Tidak hanya karier sebagai atlet, e-sport juga menjadi pemicu ekosistem lapangan kerja baru lainnya yang juga menjanjikan. Rata-rata penghasilan atlet e-sport tingkat nasional bisa mencapai Rp 10 juta per bulan.
Oleh
SATRIO PANGARSO WISANGGENI
·3 menit baca
KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO
Turnamen PUBG Mobile dalam rangkaian kegiatan Idbyte E-Sports di Tangerang, Banten, Jumat (13/9/2019). Kegiatan ini merupakan bagian dari usaha untuk meningkatkan ekosistem e-sport di Indonesia.
JAKARTA, KOMPAS — Keberadaan e-sport tidak hanya membuka peluang karier bagi gamer untuk menjadi atlet, tetapi juga memicu berbagai jenis pekerjaan baru yang terkait. Guna memaksimalkan potensi ini, pengembangan industri e-sport di Indonesia dinilai dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah kejuaraan yang digelar.
”Kalau melihat e-sport, elemen yang tampak mungkin cuma tim dan atletnya yang bertanding. Tetapi, setelah membangun IESPL (Indonesia Esports Premier League) sejak 2018, saya melihat potensi lapangan kerjanya ternyata sangat besar,” kata Ketua Pelaksana Piala Menpora Esports 2020 Giring Ganesha dalam webinar, Rabu (23/8/2020).
TANGKAPAN LAYAR ZOOM
Ketua Pelaksana Piala Menpora Esports 2020 Giring Ganesha dalam sebuah webinar yang digelar pada Rabu (23/9/2020).
Giring mencontohkan, ekosistem e-sport membutuhkan shoutcaster yang mirip dengan posisi komentator dalam olahraga konvensional. Menurut dia, ini menjadi potensi lapangan kerja baru di tengah makin populernya e-sport di Indonesia.
Menurut data IESPL, pada 2019 Indonesia telah menempati urutan ke-12 di pasar gaming dunia dengan total pemain gim aktif mencapai 62,1 juta orang yang mayoritas adalah anak muda.
Pendapat senada disampaikan co-founder dan chief operating officer dari tim Alter Ego Esports, Indra Hadiyanto. Ia membenarkan bahwa dengan kian populernya e-sports, muncul kebutuhan baru akan suatu jenis pekerjaan.
Salah satu jenis pekerjaan yang akan semakin dibutuhkan adalah editor video. Hal ini karena minat masyarakat akan konten-konten gim e-sport juga makin meningkat di berbagai platform berbagi video, bersamaan dengan kian populernya e-sport.
”Video editor itu bisa Rp 500.000 per video. Kalau sehari mengedit satu video, sebulan berapa? Nah, jadi keahlian video editor juga dibutuhkan,” kata Indra.
TANGKAPAN LAYAR ZOOM
Co-Founder & COO Alter Ego Esports Indra Hadiyanto dalam sebuah webinar yang digelar pada Rabu (23/9/2020).
Di sisi lain, atlet e-sport memang salah satu karier yang menjanjikan saat ini. Ia mengungkapkan, rata-rata penghasilan bulanan yang diterima oleh atlet e-sports divisi I Mobile Legends: Bang Bang Professional League (MPL) adalah sebesar Rp 10 juta per bulan. Ini belum mencakup penghasilan lain, seperti dari streaming dan honor endorsement.
”Dari gaji dan hadiah turnamen bisa untuk tabungan masa depan,” tutur atlet e-sport dari tim Geek Fam, Tantyo Aditya Saputra.
TANGKAPAN LAYAR ZOOM
Atlet e-sports dari TIM Geek Fam, Tantyo ”Doyok” Aditya Saputra, dalam sebuah webinar yang digelar pada Rabu (23/9/2020).
Tambah jumlah kejuaraan
Indra mengatakan, hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan e-sport di Indonesia adalah peningkatkan jumlah kejuaraan dan turnamen, termasuk hadiah yang disiapkan untuk pemenangnya.
Hal ini diharapkan dapat mengangkat bibit-bibit atlet e-sport dan memperbesar industri olahraga digital ini. Melalui turnamen dan kejuaraan inilah tim-tim e-sport yang sudah berdiri menemukan atlet potensial dan bahkan para atlet ini dapat menciptakan tim sendiri.
”Mari kita perbaiki ekosistem ini bersama-sama,” kata Indra.
Video editor itu bisa Rp 500.000 per video. Kalau sehari mengedit satu video, sebulan berapa? Nah, jadi keahlian video editor juga dibutuhkan.
Staf Khusus Bidang Kreativitas dan Inovasi Kaum Milenial Kementerian Pemuda dan Olahraga Alia Noorayu Laksono memahami hal ini. Ia mengungkapkan, Kemenpora saat ini memiliki sikap untuk sangat mendukung adanya liga dan kejuaraan profesional untuk e-sport.
TANGKAPAN LAYAR ZOOM
Staf Khusus Bidang Kreativitas dan Inovasi Kaum Milenial Kemenpora RI Alia Noorayu Laksono dalam sebuah webinar yang digelar pada Rabu (23/9/2020).
Namun, Alia mengatakan, saat ini belum ada tujuan yang sudah dipatok ataupun arah yang diambil mengenai langkah yang harus dilakukan untuk mengembangkan cabang olahraga digital ini. Untuk itu, kolaborasi dan diskusi antara pemerintah, sektor swasta, dan atlet perlu semakin ditingkatkan.
”Jadi, memang harus banyak kegiatan bersama sehingga kita bisa tahu ke arah mana kita harus bergerak bersama untuk bisa mencapai tujuan yang sama, yaitu mengembangkan potensi anak muda dan prestasi negara,” kata Alia.
Dengan dasar ini, Kemenpora mengadakan Piala Menpora Esport 2020 yang sudah berjalan sejak pertengahan Agustus lalu. Diharapkan dengan fokus peserta berasal dari sekolah menengah atas dan perguruan tinggi, bibit atlet e-sports akan dapat muncul.
Menpora Zainudin Amali pada beberapa waktu lalu sempat menyampaikan bahwa ada rencana untuk menggelar e-sport sebagai salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan pada Pekan Olahraga Nasional. Terlebih lagi, cabang olahraga ini sudah pernah masuk di SEA Games, Asian Games, dan direncanakan muncul di Olimpiade Tokyo.