Disrupsi Pasar Ponsel Pintar di Saat Pandemi Covid-19
Akibat pandemi, vendor ponsel pintar memilih untuk memperkenalkan produk dengan harga lebih terjangkau. Termasuk Poco, spesialis ”flagship”, yang untuk pertama kali merilis ponsel ”mid-range” di Indonesia.
Oleh
satrio pangarso wisanggeni
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketidakpastian ekonomi yang diakibatkan pandemi Covid-19 telah memaksa para vendor produsen ponsel pintar untuk meramu strategi baru dalam memperkenalkan produk barunya. Menghadirkan produk di kelas harga yang lebih rendah menjadi salah satu jalan.
Meskipun baru dua tahun aktif, Poco, yang merupakan salah satu merek di bawah payung Xiaomi, telah membangun predikat sebagai produsen ponsel flagship. Dua ponselnya yang dirilis di Indonesia, Poco F1 (2018) dan Poco F2 Pro (2020), adalah ponsel flagship, menggunakan cipset terbaru di masanya.
Namun, kini, untuk pertama kali di Indonesia, Poco merilis ponsel kelas menengah, X3 NFC. Krisis ekonomi yang diakibatkan pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktor yang menjadi pertimbangan.
”Tampaknya di tengah pandemi semacam ini, konsumen memang mencari opsi ponsel yang lebih terjangkau. Namun, tujuan utama kami adalah men-disrupt pasar dengan teknologi kami,” kata Country Director Xiaomi Indonesia Alvin Tse dalam acara temu media virtual pada Kamis (15/10/2020) sore.
Bagaimana cara mendisrupsi pangsa pasar kelas menengah yang bahkan terasa kelewat kompetitif? Tse mengatakan, Xiaomi melakukan hal ini dengan cara menurunkan fitur yang ada pada flagship ke kelas menengah. Ia mengambil contoh layar X3 NFC yang memiliki refresh rate 120 Hz.
Refresh rate yang dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan 60 Hz yang sudah menjadi standar selama ini biasanya hanya dimiliki oleh ponsel flagship. Jajaran ponsel premium Samsung, Galaxy S20, dan Note 20 memiliki layar dengan refresh rate 120 Hz.
”Biasanya ponsel midrange itu kebanyakan 90 Hz, yang terasa tidak begitu berbeda dengan 60 Hz yang sudah biasa. Jadi, kami sadar ada peluang untuk memperkenalkan 120 Hz di pasar kelas menengah,” kata Tse.
Namun, juga perlu diketahui bahwa teknologi layar berukuran 6,67 inci yang digunakan oleh X3 NFC adalah IPS LCD. Teknologi ini tidak memiliki kontras sebaik AMOLED yang biasa digunakan oleh jajaran ponsel premium tersebut.
Poco X3 NFC hadir dengan konfigurasi quad-camera, lebar 64 megapiksel (MP), ultra lebar 13 MP, depth sensor 2 MP, dan macro 2 Mp. Ponsel ini juga memiliki baterai berukuran relatif besar 5.160 mAh serta fitur pengisian daya cepat 33 watt, diklaim dapat mengisi penuh dalam waktu 65 menit.
Cipset yang digunakan oleh X3 NFC adalah keluaran Qualcomm, Snapdragon 732G, yang diklaim sebagai seri 700 tercanggih saat ini, 732G, setidaknya yang masuk ke Indonesia. Cipset ini merupakan pembaruan incremental dari seri 730G dan 720G yang sudah biasa digunakan oleh ponsel kelas menengah lainnya.
”Kami sadar bahwa banyak technology enthusiast yang mungkin tidak memiliki budget untuk membeli flagship. Jadi, dengan ini kami mencoba membuat ponsel yang lebih aksesibel ke banyak orang,” kata Tse.
Keterjangkauan harga tampaknya memang menjadi kunci di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Berdasarkan hasil riset pasar oleh IDC, ketidakpastian ekonomi akan menyebabkan adanya tekanan bagi para vendor produsen ponsel pintar. Nilai pasar ponsel pintar dunia diduga akan turun sebesar 7,9 persen pada 2020 menjadi 422 miliar dollar AS dari 458,5 miliar dollar AS pada 2019.
Namun, diprediksikan bahwa ponsel kelas menengah-bawah justru akan tumbuh di tengah masa sulit ini. Secara umum, segmen kelas menengah-bawah yang berada pada cakupan harga 100-400 dollar AS (Rp 1,4 juta–Rp 5,9 juta) justru akan tumbuh hingga 3 persen hingga setahun mendatang.
IDC mencatat, segmen ini telah kokoh dikuasai oleh sejumlah vendor, seperti Samsung, Huawei, Xiaomi, Oppo, dan Vivo.
Direktur Riset Worldwide Mobile Device Trackers IDC Nabila Popal mengatakan, segmen ini akan semakin populer. ”Ke depan, konsumen akan semakin mengharapkan value yang lebih besar dari ponsel yang mereka beli. Jadi, segmen menengah-bawah akan terus populer,” kata Popal dalam keterangan tertulis.
Poco X3 NFC akan mulai tersedia mulai Kamis (22/10/2020) melalui kanal penjualan daring dan luring lewat kanal resmi Xiaomi dan rekanan platform marketplace.
Poco X3 NFC dijual dalam dua konfigurasi spesifikasi. Konfigurasi dengan RAM 6 gigabyte (GB) dan memori penyimpanan 64 GB dibanderol dengan harga Rp 3,1 juta. Sementara konfigurasi RAM 8 GB dan penyimpanan 128 GB seharga Rp 3,5 juta.
Strategi potong harga
Tidak hanya di kelas menengah, para vendor pun tampaknya menyesuaikan diri terhadap disrupsi ini. Akhir September lalu, Samsung memperkenalkan versi Galaxy S20 yang lebih terjangkau, disebut Galaxy S20 Fan Edition (FE).
Meski sama-sama menggunakan cipset terbaru miliki Samsung, Exynos 990, Galaxy S20 FE memiliki bodi dari plastik alih-alih kaca seperti yang dimiliki oleh S20 biasa. Kualitas kamera pun berbeda. Ujungnya, banderol S20 FE pun lebih terjangkau, dengan selisih sekitar Rp 3 juta.
Strategi lebih drastis bahkan ditunjukkan oleh Google. Ponsel flagship terbarunya, Pixel 5, bahkan menggunakan cipset Qualcomm kelas menengah, Snapdragon 765.
Apple pun telah mengeluarkan iPhone SE 2020 yang memiliki spek kelas atas dengan desain bodi dari iPhone 8 yang telah berusia tiga tahun. Ponsel tersebut diluncurkan di AS dengan harga 399 dollar AS dan masuk ke Indonesia dengan harga Rp 8 juta.
Selain itu, pada peluncuran iPhone 12 pada Selasa (13/10/2020), Apple juga meluncurkan varian mini dengan harga 100 dollar AS lebih rendah dibandingkan dengan harga dasar 799 dollar AS.
”Ini adalah langkah besar bagi iPhone. Kami rasa, (iPhone 12 mini) akan menjadi iPhone yang sangat populer,” kata VP iPhone Product Marketing Apple Kaiann Drance.