Di tengah tingginya minat belanja melalui platform daring, perusahaan jual beli daring atau e-dagang berlomba menggalakkan kebiasaan berinvestasi kepada penggunanya.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah tingginya minat belanja melalui platform daring, perusahaan jual beli daring atau e-dagang berlomba mengalakkan kebiasaan berinvestasi kepada penggunanya. Beragam fitur dan kampanye kreatif pun dihadirkan untuk meningkatkan kesadaran manajemen keuangan kepada generasi muda.
Pembatasan sosial yang terjadi selama pandemi diketahui memaksa masyarakat bergantung pada platform jual beli daring untuk berbelanja. Menurut Bank Indonesia, volume transaksi di e-dagang selama triwulan II-2020 tercatat sebanyak 383,5 juta kali. Jumlah itu naik 39,05 persen dibandingkan triwulan I-2020 yang sebanyak 275,8 juta kali.
Bersamaan dengan kenaikan tren belanja, beberapa perusahaan e-dagang juga gencar mendorong penggunanya berinvestasi di dalam platform mereka. Sebut saja Shopee, e-dagang terpopuler di Indonesia pada 2019 versi Iprice, yang bekerja sama dengan Pegadaian meluncurkan fitur tabungan emas.
Dari pengamatan Kompas, Rabu (14/10/2020), fitur itu memungkinkan pengguna Shopee berinvestasi mulai dari Rp 500, dengan syarat mengisi identitas sesuai kartu tanda penduduk (KTP) untuk diverifikasi. Uang yang disetor lewat berbagai pembayaran di aplikasi tersebut kemudian dapat dikonversikan ke nilai emas yang berlaku saat akan dibeli.
Baru-baru ini, platform tersebut juga menawarkan permainan atau gim Pohon Emas. Permainan dengan misi menyirami pohon virtual hingga panen dalam sehari itu berbonus voucer yang bisa digunakan untuk menabung emas. Fitur itu pun menarik sejumlah pengguna Shopee untuk mencoba berinvestasi emas.
”Walaupun lebih seperti strategi pemasaran, ini memudahkan saya untuk belajar berinvestasi di produk emas,” kata Uli saat dihubungi Kompas. Mahasiswi 22 tahun itu mengatakan tidak pernah berinvestasi sebelumnya karena yang ia pahami, ia harus menyisihkan banyak uang untuk memulainya.
Selain Shopee, e-dagang seperti Tokopedia juga menggencarkan kampanye berinvestasi mudah melalui platform mereka. Baru-baru ini, mereka mengkampanyekan Rabu Nabung untuk menggalakkan investasi dalam bentuk emas dan reksa dana. Cahsback atau imbal tunai hingga ratusan ribu rupiah pun dipromosikan kepada semua pengguna fitur.
”Kampanye ini agar pengguna ingat untuk menabung setiap hari Rabu, lalu lama-kelamaan jadi kebiasaan. Harapannya, ini bantu masyarakat Indonesia untuk menumbuhkan kebiasaan berinvestasi agar manajemen uang bagus, sekaligus meningkatkan literasi dan inklusi keuangan,” tutur Senior Lead Fintech Tokopedia Marissa Dewi dalam pertemuan virtual, Rabu ini.
Kemudahan berinvestasi pun ditawarkan perusahan Indonesia penyandang unicorn atau kapitalisasi pasar di bawah 10 miliar dollar AS tersebut. Pengguna dapat berinvestasi emas mulai dari Rp 5.000 dan reksa dana mulai dari Rp 10.000. Untuk fitur tersebut, Tokopedia bekerja sama dengan Pegadaian dan Bareksa yang menggandeng beberapa manajemen investasi tepercaya.
Fitur yang telah dihadirkan beberapa tahun terakhir itu, menurut Marissa, semakin diminati. Data internal Tokopedia dalam setahun terakhir, jumlah pengguna fitur reksa dana mereka meningkat 57 kali lipat dengan pertumbuhan transaksi sampai 27 kali lipat. Pengguna fitur emas juga meningkat sampai 20 kali lipat dengan pertumbuhan transaksi sampai 30 kali lipat.
Perencana keuangan Prita Hapsari Ghozie pun mengapresiasi inisiatif yang memudahkan masyarakat untuk berinvestasi. Kemudahan berinvestasi dengan nilai sedikit dinilai akan mendorong anak muda lebih percaya diri untuk menyisihkan uang.
Ia pun menawarkan metode yang disebut ”hapsari”, kependekan dari ”hanya perlu selembar saja sehari”. Dengan metode itu, orang bisa menyisihkan selembar uang, berapa pun nilainya, untuk ditabung setiap hari.
”Masalah anak muda ini, kan, umumnya pada kapasitas untuk menyisihkan uang, apalagi misalnya kalau mereka sandwich generation. Kita harus kasih opsi untuk investasi dari angka kecil dan dengan metode-metode yang memudahkan,” ujarnya.
Kebiasaan menyisihkan uang, baik dalam bentuk tabungan maupun investasi, menurut dia, harus dibiasakan sejak dini. Kebiasaan itu, lanjutnya, perlu mulai dilakukan anak muda yang kerap melalukan beberapa kesalahan dalam mengatur keuangan.
Kesalahan itu antara lain rela berutang untuk kebutuhan tidak penting, senang mengikuti tren terbaru, tidak menyiapkan dana darurat, dan menunda investasi untuk masa depan.
Tingkat pemahaman industri atau literasi dan pemanfaatan produk atau inklusi keuangan anak muda (usia 18-35 tahun) sebenarnya relatif tinggi dibandingkan dengan kelompok usia lain.
Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2016, penduduk kelompok usia usia 18-25 tahun memiliki tingkat literasi sebesar 32,1 persen dan usia 26-35 tahun sebesar 33,5 persen. Adapun tingkat inklusi keuangan tercatat sebesar 70,0 persen (usia 18-25 tahun) dan 68,4 persen (usia 26-35 tahun).
Agar anak muda tidak kehilangan momen tersebut, Prita menawarkan beberapa tips dalam mengatur keuangan. Pertama, pendapatan sebaiknya diatur untuk tiga jenis pengeluaran, yaitu untuk living atau kebutuhan yang wajib dipenuhi (50 persen), playing atau keinginan gaya hidup (20 persen), dan saving untuk tabungan atau investasi (30 persen).
Dalam menyisihkan uang untuk tabungan, Prita juga memberikan beberapa alternatif dan saran. Menabung, katanya, tidak berarti uang hanya disimpan di rekening tabungan, tetapi juga bisa dialihkan dalam berbagai produk investasi, seperti emas dan saham untuk jangka panjang atau pasar uang untuk jangka pendek.
Hal itu bisa dilakukan dengan beberapa syarat, seperti menyesuaikan tujuan keuangan, mengenali produk risiko, dan belajar memahami produk investasi. ”Selanjutnya, baiknya kita tidak ikut-ikutan orang dan jangan ketakutan untuk mulai berinvestasi,” ujarnya.