Bakso yang disebutkan berawal dari daratan Tiongkok pada abad ke-17 masehi ini semula diciptakan untuk seorang ibu oleh anaknya agar ibunya dapat memakan daging dalam tekstur yang lumat dan lunak.
Oleh
Riana A Ibrahim
·5 menit baca
Kompas
Bakso Warisan Ibu
Pandemi belum usai. Apalagi, saat ini sudah masuk musim hujan. Menjaga kenyamanan untuk tetap berada di rumah menjadi hal penting. Terkadang rasa nyaman dapat bersumber dari makanan. Ada satu makanan yang tak pernah tergantikan dan kerap dicari, terutama saat hujan. Semangkuk bakso.
Aroma kaldu langsung tercium ketika rebusan air yang mendidih dituang perlahan ke sebuah mangkuk yang berisi racikan bumbu. Satu per satu butiran bakso ikut bercampur, ditambah dengan paduan bihun dan mi kuning.
Pelengkap rajangan seledri dan bawang goreng tidak ketinggalan. Sentuhan akhir, sambal yang diaduk ke dalam kuah. Huaaah.. pedas, tetapi hangat.
Menyantap bakso umumnya terasa jauh lebih nikmat saat duduk di dalam warung bakso yang kadang hanya menggunakan kipas angin sebagai penyejuk ruangan. Stoples kerupuk di masing-masing meja menunggu diambil untuk mendampingi gurihnya bakso. Sensasi berpeluh karena hangat pedasnya bakso terasa kian memuaskan.
Kompas
Bakso Abang-abang
Namun, apa mau dikata, situasi pandemi mengharuskan untuk berada di rumah saja. Warung juga tidak diperkenankan untuk melayani makan di tempat. Bahkan, gerobak abang bakso yang biasanya kerap melintas di sore hari pun nyaris nihil sejak pembatasan sosial berskala besar diterapkan.
Pemesanan bakso lewat layanan pengantaran daring, media sosial, hingga marketplace pun kemudian menjamur untuk memudahkan para penggila bakso memperoleh kehangatan hanya dari dalam rumah. Salah satunya Bakso Abang-abang yang dijual lewat Instagram selama sekitar dua bulan ini.
”Sejak pandemi ini, kan, pabrik tutup. Awalnya, beli-beli yang dijual karyawan. Coba bakso punyanya Pak Irawan ini, kok pas. Saya pikir kenapa enggak. Kirim ke teman-teman juga pada cocok. Saya ajak kerja sama dan berlanjut,” ujar Rama Datau, pemilik Bakso Abang-abang, Rabu (23/9/2020), yang dibantu istrinya, Amanda, dalam memasarkan produk.
Saat ini, Bakso Abang-abang baru menawarkan satu paket bakso komplet yang berisi tujuh butir bakso, bihun, mi kuning, bumbu, serta pelengkap, seperti seledri, bawang goreng, kecap, saus, dan sambal. Untuk yang ingin memadukannya dengan stik pangsit agar semakin renyah, Bakso Abang-abang juga menyediakan sebungkus pangsit yang dijual terpisah.
Paket bakso ini dapat disimpan dalam suhu dingin jika tidak ingin segera dimakan dengan ketahanan mencapai 10 hari di dalam lemari pembeku (freezer). Cara penyajiannya pun cukup mudah hanya dengan menyediakan air untuk merebus bakso selama beberapa menit. Bumbu yang sudah disediakan dimasukkan ke mangkuk kemudian disiram dengan air rebusan bakso, diikuti bakso, mi, dan pelengkapnya.
Kompas
Bakso Abang-abang
Bakso bisa segera dinikmati selagi hangat dengan sensasi yang dirindukan saat berada di warung bakso. Cita rasa yang dihadirkan dari bakso ini ternyata mampu memuaskan banyak pelanggan. Dalam sehari, 150 paket bakso yang disiapkan selalu habis terjual. Rama dan Amanda pun menerapkan sistem pra-pemesanan sehari sebelumnya untuk menyesuaikan kemampuan pembuatan.
Irawan yang bertugas mengolah bakso bersama istrinya mengaku sistem pra-pemesanan ini cukup membantu. Tiap harinya ada 10 kilogram adonan yang diolah menjadi lebih dari 900 butir bakso untuk dibagi ke dalam paket bakso.
Pengolahan untuk daging ini memakan waktu 4 jam dengan takaran tepung secukupnya hanya untuk merekatkan daging agar bisa bulat sempurna. Untuk bumbu, olahan bumbu halus dan bumbu kering yang berasal dari campuran garam dan lada dapat lebih bertahan. ”Ini semua masih kami kerjakan sendiri,” ungkap Irawan.
Aman untuk anak
Bakso yang disebutkan berawal dari daratan Tiongkok pada abad ke-17 masehi ini semula diciptakan untuk seorang ibu oleh anaknya agar ibunya dapat memakan daging dalam tekstur yang lumat dan lunak. Kini, bakso juga menjadi favorit anak dan kerap dijadikan pilihan menu oleh para ibu.
Kompas
Bakso Warisan Ibu
Pemilik Bakso Warisan Ibu, Nathalia, menjajakan bakso yang aman untuk dikonsumsi anak karena tidak mengandung MSG. ”Saya itu dari kecil hobi makan bakso, tetapi sama ibu saya enggak boleh sering-sering karena kan takut pengawet, MSG. Begitu besar, saya bertekad untuk buat bakso sendiri yang juga bisa dikonsumsi anak-anak dan ibunya tidak perlu khawatir,” tutur Nathalia.
Bisnis bakso kemasan yang dijalaninya ini sudah dimulai sejak 2012 dengan sistem penjualan daring dari Semarang, Jawa Tengah. Tingginya minat dari luar kota mendorong dirinya mengembangkan sayap dan membuka cabang di Jakarta. Di daerah lain, dirinya memanfaatkan metode reseller bagi yang ingin membeli baksonya.
Baru pada 2013, Nathalia memberanikan diri membuka gerai di Semarang. Namun, karena pandemi, gerainya terpaksa tutup sementara. ”Tapi karena sejak awal memang dagangannya online, tidak ada masalah. Walau buka warung, penjualan online tetap yang paling laku,” ujarnya.
Meski dikirim dalam kondisi beku untuk menjamin keawetannya, bakso ini terasa lumer di mulut ketika sudah direbus selama 8 menit dalam air mendidih. Untuk menjaga kebersihan, keempukan, dan kelembutannya, Nathalia memilih menggiling sendiri dagingnya di rumah dan mengolahnya dengan rasio takaran 1 kg daging berbanding 100 gram tepung.
Kompas
Bakso Abang-abang
Kaldunya pun menggunakan sari tulang sapi yang direbus selama 6 jam sehingga diperoleh gurih alami. Dengan pertimbangan pengiriman hingga ke luar daerah, bumbu racikan berupa bawang merah, bawang putih, garam, dan lada yang dibuatnya pun sengaja digiling sendiri dan diolah sendiri menjadi bubuk.
Dalam satu paket bakso komplet miliknya, tersedia tiga butir bakso halus, satu bakso urat, dan satu tahu bakso. Ada juga paket bakso halus saja sebanyak 20 butir atau bakso urat saja 10 butir. Bahkan, atas permintaan pelanggan, Nathalia berinovasi membuat bakso isi keju dan bakso isi cabai yang dijual per 10 butir.
Hmmm.. bagaimana? Tak pernah ada kata tidak, kan, untuk kehangatan dari semangkuk bakso?