Film pendek merupakan media yang tepat untuk mengajarkan nilai luhur antikorupsi kepada generasi muda. Ini karena generasi saat ini punya karakter unik, seperti rentang atensi yang pendek.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Film pendek diyakini sebagai media yang tepat untuk memupuk pendidikan antikorupsi. Kreativitas dibutuhkan agar nilai-nilai luhur pada film dapat dicerna oleh penonton.
Untuk itu, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyelenggarakan Anti-Corruption Film Festival (ACFFest) 2020, yakni wadah bagi sineas untuk membuat film pendek dan berkompetisi. Tema ACFFest tahun ini ialah ”Kreasi di Tengah Pandemi”. Karya yang diseleksi harus menampilkan beberapa nilai, seperti kejujuran dan keadilan. Karya terpilih selanjutnya menjadi alat kampanye antikorupsi oleh KPK.
Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK Giri Suprapdiono mengatakan, festival film itu merupakan pendekatan KPK untuk melakukan pendidikan antikorupsi. Ia berharap agar film menjadi media untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan integritas.
”Ada sembilan nilai antikorupsi, yaitu kejujuran, kepedulian, kemandirian, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan. Silakan kembangkan nilai ini dengan bahasa yang sederhana,” kata Giri dalam sebuah seminar virtual, Jumat (9/11/2020).
Di sisi lain, pandemi Covid-19 ia nilai sebagai tantangan yang bisa mengasah kreativitas sineas. Kuncinya adalah dengan menemukan detail kecil di kehidupan sehari-hari, lalu mengembangkannya menjadi gagasan untuk film.
Menurut Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ahmad Mahendra, film pendek merupakan ekspresi audiovisual yang paling relevan dengan perkembangan zaman saat ini. Adanya media-media baru seperti Youtube dan platform over the top (OTT) mendukung munculnya film yang durasinya tidak lagi tradisional.
Mahendra menambahkan, film pendek pun sesuai untuk dikonsumsi generasi masa kini. Ia menilai, generasi sekarang punya rentang atensi yang pendek (short attention span), selalu mencari ide kreatif, dan berpikiran terbuka. Itu sebabnya film dinilai tepat untuk mengajarkan nilai-nilai luhur secara subtil.
”Film pendek merupakan bagian dari bahan ajar. Film pendek juga medium kampanye penguatan karakter bangsa,” ucapnya.
Distribusi film pendek
Pemerintah sedang merumuskan cara agar film pendek bisa terdistribusi lebih baik hingga ke daerah-daerah. Ini karena film pendek belum memiliki skema distribusi komersial yang mudah diakses publik. Selama 20 tahun terakhir, peredaran nonkomersial film pendek didorong oleh festival film dan komunitas di daerah.
Film pendek merupakan bagian dari bahan ajar. Film pendek juga medium kampanye penguatan karakter bangsa.
Kemendikbud berencana membuat pusat kebudayaan (cultural hub) yang akan mewadahi aktivitas kebudayaan di lingkungan warga. Pusat kebudayaan diproyeksikan sebagai jaringan bioskop mikro yang didistribusikan melalui media baru (seperti layanan OTT). Adapun pusat kebudayaan ini akan digerakkan oleh komunitas setempat.
”Komunitas penting dalam hal ini. Kemendikbud berharap bisa mengembangkan pusat kebudayaan ini,” kata Mahendra.
Di sisi lain, sutradara, penulis skenario, dan produser Gina S Noer menekankan pentingnya sineas muda untuk memperkaya referensi, baik melalui buku maupun film. Hal itu dapat mengasah pikiran, mempertajam naluri, sehingga sineas tahu gagasan yang ingin disampaikan dalam filmnya.
Gagasan itu bisa dikembangkan dengan beragam metode. Gina acap kali menggunakan metode premis, yakni membuat cerita berdasarkan kemauan karakter film secara tajam.
”Premis itu bentuknya kalimat. Menurut saya, merumuskannya menjadi kalimat itu sulit karena pikiran kita harus tajam. Ini penting karena premis merupakan fondasi film. Metode lain yang bisa digunakan adalah metode what if (bagaimana jika). Dengan metode itu, kita bisa membuat ide dan konteks baru,” tutur peraih dua Piala Citra 2019 itu.
Selain memperkaya ilmu, Gina menekankan pula pentingnya mengasah kemampuan berkolaborasi dengan banyak pihak. Ia menambahkan, etika kerja juga harus dijunjung tinggi oleh para sineas.