Mode setelan jas, yang juga diminati perempuan, sarat dengan simbol ketangguhan dan fleksibilitas di tengah zaman yang terus berubah.
Oleh
Riana Ibrahim dan Dwi As Setianingsih
·5 menit baca
Perpaduan dengan jas tak melulu identik dengan keseriusan atau kasta kelas tertentu. Lahirnya mode setelan ini, yang juga diminati perempuan, justru sarat dengan simbol ketangguhan dan fleksibilitas di tengah zaman yang terus berubah. Seperti yang terlihat di pergelaran busana akbar Paris Fashion Week 2020, Milan Fashion Week 2020, dan New York Fashion Week 2020.
Pada puncak pergelaran peragaan busana Paris Fashion Week, Selasa (6/10/2020), jenama adibusana Chanel memukau melalui beberapa tampilan setelan khasnya. Dengan tema Hollywood, desainer Virginie Viard tetap mempertahankan sentuhan ketangguhan dan gaya androgini yang sejak awal diusung Coco Chanel.
Pertunjukan yang disiarkan secara daring melalui Instagram dan situs resmi milik Chanel ini dibuka dengan setelan berbahan tweed. Meski berwarna dasar hitam, motif houndstooth yang diguratkan memberi kesan eklektik. Paduan blazer dan rok selutut dengan belahan tinggi menekankan kedinamisan.
Sejak periode 1920-an, Chanel dikenal sebagai pendobrak pakem mode di era tersebut. Ia berkreasi dengan setelan blazer dan celana yang ditujukan untuk perempuan. Ia juga tak segan memadupadankan dengan rok di atas lutut. Di masa itu, pakaian untuk perempuan terbatas pada gaun dan rok di bawah lutut sebagai bentuk penjaga kesopanan.
Tak disangka, gebrakan tersebut disambut baik. Hal ini lantas menjadi ciri khas dalam berbagai karya keluaran jenama ini hingga kini. Sebanyak 71 tampilan yang dirangkum dalam koleksi musim semi-musim panas 2021 pada panggung Paris Fahion Week 2020 sarat dengan berbagai tampilan setelan, mulai dari yang klasik hingga perpaduan segar dan lebih ringan.
”Tampilan khasnya tidak hilang walau dikreasi ulang. Kekuatan street fashion juga tetap dipertahankan. Selain sebagai penghormatan bahwa Chanel sejak dulu dekat dengan industri perfilman Hollywood, tema ini juga ingin memberikan kesan yang menyenangkan, berwarna, dan menikmati hidup,” ungkap Viard.
Pada hari yang sama, jenama Miu miu juga menawarkan beberapa tampilan setelan dengan permainan warna yang lebih ceria. Terlihat dari pemilihan warna kuning, pink, biru muda, hingga hijau limau. Setelan rajutan juga memberi nuansa yang berbeda dengan karya jenama lain yang umumnya cenderung menggunakan katun dan tweed untuk setelan.
Ragam setelan ini juga muncul dalam gelaran Milan Fashion Week 2020 pada 18-22 September. Salah satunya hadir dalam koleksi musim semi-musim panas 2021 milik Genny. Meski lebih banyak menawarkan tampilan gaun musim panas berbahan sifon yang ringan, peragaan daring yang disiarkan dari taman Giardino Sigurta, Italia, itu memberikan pilihan beberapa setelan berbahan katun.
Kali ini Genny tak hanya menekankan pada warna terang seperti ungu, kuning, dan hijau. Perpaduan blazer dengan celana pendek menjadi fokusnya, sesuai untuk dikenakan saat musim panas. Untuk menambah kesan ceria dan dinamis, ditambahkan aksen pita atau motif print yang eksentrik.
Ada pula desainer muda Sindiso Khumalo dari Cape Town, Afrika Selatan, dengan koleksi bertajuk ”Minty”, menghadirkan sejumlah setelan dengan warna lembut dan membumi, seperti biru navy, ungu muda, putih gading, hingga coklat tanah. Pemilihan warna ini sejalan dengan tema yang diambilnya dari nama kecil Harriet Tubman, sosok perempuan kulit hitam yang lahir di tengah perbudakan karena isu rasial.
“”Berbicara tentang gerakan Black Lives Matter, koleksi ini ingin bercerita tentang kehidupan kulit hitam melalui masa-masa opresi dan perlakuan yang tak manusiawi. Ini jadi semacam pesan perjuangan dan pengharapan. Pesan yang semestinya diketahui semua orang,” ujar Sindiso.
Ramah lingkungan
Di New York Fashion Week 2020, sejumlah desainer juga menyuguhkan rancangan berupa setelan penuh gaya nan kasual yang dikerjakan dengan teknik jahitan kelas tinggi. Tak kalah penting, mereka juga menawarkan penggunaan material ramah lingkungan dalam rancangan mereka.
Di antaranya desainer Haoran Li dan Siying Qu yang mengusung jenama Private Policy. Dalam koleksi musim semi 2021 bertajuk ”Searching for Aphrodite”, mereka banyak menampilkan pola-pola sederhana menggunakan material-material lembut.
Seperti blazer yang dipadukan dengan celana kargo dan gaun bertali spageti berbahan lembut melayang. Juga cardigan halus yang dipadankan dengan celana jogger berbahan kulit. Kesan seksi, percaya diri dan modern saling berkelindan.
”Inspirasinya lahir dari situasi yang mengharuskan satu sama lain saling berjauhan dan menghabiskan waktu karantina untuk melihat jauh ke dalam diri masing-masing,” tutur Li. Ide tentang cinta pada diri sendiri itu membuat rancangan mereka menjadi tak terlalu intens, terasa lebih memberi harapan dan rasa percaya diri.
Keduanya juga menekankan penggunaan material berupa cakram padat bekas untuk aksesori berupa harness. ”Kami ingin koleksi kami merepresentasikan kesembuhan, cinta pada diri sendiri, dan keluar dari tahun yang sangat berat dengan pendekatan yang lebih lembut,” kata Li.
Desainer kelahiran Kanada, Marina Moscone, terinspirasi dari situasi di tahun 1960 di mana kala itu mode untuk kaum perempuan didominasi gaun boxy shifts, kaus rajut, tunik yang dikenakan bersama celana cropped, dan jas berpotongan rapi.
Dari situ, Moscone, antara lain, melahirkan rancangan berupa t-shirt dress yang dipenuhi patchwork dengan panel-panel dari benang bekas, sisa-sisa material yang dia gunakan untuk koleksi resornya.
Dia juga membuat rok model jas sebatas paha dengan bagian kerah yang berwarna kontras, setelan jas dan celana panjang longgar, juga setelan jas panjang dengan aksen ikat pinggang besar dan celana pipa yang modern. ”Para perempuan New York yang cerdas sekaligus pragmatis butuh pakaian yang praktis dalam keseharian mereka,” ujarnya.
Fernando Garcia dan Laura Kim yang mengusung jenama Monse memilih material yang tersisa di studio mereka untuk koleksi musim semi mereka. Salah satunya material denim mentah dan twill warna khaki yang merupakan material laris dari rancangan-rancangan Monse.
Mereka lalu ”menyulapnya” menjadi jaket, celana panjang, dan rok asimetris yang menjadi spirit Monse. Ada yang berupa jaket panjang, juga jaket jins yang dipotong, lalu disatukan kembali dengan tambahan kancing dan ikat pinggang berukuran besar. Modern, sekaligus bergaya.
Karakter serupa juga ditampilkan, antara lain, oleh Mr. Saturday, oqLiq, dan Dirty Pineapple. Tak hanya menampilkan potongan-potongan klasik yang mengedepankan kerapian dan ketelatenan tingkat tinggi, mereka juga kreatif dalam mengolah bahan.