Jenama Purana Indonesia merespons perubahan dan tren dengan meluncurkan koleksi uniseks untuk pertama kalinya. Purana menggandeng seniman Agan Harahap untuk koleksi tersebut.
Oleh
Fransisca Romana Ninik
·3 menit baca
Dari waktu ke waktu, mode terus berubah seiring situasi dan kondisi zaman yang melingkupinya. Di masa yang penuh keterbatasan akibat pandemi, kreativitas para perancang busana justru menemukan kanalnya. Mereka merambah pola di luar kebiasaan agar bisa menunggangi gelombang perubahan tersebut.
Demikianlah napas koleksi mini yang diluncurkan jenama Purana dengan menggandeng seniman Agan Harahap pada 22 September 2020. Belasan tahun fokus pada busana wanita, Purana untuk pertama kalinya meluncurkan koleksi uniseks lewat koleksi yang diberi tajuk Purana x Agan Harahap Mini Collection 2020 tersebut.
Bagi Direktur Kreatif Purana Nonita Respati, koleksi uniseks ini menjadi jawabannya atas kebutuhan zaman saat ini. ”Label mode harus pandai menangkap apa yang dibutuhkan konsumen, bukannya mendikte apa yang harus dipakai karena daya beli konsumen di semua sektor menurun sehubungan dengan pandemi,” ujar Nonita, pekan lalu.
Itu juga alasan mengapa Purana menggandeng Agan dalam koleksi ini. ”Karya-karya Agan banyak diminati pria dan wanita. Karyanya juga relevan untuk rentang usia yang panjang, dari usia muda hingga usia matang mengerti karya-karya Agan,” katanya.
Karya Agan yang disematkan dalam koleksi Purana ini merupakan purwarupa karyanya berjudul ”New Life, New Hope” yang tengah dipamerkan dalam ArtJog hingga Oktober. Bentuknya berupa gambar digital tanduk hewan yang ditumbuhi tanaman merambat.
”Tema yang diminta ArtJog adalah new normal, tetapi saya melihat dengan perspektif lebih luas. New normal tidak sebatas tentang korona saja,” kata Agan dalam pernyataan untuk pers.
Lewat karya tersebut, Agan ingin menyampaikan metafora bahwa sesuatu yang mati bisa berfungsi bagi kehidupan lain. Tanduk yang mati menjadi ”rumah” bagi tanaman. Ini adalah respons atas berbagai gejolak dan perubahan yang terjadi secara cepat dan mendadak dalam kehidupan kita. Di ArtJog, karya itu dipajang bukan sebagai gambar digital, melainkan benar-benar tanduk yang dirambati tanaman.
Teknik ”patchwork”
Oleh Nonita, karya Agan yang berupa gambar digital diaplikasikan dalam kreasi busana rancangannya. ”Karya tersebut kami produksi dan cetak dalam format digital print supaya tampilan terlihat detail. Pengaplikasiannya kami siasati dengan teknik patchwork. Dengan cara ini biaya produksi bisa ditekan dan harga jual jauh lebih terjangkau,” paparnya.
Gambar tanduk dirambati tanaman menjadi aksen pada bagian-bagian tertentu busana, seperti di dada, di bawah saku celana, dan di punggung. Tampilannya langsung tertangkap mata, mirip oase di antara dominasi warna tunggal pada busana. Palet warna koleksi mini ini cenderung universal dan netral, yakni hitam, putih, dan denim.
Potongan longgar menjadi pilihan mengingat busana ini banyak dikenakan serta nyaman untuk pria dan wanita. Nonita memilih busana simpel, seperti bowling shirt, jogger cargo pants, sarung pants, oversized shirt, wrap dress, kimono outer, dan denim jacket. Oversized shirt untuk pria bisa juga dipakai sebagai shirtdress untuk wanita.
Misalnya oversized shirt atau shirtdress lengan panjang dengan warna dominan hitam dihiasi gambar tanduk dirambati tanaman berlatar putih pada bagian dada dan bawah dengan sisi berlainan. Tampilannya kasual dan tampak nyaman karena longgar.
Celana longgar hitam bertali di bagian pinggang dengan atasan putih dipadu luaran hitam juga menampilkan kesan senada. Setelan warna hitam diberi luaran puti, tak ketinggalkan menyuguhkan kesan yang dinamis.
Material dipilih dengan mengedepankan kenyamanan, seperti katun, rayon, dan denim. ”Kami menciptakan beragam tampilan yang nyaman dipakai di dalam dan di luar rumah, terutama untuk pemakaian sehari-hari,” ungkap Nonita.
Karena selama ini Purana fokus pada produksi busana perempuan, Nonita pun harus merombak ulang ukuran agar bisa memenuhi kebutuhan busana uniseks. Bisa dikenakan 24/7 alias pagi atau malam, hari kerja atau akhir pekan, juga menjadi keunggulan koleksi tersebut.
Tak berhenti pada busana, Nonita pun menjelajahi kemungkinan untuk mengaplikasikan desain motif tersebut pada masker kain. Dia membaca tren semasa pandemi saat orang mengenakan busana santai, setelan atasan dan bawahan, berikut dengan masker yang serasi. Tanduk dirambati tanaman itu pun menghiasi masker untuk dipadukan bersama koleksi busananya.