Pandemi Covid-19 tidak hanya memengaruhi penurunan permintaan properti di perkantoran, tetapi juga semakin menekan penjualan apartemen yang sudah menurun sejak 2015.
Oleh
Joice Tauris Santi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 tidak hanya memengaruhi penurunan permintaan properti di perkantoran, tetapi juga semakin menekan penjualan apartemen yang menurun sejak 2015. Pada kuartal ketiga 2020 ini, hanya sedikit apartemen yang laku terjual. Sebagian besar konsumen menunda pembelian apartemen, sementara harga sewa pun menurun.
Ferry Salanto, Senior Associate Director Research Colliers International, salah satu konsultan properti, mengatakan, total serapan apartemen hingga September 2020 hanya mencapai 1.382 unit. Sementara pada periode sama tahun lalu, total serapan apartemen masih mencapai 4.682 unit. Penyerapan pada kuartal ketiga 2020 khususnya hanya sebanyak 168 unit. Padahal, total pasokan apartemen saat ini mencapai 212.593 unit.
”Sebenarnya tren penurunan serapan apartemen ini tidak hanya karena Covid, tetapi sudah terjadi sejak 2015,” ujar Ferry di Jakarta, Rabu (7/10/2020).
Ferry memaparkan data lain, saat ini serapan proyek apartemen yang masih berada dalam tahap konstruksi menurun dari 66 persen menjadi 62,3 persen. Dia pun memperkirakan, serapan apartemen masih akan stagnan hingga tahun 2121.
Turun peringkat
Sementara itu, dalam perkembangan lain, penurunan penjualan menyebabkan perusahaan properti yang mengeluarkan surat utang atau obligasi mulai kesulitan membayar bunga obligasi tepat waktu.
Pemeringkat Fitch Ratings menurunkan peringkat obligasi jangka panjang pengembang perumahan PT Modernland Realty Tbk dari C (sangat rentan) menjadi gagal bayar terbatas (RD-restricted default). Penurunan itu menyusul berakhirnya masa tenggang 30 hari pembayaran kupon obligasi dari grup tersebut yang akan jatuh tempo pada 2021.
Dalam siaran pers Fitch Rating bertanggal 1 Oktober 2020, obligasi itu diterbitkan oleh anak usaha Modernland, JGC Ventures Pte Limited. Peringkat RD mengindikasikan ada pembayaran yang gagal, tetapi penerbit belum masuk ke ranah bangkrut.
Modernland sudah menyatakan bahwa likuiditas mereka sedang berada dalam tekanan dan obligasi senilai Rp 150 miliar itu sudah direstrukturisasi pada Juli 2020. Menurut Modernland, pandemi membuat pembayaran dari konsumen sulit dan pembatalan pesanan semakin meningkat.
Selain Modernland, Fitch juga menurunkan peringkat pengembang lain, yaitu PT Alam Sutera Realty Tbk, dari CCC menjadi C. Penurunan peringkat terjadi setelah Alam Sutera menawarkan penggantian atas surat utang jangka pendek yang akan jatuh tempo pada April 2021 dan April 2022 dengan surat utang baru yang akan jatuh tempo pada Maret 2024 dan September 2025.
Dalam rilis bertanggal 30 September 2020, para analis Fitch meragukan kemampuan Alam Sutera untuk mendapatkan sumber pendanaan baru karena situasi perusahaan sedang lemah terkait dengan penurunan penjualan properti pada masa pandemi ini. (JOE)