Refleksi Keterkungkungan
Sapto Djojokartiko mengemas peluncuran koleksi musim semi/musim panas 2021 itu dalam format film pendek pada ”tanggal cantik”, 10 Oktober 2020 (10/10/2020) pukul 10.20.
Pertarungan dengan hal tak kasatmata semasa pandemi ini dimenangkan oleh kreativitas. Tangan-tangan yang tidak menyerah dan terus menghasilkan karya akan memetik buah manisnya.
Semangat inilah yang hendak dihadirkan desainer Sapto Djojokartiko melalui koleksi terbarunya untuk musim semi/musim panas 2021.
Sang surya baru saja terbit. Kabut masih menyelimuti tanah dan perlahan tersapu angin. Bayang-bayang matahari mulai menyentuh sudut-sudut Taman Sari, Yogyakarta. Si ayam jago pun mulai bergerak.
Di antara tembok-tembok tua, para model berdiri tenang mengenakan koleksi terbaru Sapto. Ayam jago bergerak seirama tetabuhan di antara para model, kurungan ayam, dan di landasan peraga yang terbuat dari bentangan kain warna terakota. Para model kemudian bergantian melenggang di atasnya.
Sapto mengemas peluncuran koleksi musim semi/musim panas 2021 itu dalam format film pendek pada ”tanggal cantik”, 10 Oktober 2020 (10/10/2020) pukul 10.20. Film disutradarai Reuben Torino. Ayam jantan ditarikan aktor Muhammad Khan, pemeran Juno dalam film Kucumbu Tubuh Indahku. Dia meraih Piala Citra untuk kategori aktor terbaik berkat aktingnya di film tersebut.
”Pasti akan virtual. Jadi, saya ingin enggak hanya peragaan busana, tetapi ada narasinya. Saya juga ingin suasana luar ruangan. Dan, saya memang sudah jatuh cinta sama Taman Sari,” ujar Sapto, dalam wawancara, Senin (12/10/2020).
Koleksi terbaru ini lahir dari refleksinya atas pengalaman masa kecil ketika dia sering melihat sabung ayam. Kala itu, sepengetahuan Sapto kecil, sabung ayam, ya, soal judi. Seiring waktu, dia banyak membaca buku sejarah dan menemukan bahwa di balik sabung ayam terdapat unsur ritual keagamaan. Sabung ayam kini sudah resmi dilarang dan ilegal, tetapi di beberapa tempat masih dipertunjukkan sebagai bagian dari ritual keagamaan tersebut.
”Cukup kontroversial untuk mengangkat sabung ayam ini, tetapi saya selalu menganggapnya menarik secara visual,” katanya.
Sapto menariknya dalam konteks kondisi saat ini. Dia mengibaratkan manusia kini tengah disabung seperti ayam dengan virus yang tidak terlihat. Kurungan ayam melambangkan kungkungan dan keterbatasan gerak saat ini. Namun, yang jelas, si ayam tak hendak menyerah.
Lahirlah 100 lebih tampilan dari koleksi baru ini, tetapi hanya sekitar 20 tampilan di antaranya yang dipresentasikan dalam film pendek. Melalui format film, detail rancangan ditampilkan lebih jelas.
Ini menjadi keuntungan peragaan busana secara daring. Fokus penonton diarahkan untuk melihat bagian-bagian gaun yang ingin ditonjolkan, misalnya aksen sulam dan bordir menggambarkan motif rumit. Dalam peragaan busana secara luring, detail semacam itu sering kali tidak terlihat jelas.
Tambal sulam
Bagian-bagian dari ritual sabung ayam itu kemudian diterjemahkan Sapto dalam rancangan untuk busana wanita dan pria. Misalnya, bentuk ayam jago atau keranjang anyaman yang diaplikasikan lewat teknik cross stitching atau tambal sulam secara manual di atas kain organza, silk, tule, dan tencel. Pola acak dan guratan yang menyerupai sapuan kuas juga diaplikasikan pada busana untuk memberi kesan dinamis.
Motif dan pola itu menghiasi luaran, gaun, dan atasan dengan permainan material lace atau renda aneka jenis. Tak hanya gaun, motif tersebut menghiasi beragam aksesori yang turut melengkapi koleksi, seperti dompet bersulam multifungsi, tas selempang, selendang, tas maxi tote, anting mutiara dengan gaya barok berbalut teknik makrame, hingga sandal dan selop dengan anyaman rafia dan bordir.
Sebagian koleksinya menampilkan paduan busana dengan selendang yang dipakai menyilang atau disampirkan di bahu dan tas selempang yang dipakai menyilang. Bentuk diagonal dari pemakaian itu memberi tampilan dinamis dan tidak membosankan.
Itu seperti pada gaun selutut dengan pola anyaman yang dipadu dengan luaran tipis bermotif ayam jago dan diberi aksen selendang menyilang warna kemerahan. Juga pada gaun terusan longgar yang ringan dengan aksesori tas selempang berwarna senada yang berkesan kasual, tetapi tetap anggun saat dikenakan.
Sapto masih menghadirkan warna-warna khas rancangannya, seperti nude dan pastel, yang lembut. Namun, dia juga menambahkan warna-warna yang lebih berani, seperti primrose, tangerine, dan cayenne untuk menghadirkan keceriaan musim semi dan musim panas. Kombinasi warna pucat dengan warna plum, fuschia, dan terakota memunculkan kesan yang elegan.
”Biasanya koleksi saya selalu ada yang glamor untuk pesta, tetapi untuk koleksi kali ini saya minimalkan. Sesuai kondisi saat ini, rancangannya lebih ringan dan santai, bisa dipakai sehari-hari,” tutur Sapto.
”Roller coaster”
Konsisten melahirkan karya selama pandemi bukan perkara mudah. Terlebih tak lama sebelum pembatasan sosial diberlakukan, Sapto baru membuka flagship store atau toko utama. Koleksi yang baru separuh jalan, terpaksa tertunda produksinya dan tidak bisa dipantau perkembangannya secara intens karena tim bekerja dari rumah.
Jadwal peluncuran koleksi pun terganggu. Walakin, Sapto bisa menyesuaikan diri.
”Keterbatasan dalam bergerak mengharuskan saya berpikir kreatif untuk memanfaatkan hal-hal yang dapat saya jangkau di sekitar saya. Masa karantina ini benar-benar seperti naik roller coaster bagi para desainer, termasuk saya, karena harus memikirkan aspek bisnis sekaligus menyelamatkan jiwa kreatif,” paparnya.
Selain merancang busana, Sapto pun memilih bermain-main di aksesori, terutama yang bersifat fungsional. Dengan memadukan busana dan aksesori, dia memberikan kemudahan bagi pelanggan untuk mengenakan koleksinya tanpa bingung dengan pemakaiannya.
Mengharapkan dari ritel atau toko fisik pun sudah tidak mungkin sehingga tim Sapto menggunakan pendekatan personal kepada para pelanggan. Dengan penyesuaian-penyesuaian ini, dia pun bisa ”memenangkan” pertarungan melawan pandemi.
Seperti yang disimbolkan dalam film pendek tadi. Si ayam jago tetap trengginas, meliuk, melenting, menyambut apa yang ada di hadapannya. Puncaknya, dia menceploskan buah merah, mengalirkan cairan serupa darah ke wajahnya, menandai kemenangannya.
Matahari tenggelam. Esok akan datang lagi dengan perjuangannya sendiri.