Pada 16 Juli 2020, BMW Group Indonesia tak hanya meluncurkan satu, tetapi sepasang monster berkedok sport activity vehicle terbaru, yakni BMW X3 M dan BMW X4 M. Butuh kesetimbangan tersendiri untuk menjinakkan mobil ini.
Oleh
Dahono Fitrianto
·5 menit baca
Pada 16 Juli 2020, BMW Group Indonesia tidak hanya meluncurkan satu, tetapi sepasang monster berkedok sport activity vehicle terbaru, yakni BMW X3 M dan BMW X4 M. Butuh kesetimbangan tersendiri untuk menjinakkan dua mobil bertenaga besar ini di jalanan biasa.
Tak berlebihan kiranya menyebut mereka monster, karena embel-embel huruf M di belakang nama mereka bukan sekadar tempelan belaka. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, BMW M sebagai divisi mobil-mobil berperforma tinggi BMW memproduksi versi M dari SAV (sport activity vehicle, sebutan BMW untuk SUV) berukuran kompak ini, X3 dan saudara kembar versi coupe-nya, X4.
Lebih signifikan lagi, yang dimasukkan ke Indonesia hanyalah varian paling bertenaga dari kedua mobil ini, yakni X3 M Competition dan X4 M Competition. ”Di Indonesia, pelanggan BMW selalu layak untuk mendapatkan yang terbaik dan karena itu BMW Indonesia hanya tawarkan model spesifikasi Competition di pasar ini. Ketika berbicara mengenai kekuatan mesin dan kemampuan serba bisa, MW X3 M dan BMW X4 M akan tetapkan sebuah standar baru di antara SAV/SAC performa tinggi,” tutur Ramesh Divyanathan, Presiden Direktur BMW Group Indonesia, saat peluncuran kedua mobil tersebut, Juli lalu.
Ramesh menambahkan, kedua mobil ini dibekali mesin bensin enam silinder tergaris dengan tenaga terkuat yang diproduksi BMW M. Berkode S58, mesin dengan turbo ganda ini pertama kali dipasang dalam mobil produksi massal, dan akan menjadi sumber tenaga bagi mobil-mobil BMW M berikutnya, termasuk M3 dan M4 terbaru.
Di atas kertas, mesin S58 pada varian Competition ini menyemburkan tenaga maksimum 510 HP dan torsi puncak 600 Nm pada putaran mesin 2.600-5.950 rpm. Tenaga disalurkan ke empat roda melalui sistem penyalur tenaga M xDrive dan transmisi otomatis M Steptronic 8 percepatan. Akselerasi 0-100 km per jam diklaim bisa dicapai hanya dalam waktu 4,1 detik dan mobil bisa berlari hingga kecepatan maksimum 250 km per jam (Kompas.ID, 22/07/2020).
Kompas mendapat kesempatan menjajal BMW X4 M Competition pada pekan pertama Agustus 2020. Tak butuh waktu lama untuk menyadari segala klaim tenaga mesin SAC (sport activity coupe) yang diproduksi di pabrik BMW X di Spartanburg, Amerika Serikat, ini, bukanlah sekadar torehan spesifikasi di lembar brosur produk.
Di suatu malam yang telah lengang di tengah era pandemi ini, Kompas sengaja mengaktifkan indikator tenaga dan torsi yang ditayangkan di layar monitor utama mobil. Kemudian tombol pilihan setelan suspensi, mesin, dan stir yang terletak di samping tongkat persneling semua digeser ke mode Sport Plus.
Kemudian gas pun diinjak dalam-dalam di salah satu ruas tol yang malam itu bagaikan ditinggalkan segala pengguna jalan. Sontak mobil melejit dan jarum penunjuk torsi berputar pesat ke arah angka 600 Nm, sementara jarum penunjuk tenaga mobil juga bergerak menuju angka 500 HP. Jarum speedometer pun mengikuti bergerak pesat, sampai batas tertentu sekadar cukup untuk membuat tersadar klaim kecepatan maksimum mobil pun akan dengan mudah dicapai dengan limpahan tenaga seperti ini.
Harus diakui, tenaga monster yang tersimpan di mobil ini terasa begitu buas pada mode Sport Plus ini. Itu semua bahkan pada mode transmisi full otomatis dan sistem kontrol stabilitas elektronik masih aktif sepenuhnya. Mobil ini masih menyimpan mode penyaluran tenaga yang lebih liar lagi untuk penggunaan di sirkuit balap, yang tak mungkin Kompas coba di jalanan umum.
Seperti disebutkan di awal tulisan, perlu ada kesetimbangan antara kehendak melecut tenaga murni dari X4 M Competition ini dengan pertimbangan keselamatan diri dan orang lain, dan kepatuhan pada peraturan lalu lintas. Dalam pengujian malam itu, kesetimbangan ini didapatkan saat setelan mesin, suspensi, dan stir, diturunkan ke mode Sport.
Di mode ini, tenaga mobil masih tersalurkan dengan bergairah dan kita bisa secara nikmat merasakan keandalan suspensi dan ketajaman pengendalian stirnya. Bagaimana mobil bisa diajak berakselerasi di tikungan dengan mantap, tanpa gejala limbung berlebihan, dan tanpa ketakutan terjadi understeer atau oversteer.
Kombinasi pilihan
Namun bahkan mode Sport ini pun bisa terasa berlebihan saat merayapi jalanan Jakarta dan sekitarnya di waktu siang hari. Dalam perjalanan ke kawasan perumahan Kota Deltamas di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, terbukti bagaimana tarikan mobil masih bisa mengempaskan tubuh ke sandaran kursi bahkan di mode Comfort/Efficient atau mode paling rendah.
Yang menarik, tidak ada pilihan mode berkendara yang sudah diset sebelumnya (preset) pada X4 M Competition ini. Semua terserah kita untuk memilih mode yang tepat pada pilihan setting mesin, suspensi, atau setir. Jadi kita bisa menerapkan kombinasi mode, misalnya tenaga pada mode Sport, suspensi pada Sport Plus, dan setir pada mode Comfort yang ringan.
BMW kemudian menyediakan dua tuas memori, M1 dan M2, di balik roda kemudi, untuk menyimpan kombinasi mode berkendara yang paling kita kehendaki. Sewaktu-waktu mode itu akan kita pilih, tinggal kita ungkit salah satu tuas berwarna merah menyala itu untuk mengaktifkannya.
Meski berorientasi pada performa tenaga dan presisi pengendalian, BMW X4 M Competition ini tetap tak melupakan ”kodrat”-nya sebagai mobil premium. Interiornya bertaburan berbagai perlengkapan dan fitur premium.
Mulai dari kursi yang berbalut perpaduan kulit Merino dan Alcantara. Khusus di depan, kursi ini berbentuk bucket seat yang dilengkapi lumbar support, sehingga mencengkeram tubuh dengan erat dan nyaman saat mobil harus bermanuver cukup ekstrem.
Di sisi kenyamanan, mobil sudah dilengkapi sistem penyejuk udara tiga zona dan atap kaca panorama. Sementara sistem hiburan dengan layar berukuran 10,25 inci sudah dilengkapi konektivitas Apple CarPlay nirkabel.
Dalam pengujian selama tiga hari di jalan raya sekitar Jakarta, tercatat konsumsi bahan bakar rata-rata 7 kilometer per liter menggunakan bensin oktan 98. Bukan konsumsi yang bisa dibilang hemat. Namun, mobil seharga Rp 2,229 miliar (off the road) ini memang dirancang untuk memaksimalkan kucuran adrenalin penggunanya, bukan untuk berhemat-hemat di jalanan.
Walau harus selalu diingat pepatah lama, semakin besar kemampuan yang Anda miliki, semakin besar pula tanggung jawab yang menyertainya. Jadi, selalu mengemudi dengan aman dan selamat!