Pandemi Covid-19 memunculkan kebiasaan baru, yakni pemakaian masker dalam berbagai aktivitas. Selama enam bulan berhadapan dengan pandemi, kebiasaan ini semakin melekat di semua kalangan, tak terkecuali kaum urban.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·4 menit baca
Hidup bersanding dengan Covid-19 membuat orang-orang makin beradaptasi. Selama lebih enam bulan menghadapi pandemi, banyak kebiasaan berubah karena protokol kesehatan. Semua kalangan beradaptasi, tak terkecuali kaum urban di Jakarta.
Awal September 2020, kegiatan di pusat kota berubah signifikan dibandingkan saat kemunculan pandemi pada Maret silam. Kamis (3/9/2020), misalnya, sejumlah warga di pusat kuliner Jalan Haji Agus Salim, Menteng, Jakarta Pusat, tampak beraktivitas dengan masker sepanjang siang.
Hal serupa juga tampak di kompleks kafe daerah Kemang, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Orang-orang tampak mengunjungi kafe dengan masker pada malam hari. Meski begitu, ada pula sebagian orang yang cenderung melepas masker saat masuk kafe.
Dari sejumlah pengunjung, ada Michael Reily (29) yang tetap bermasker di dalam kafe. Dengan kurva pandemi yang belum landai di Jakarta, pegawai kementerian yang berkantor di sekitar Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, sadar betul dirinya harus sangat berhati-hati saat keluar rumah.
Saking siaga, Reily sampai membawa empat buah masker di dalam tas. Hal itu dia lakukan untuk mengantisipasi berbagai kondisi saat bepergian. ”Hari ini saya benar-benar seharian di luar rumah, jadi harus sedia cadangan di tas kalau sewaktu-waktu perlu ganti,” ujar pria yang tinggal di Jakarta Timur itu.
Reily punya preferensi untuk pakai masker medis 3ply. Alasannya, masker jenis itu tidak terlalu tebal, tetapi terdiri dari tiga lapis kain yang memberinya rasa aman. Masker di mulutnya pun tertutup rapat selama berada di kafe hingga sore.
Selain Reily, ada Dinda Afifah (27) yang juga menjaga maskernya tertutup rapat sebelum makan. Dinda yang singgah di Kedai Nasi Gandul, Menteng, siang itu membawa dua masker setiap hari untuk berjaga-jaga. Reily dan Dinda mungkin menggambarkan kewaspadaan sebagian warga kota di tengah pandemi hari ini. Saat kasus Covid-19 terus melonjak, mereka makin sadar untuk melindungi diri dari penularan saat di luar rumah.
Reddy (39), Azis (27), dan Kinjie (30) yang singgah di kafe daerah Kemang juga membawa masker lebih dari satu. Kinjie bahkan membawa tiga masker yang digunakan bergantian saat terlalu berkeringat.
Kinjie memilih masker kain berwarna dan motif tertentu sesuai dengan pakaian saat bepergian. ”Saya pilih-pilih dulu kalau mau beli. Pokoknya yang kira-kira cocok dengan pakaian hari ini, ada pertimbangan biar kelihatan matching,” jelas perempuan ini.
Makin sadar
Seiring kurva pandemi yang terus melonjak, banyak orang kian menyadari pentingnya fungsi masker sebagai alat pelindung diri. Kinjie, Reddy, dan Azis paham betul soal bagaimana virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, menyebar lewat droplet.
Kinjie dan kawan-kawan pun memahami risiko penularan virus lewat sirkulasi udara. Masker tetap mereka pakai saat bekerja di kantor. ”Bahkan, ada teguran buat pegawai yang melepas masker saat di kantor,” ucap Kinjie yang bekerja di perusahaan bidang ekspor-impor, kawasan perkantoran Sudirman, Jakarta Pusat.
Kebiasaan Kinjie dan beberapa orang lain juga seiring dengan survei Badan Pusat Statistik (BPS). Hasil Survei Sosial Demografi Dampak Covid-19 BPS menyebut 73,7 khawatir terhadap penularan Covid-19 saat di luar rumah. Karena semakin khawatir, sekitar 88,5 persen responden sering atau selalu menggunakan masker saat di luar rumah.
BPS juga mengukur indeks perilaku ketaatan terhadap protokol kesehatan. Secara umum, responden di atas usia 25 tahun memiliki pemamahan yang cukup terkait protokol kesehatan saat bepergian. Makin tua usia, makin tinggi pula indeks perilaku ketaatan.
Pemakluman
Meski cukup paham dalam menjalankan protokol kesehatan, sebagian orang punya pemakluman yang dapat berakibat penularan. Kinjie dan kawan-kawan, misalnya, memaklumi apabila kerabat dekat saling berdekatan dan melepas masker. Hal tersebut dilandasi kepercayaan dengan kerabat yang mungkin tidak menularkan virus.
Kinjie menilai, teman dekatnya tidak ada yang bepergian jauh dan ke zona merah penularan. ”Saya tahu riwayat bepergian teman-teman saya ini. Jadi, kalau melepas masker di dekat mereka, saya pikir aman-aman saja,” kata Kinjie.
Terkait itu, Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tri Yunis Miko menyampaikan perlunya sikap kewaspadaan saat beraktivitas di luar rumah. Melepas masker saat di kafe atau ruangan tertutup lain saat di luar rumah berisiko menularkan Covid-19.
Tri juga mengingatkan soal mutasi virus SARS-CoV-2 D614G yang lebih menular. Kalau saja ada satu orang yang sebenarnya positif tanpa gejala serta sirkulasi udara di suatu tempat buruk, penularan sangat mungkin terjadi. ”Saya tidak bosan ingatkan agar jangan melepas masker ketika situasi di sekitar punya risiko penularan. Selebihnya, pemakaian masker adalah tren yang baik untuk mencegah penularan virus,” ujar Tri.
Masker sampai saat ini adalah cara terbaik untuk mencegah penularan Covid-19. Pada akhirnya, semua orang mungkin harus lebih beradaptasi dengan budaya baru ini.