksi yang disuguhkan di Yu Garden.
Yu Garden dengan bangunan tradisional China menjadi tempat spesial karena sudah ada sejak abad ke-18. Tempat yang bermakna surga subur yang menjadi simbol sejarah Tiongkok ini berada di jantung kota metropolis Shanghai yang terkenal dengan modernitasnya. Kaitan antara masa lalu dan sekarang, sejarah dan kontemporer, serta warisan Lanvin inilah yang melandasi lahirnya koleksi yang ditampilkan pada Sabtu (17/10/2020).
Pengaruh China kental hadir terutama dari rasa sinematik dari setiap tampilan busana pria maupun perempuan. Lanvin menghadirkan cukup banyak busana mulai dari pakaian malam, jubah, hingga pakaian dari kulit. Gaun malamnya kaya dengan hiasan dan sulaman yang menonjolkan garis-garis khas Lanvin.
Kali ini, Sialelli juga membuat kontekstualisasi ulang gaya jubah serta siluet Lanvin yang ikonik agar lebih kekinian. Untuk itu, ia kembali melongok ke warisan dari tahun-tahun paling produktif Lanvin di era 1920-an yang kental nuansa art deco. Hasilnya adalah koleksi modern, tetapi mengacu pada siluet dan detail klasik Lanvin, serta tautan halus ke China.
Busana kental rasa art deco yang dipengaruhi kubisme ini menghadirkan keanggunan yang berkesan glamor. Karya dari seniman art deco, Jean Dunand, yang adalah teman dekat Jeanne Lanvin juga turut diadopsi untuk mempercantik keindahan Yu Garden lewat karya seni berpola botani.
”Ini menarik karena gerakan art deco sendiri terinspirasi teknik China. Saya senang bisa menemukan tautan ini,” kata Sialelli dalam wawancara yang dimuat di laman Vogue pada Senin (19/10/2020).
Sesuai pemberitahuan Lanvin pada Januari lalu bahwa mereka hanya akan menggelar dua kali pergelaran dalam setahun untuk koleksi campuran pria dan wanita, koleksi kali ini pun terdiri dari busana pria dan wanita. ”Saya ingin membuat dua era bertabrakan, mengambil keanggunan, optimisme, dan joie de vivre dari DNA Lanvin,” tambah Sialelli.
Timur-Barat
Keterlibatan dalam peragaan busana fisik di Shanghai Fashion Week dipilih oleh Sialelli karena peragaan busana digital dinilai tidak dapat menggantikan kehidupan nyata. ”Fashion bukanlah prioritas saat ini, melainkan memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan. Saya berharap dapat menyampaikan pesan tentang dunia yang lebih baik yang lebih inklusif dan berkelanjutan,” tambahnya.
Jembatan antara masa lalu dan masa kini juga dihadirkan oleh desainer Angel Chen yang kali ini berkolaborasi dengan seniman Beijing, Wang Jiajia. Chen dan Wang sama-sama belajar di Central Saint Martins di London. Laman Shanghaifashionweek menyebut koleksi Chen kaya dengan pendekatan warna-warni. Tampilannya makin kaya karena memadukan estetika Timur dan Barat. Pendekatannya yang tidak konvensional, menjadikan Angel Chen menjadi salah satu merek muda terpopuler sejak berdiri pada 2014.
Pergelaran busana Chen di Shanghai Fashion Week pada Selasa (13/10/2020) berlangsung heboh dengan dihadiri lebih dari 1.000 penonton. Koleksi bertajuk Artefact ini merevitalisasi budaya Tiongkok dengan interpretasi kontemporer. Pengunjung disuguhi koleksi dengan perpaduan warna berani, seperti merah jambu neon. Chen mengubah lukisan merah muda dan biru Wang menjadi cetakan print.
Lukisan itu kadang ditampilkan dengan payet menyeluruh dan dihiasi dengan kristal tambahan untuk efek kartun yang berkilauan. Karya-karyanya yang beraneka warna menonjolkan guratan cat tampil dalam rupa kemeja dan gaun lipit. Sapuan warna ini dipertegas dengan kehadiran payet transparan hingga taburan kristal Swarovski
Aksen ruffles berupa kerutan bergelombang dibentuk dari nilon daur ulang serta campuran polister. Dengan cerdik, Chen juga memasukkan tali ke dalam jubah tebal dan celana serbaguna sehingga siluetnya bergeser dari menggelembung menjadi ramping. Kepiawaian memotong bentuk ini antara lain mengubah bentuk kotak menjadi kepompong bulat.
Sapuan warna bak lukisan dalam mimpi juga menjadi sesuatu yang ditonjolkan Desainer Susan Fang yang berbasis antara London dan Shanghai. Koleksi yang sama persis sempat ditampilkan oleh Fang secara virtual di London Fashion Week. Di laman Londonfashionweek disebut bahwa koleksi tersebut terfokus pada persepsi dan matematika.
Fang terinspirasi konsep yang berkaitan dengan persepsi keindahan dan daya tarik alam serta fraktal. Fraktal merupakan benda geometris yang kasar pada segala skala dan dapat ”dibagi-bagi” dengan cara yang radikal. Setiap tampilan busana bertajuk ”Air Born” ini membentuk kesatuan rangkaian gaun berwarna pelangi tembus pandang yang melanjutkan estetika seperti mimpi.
Gaun dengan aksesori tembus pandang juga dihadirkan Lanvin dan Shie Lyu yang baru saja pindah dari Amerika Serikat ke China.
”Made in China”
Laman berita Jing Daily menyebut Susan Fang sebagai salah satu desainer baru paling inovatif di China. Untuk merek yang baru berusia tiga tahun, ia sudah mendapat banyak penggemar dari upayanya mendefinisikan ulang label ”Made in China”. Koleksi Susan Fang telah tersedia secara internasional melalui sejumlah stokis bergengsi.
Sudah berlangsung selama 18 tahun, Shanghai Fashion Week ingin terus menghubungkan masa lalu dan masa kini. Mengambil tema ”Eternal Runway” Shanghai Fashion Week untuk musim semi dan musim panas 2021 yang berlangsung pada 10-20 Oktober ini sekaligus mengekspresikan sikap dan harapan selama pandemi Covid-19.
”Dibandingkan dengan musim lalu, laju perkembangan Shanghai Fashion Week melambat dan secara bertahap menjadi lebih stabil,” kata Xiaolei Lv, Wakil Sekretaris Jenderal Shanghai Fashion Week Organization, dalam siaran pers di laman Shanghaifashionweek.