Melongok setiap pergelaran, konsumen mode mau tak mau bakal merenung untuk kemudian lebih menjatuhkan pilihan pada mode lambat serta mempertimbangkan merek lokal dengan preferensi pada mode yang beretika.
Oleh
Mawar Kusuma Wulan
·5 menit baca
Pergelaran mode dari Rusia bertajuk Global Talents Digital menyuguhkan wajah mode yang ramah lingkungan. Mayoritas desainer dari 34 negara yang berpartisipasi adalah mereka yang militan mendengungkan pentingnya mode berkelanjutan, konsumsi mode yang bertanggung jawab.
Mode lambat lantas mendominasi karya dalam video dari 103 desainer. Global Talents Digital dengan tema Sustainability (Keberlanjutan) diselenggarakan oleh Fashion Futurum Initiative dengan dukungan Russian Fashion Council serta Mercedes-Benz Fashion Week Russia. Perhelatan pada 4-6 September 2020 ini diklaim telah ditonton 7 juta kali.
Melongok setiap pergelaran, konsumen mode mau tak mau bakal merenung untuk kemudian lebih menjatuhkan pilihan pada mode lambat serta mempertimbangkan merek lokal dengan preferensi pada mode yang beretika. Mode yang mengutamakan kualitas dan daya tahan dipilih sebagai perlawanan terhadap mode cepat yang cenderung dibuat massal dan tidak ramah lingkungan.
Mode lambat antara lain diusung oleh sepuluh desainer tuan rumah yang berbasis di Moskow dari label seperti RigRaiser, Blanc, Seraya, dan RCP 4.5 yang tampil pada hari pertama Global Talents Digital. Dalam presentasi video, RigRaiser mempertontonkan bagaimana busana bekas menemukan kembali hidup barunya.
RigRaiser membuka video itu dengan data bahwa 100 miliar pakaian diproduksi di seluruh dunia setiap tahun dan 92 miliar ton berakhir sebagai sampah. RigRaiser bahkan menyebut industri mode sebagai: “a dirty business.” Tapi, mereka tidak lantas menyerah untuk meninggalkan dunia mode.
Seorang model kemudian tampil mengapung tengkurap di atas papan selancar di lautan. Si model cantik memungut potongan busana bekas yang terapung di sekelilingnya. Transformasi lalu dimulai. Pakaian bekas itu dibersihkan dengan proses pencucian serta penyemprotan disinfektan lalu dibentuk ulang oleh penjahit di bengkel RigRaiser.
Pakaian ini kemudian menemukan kehidupan kedua ketika dibawa ke studio seni pelukis Marusya Borisova-Sevastyanova. Borisova-Sevastyanova menggunakan setiap helai busana sebagai kanvas dan melahirkan sesuatu yang disebut "seni yang dapat dikenakan".
Ia memberi tujuan baru pada limbah busana dengan melukis langsung ke kain kemeja lama, tuxedo, jaket jeans, hingga jas hujan. “Bagiku, tidak ada perbedaan antara kanvas dan baju, aku meletakkan bahasa dan kreativitasku. Dialogku berlanjut pada setiap orang yang melihat busana ini,” ujar Borisova-Sevastyanova.
Sentuhan seni
Desainer RigRaiser Anna Lekontseva menyebut hanya menggunakan bahan baku kain yang dibeli dari toko pakaian bekas. “Kami tidak memproduksi sesuatu yang baru dan tidak mencemarkan planet. Kami mempromosikan tren dari hidup berkesadaran, konsumsi yang wajar, dan individualitas,” kata Lekontseva.
Sentuhan seni juga kental terasa pada presentasi video label Blanc. Para model memakai gaun indah karya Desainer Blanc, Nina Kotsurenko di lingkungan pergaulan yang akrab bagi perempuan muda Rusia seperti studio balet, aula konser, galeri seni, bengkel, dan perpustakaan.
Gaun yang ditampilkan tampak sederhana dalam balutan warna melulu hitam atau putih yang justru menonjolkan individualitas, feminitas, dan keindahan tubuh. Busana itu dipercantik dengan aplikasi pita atau lengan menggelembung. Bahan kain yang dipakai berasal dari serat natural dan bahan daur ulang.
Blanc adalah merek yang tidak lagi menggunakan bahan polietilena untuk kemasan. Pakaiannya dikirim dalam kantong kertas atau kain. Mereka juga memiliki pendekatan proses produksi tanpa limbah. Semua sisa kain lantas digunakan untuk membuat aksesori dan elemen dekoratif.
Tak melulu harus menggunakan bahan pakaian bekas, kecintaan pada planet dipupuk oleh Label Seraya dengan menyuguhkan busana dari rajutan wol dengan umur pakai yang tahan lama. Koleksi Seraya dirajut dengan tangan, dilukis dengan tangan, dan dilapisi dengan kapas organik. Label Seraya disebut-sebut sebagai lambang mode lambat yang kaya sentuhan tangan, klasik, dan yang terpenting adalah abadi atau tahan lama.
Dalam koleksinya, Desainer Ksenia Seraya menonjolkan palet warna cokelat, krem, dan hijau tua yang lembut dan hangat. Video presentasinya menampilkan model seorang ibu dan anak perempuan yang keduanya berambut merah ikal panjang. Mereka memakai gaun dan sweater longgar rajutan yang menyajikan rasa nyaman, akrab, dan dekat di hati.
Prinsip konsumsi
Tak hanya dari Rusia, desainer dari negara lain pun menunjukkan militansi mereka dalam produk mode ramah lingkungan. Label NCYZIP dari Ukraina berusaha mempromosikan perubahan model konsumsi mode modern. NCYZIP antara lain telah meninggalkan konsep koleksi musiman sehingga pelanggan tak harus membeli busana baru setiap kali musim berganti.
Perancangnya Natasha Fishenko and Masha Timoshenko mengajak konsumen untuk kreatif dalam padu padan pakaian. Dalam video mereka, NCYZIP yang menyebut diri sebagai “konstruktor pakaian” mempertontonkan bagaimana sebuah jaket bisa diubah tampilannya menjadi jumpsuit, gaun, mantel atau rompi. Satu-satunya batasan dalam bongkar pasang pakaian ini hanyalah imajinasi.
Dari Peru, Label Arto menyuguhkan koleksi pakaian jalanan dan pakaian olahraga dari bahan tekstil yang ditolak oleh produsen dan konsumen lokal. Setiap karya ini merupakan edisi terbatas yang dibuat melalui rekonstruksi dan daur ulang pakaian bekas. Untuk busana rajutan, Desainer Arto, Lady Ann Pachas Tito hanya menggunakan kapas organik Peru.
Label RCP 4.5 di Moskow juga merancang koleksinya agar dapat mewujudkan konsumsi yang berkesadaran tanpa mengorbankan gaya. Desainer RCP 4.5, Elizaveta Pichugina dan Inna Golubeva meyakini bahwa mode berkelanjutan tidaklah sama dengan gaya hidup asketis yang cenderung mengarah ke penampilan sederhana. Pendekatan konsumsi rasional seharusnya tidak mengorbankan gaya dalam berpenampilan.
Dalam koleksi yang cantik, RCP 4.5 menggabungkan siluet modern dengan kain ramah lingkungan, mencampurkan cetakan tangan dan mesin, dan menambahkan elemen lepas yang tak biasa. Tampilan yang dihasilkan antara lain berupa jubah kuning cerah, mantel krem, dan jaket kordurai dari bahan daur ulang.
“Kami menyarankan agar orang-orang mempertimbangkan kembali prinsip konsumsi, tidak lagi membeli fast fashion (setidaknya, untuk beberapa waktu), dan memperhatikan merek lokal dengan preferensi pada yang etis, "kata Alexander Shumsky, Presiden Russian Fashion Council dan Mercedes-Benz Fashion Week Russia seperti dikutip di laman resmi Global Talents Digital. Para desainer dari berbagai penjuru dunia ini melahirkan karya-karya yang peduli pada keberlangsungan bumi tanpa mengorbankan gaya dalam berpenampilan. Karya yang indah dan beretika dalam militansi mode lambat.