Kerinduan penggemar olahraga beregu akan aktivitas mereka seakan sulit terpuaskan selama pandemi Covid-19. Kurangnya anggota tim dan masih ditutupnya beberapa lapangan olahraga menjadi beberapa penyebabnya.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kerinduan penggemar olahraga beregu akan aktivitas mereka seakan sulit terpuaskan selama pandemi Covid-19. Sebab, demi mencegah penularan virus korona baru, olahraga yang disarankan ahli kesehatan adalah olahraga individu.
Senin (7/9/2020) siang, belasan remaja bermain futsal di salah satu lapangan Champions Futsal, Rawa Belong, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Mereka terbagi menjadi dua tim. Tim pertama berisi sekumpulan remaja dari Kelurahan Rawa Belong, sedangkan tim satunya adalah remaja-remaja dari salah satu panti asuhan di Jakarta Barat.
Salah satu pemain, Atup (17), yang juga siswa kelas XII SMK Kebon Jeruk, mengungkapkan, selama pandemi Covid-19, ia dan teman-temannya jarang bermain futsal. Mereka hanya bermain futsal jika mampu mengumpulkan personel untuk dua tim atau mendapatkan lawan main.
Seperti pada Senin ini, Atup dan kawan-kawan bermain karena mendapatkan tantangan dari tim lain. ”Kami main kalau ada lawan yang ngajakin. Soalnya kalau main sendiri, kurang anggota (timnya),” katanya saat ditemui di pinggir lapangan.
Ia harus mengumpulkan setidaknya 15 orang sebelum menyewa lapangan. Sepuluh orang nantinya akan masuk ke tim utama, sedangkan lima lainnya bertindak sebagai pemain pengganti.
Atup mengaku, di masa pandemi Covid-19 ini tidak mudah mengajak teman-temannya bermain futsal. Karena alasan itu, Atup dan teman-temannya hanya bermain futsal dua kali dalam sebulan terakhir. Sebelum pandemi Covid-19, mereka bermain rutin, setidaknya sekali setiap pekan.
”Dulu sering banget. Setiap pekan main. Sekarang susah. Ini saja sudah dua minggu enggak main. (Saya) enggak minat olahraga lain,” tambahnya.
Kami main kalau ada lawan yang ngajakin. Soalnya kalau main sendiri, kurang anggota.
Atup mengaku sempat mandek bermain futsal selama dua bulan berturut-turut, tepatnya di awal pandemi Covid-19. Saat itu, lapangan futsal di sekitar rumahnya juga masih banyak yang ditutup.
Meski hanya bisa bermain futsal dua kali sebulan, Atup mengaku puas. Setidaknya, ia tidak lagi mengurung diri di rumah tanpa berolahraga berbulan-bulan. ”Ya, lumayan nyari keringat. Kemarin bete banget di rumah mulu. Tujuh belasan (HUT RI) saja yang biasanya ada lomba futsal, kemarin enggak ada,” katanya.
Berdasarkan pantauan, para pemain cadangan kedua tim beristirahat di dekat tiang gawang. Mereka duduk berimpitan dan tidak memakai masker. Padahal, di luar lapangan disediakan bangku yang sudah diberi tanda jaga jarak.
Selain Champions Futsal, lapangan futsal lainnya yang sudah beroperasi adalah Pelangi Futsal yang berlokasi di Jalan Anggrek Garuda, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat. Padahal, di pintu masuk masih tertera pengumuman lapangan ditutup sementara.
Penjaga lapangan mengatakan lapangan sudah bisa digunakan. Hanya saja, para pemain wajib menjalankan protokol kesehatan, seperti memakai masker ketika di luar lapangan, menjaga jarak, dan menjaga kebersihan tangan.
Basket
Hal yang sama diungkapkan Restu Ivanka (17), siswa kelas XII SMK Negeri 19 yang gemar berolahraga basket. Selama pandemi Covid-19, ia hanya sempat tiga kali bermain basket. Restu mengaku hanya bermain basket jika diajak oleh teman-temannya.
”Pengin banget (basket) ya. Fasilitasnya ada, tapi temannya yang kadang enggak ada,” katanya.
Sebelum pandemi Covid-19, Restu rutin bermain basket empat kali dalam sepekan. Ia biasanya bermain basket di lapangan basket sekolah, GOR Cengkareng, atau lapangan basket kompleks rumahnya di Cengkareng, Jakarta Barat.
Karena tidak dapat bermain basket, Restu tetap berupaya menjaga kebugaran tubuhnya dengan berolahraga lari. Meski begitu, ia mengaku sensasi berlari tidak dapat menggantikan bermain basket.
”Beda pasti, sensasinya beda. Kalau basket lebih semangat karena sudah hobi. Lari biasanya kalau buat pemanasan saja,” ungkapnya.
Berdasarkan pantauan, sejumlah lapangan basket masih ditutup untuk umum, misalnya lapangan basket di Jalan Kemanggisan Ilir Raya, Kemanggisan, Palmerah. Lapangan basket yang berlokasi sekitar 100 meter dari GOR Handayani Kemanggisan ini dipasangi spanduk imbauan bertuliskan ”Maaf untuk sementara lapangan/taman ditutup demi mencegah penyebaran Covid-19”.
Beda pasti, sensasinya beda. Kalau basket lebih semangat karena sudah hobi. Lari biasanya kalau buat pemanasan saja.
Antarsekolah
Hal berbeda diungkapkan Aca (17), anggota ekstrakurikuler futsal SMK Negeri 19 Jakarta. Pandemi Covid-19 justru memberinya banyak waktu untuk bermain futsal bersama teman-temannya. Meski tak dapat berlatih di lapangan sekolah, Aca tetap bisa bermain di lapangan lain.
”Sepekan rata-rata 2-3 kali. Malah pernah sepekan main terus setiap hari. Tergantung ada lawan dari sekolah lain atau enggak,” ujar siswa kelas XII ini.
Padahal, sebelum pandemi Covid-19, Aca dan teman-temannya hanya bermain dua kali dalam sepekan. Pembelajaran jarak jauh membuatnya memiliki banyak waktu luang untuk bermain futsal.
”Kebanyakan di rumah jadi bingung mau ngapain. Mending futsal aja biar sehat. Sempat sebulan enggak futsal pas awal pandemi, kaku banget kaki,” katanya.
Dokter spesialis olahraga dari Slim + Health Sports Therapy, Michael Triangto, mengingatkan, olahraga di luar ruang dapat meningkatkan risiko penularan Covid-19. Terlebih jika olahraga yang dilakukan berisiko menyebabkan kontak fisik, seperti olahraga beregu.
”Misalnya, sentuhan atau benturan dengan teman satu tim atau lawan. Belum lagi jika kita menyeka keringat akan lebih berisiko,” ujarnya.
Michael mengimbau agar masyarakat menghindari jenis olahraga beregu. Memang, saat ini kompetisi sepak bola di Eropa sudah kembali dilangsungkan. Akan tetapi, bukan berarti masyarakat Indonesia bisa mengikutinya. Sebab, tidak seperti masyarakat di Indonesia, para pemain di Eropa mampu menjalankan protokol kesehatan secara disiplin.
Aturan mengenai olahraga beregu bagi warga di masa pandemi Covid-19 sampai saat ini masih terkesan abu-abu. Kompas mencoba menghubungi Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga DKI Jakarta Achmad Firdaus untuk mengonfirmasi aturan ini. Namun, hingga berita ini diturunkan, Senin (7/9/2020) sekitar pukul 18.00, Firdaus belum memberikan pernyataan.
Merujuk pada Surat Keputusan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga DKI Jakarta Nomor 91 Tahun 2020 tentang Protokol Pencegahan dan Pengendalian Penyebaran Covid-19 di Fasilitas Olahraga dan Kegiatan Olahraga Masyarakat pada Masa Transisi Menuju Masyarakat Sehat, Aman, dan Produktif, fasilitas untuk olahraga beregu belum diperbolehkan buka selama pembatasan sosial berskala besar transisi.
Ketentuan ketiga dalam surat keputusan tersebut menjelaskan, fasilitas olahraga yang aktivitas kegiatannya melakukan kontak fisik langsung, seperti sepak bola, futsal, basket, dan olahraga berpasangan, dilarang dibuka. Setidaknya hanya ada enam fasilitas yang sudah boleh dibuka, di antaranya lintasan lari, lapangan tenis luar ruang untuk individu, dan halaman gelanggang olahraga.