Kesadaran publik untuk menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh selama pandemi belum surut. Sesi olahraga dengan bantuan aplikasi dan platform digital masih digandrungi.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagian orang merasa perlu berolahraga karena terlalu lama rebahan di rumah. Lemak menumpuk dan badan terasa tidak segar. Sebagian lainnya berolahraga karena sadar pentingnya menjaga kesehatan tubuh, terutama selama pandemi.
Untuk menghindari risiko penularan Covid-19, mereka memilih berolahraga mandiri di rumah. Mereka mengandalkan aplikasi kesehatan dan kebugaran di ponsel pintar. Ada juga yang berolahraga sesuai referensi dari media digital, seperti Youtube. Olahraga di rumah—yang sempat tren beberapa bulan lalu—rupanya masih digandrungi.
Mahasiswa pascasarjana, Natalia Suwarno (23), mengalami masalah kesehatan ringan. Tubuhnya tidak bugar karena jarang berolahraga. Ia pun mengadopsi gaya hidup sehat dengan mengurangi asupan kalori harian sejak empat bulan lalu. Hal itu dilakukan dengan bantuan aplikasi di ponsel.
”Aplikasi yang saya unduh namanya Lose It!. Ada daftar makanan beserta jumlah kalori yang cukup lengkap di sana. Saya bisa memantau asupan kalori harian dan menguranginya. Saya jadi terbantu,” kata Natalia saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (2/9/2020).
Upaya mengurangi asupan kalori dilanjutkan dengan berolahraga kardio. Natalia berselancar di Youtube dan mencari jenis olahraga yang sesuai dengan dirinya. Pilihan dia jatuh ke kanal SKWAD Fitness yang telah mengunggah 660 video tutorial olahraga di Youtube.
Hal yang sama dilakukan Nanda (25), karyawan swasta di Jakarta. Ia mengunduh aplikasi pencatat asupan kalori untuk mengontrol makanan yang ia konsumsi.
Selama pandemi, saya mengalami breakout. Banyak jerawat muncul di wajah. Jadi, saya sempat berpuasa dan mengontrol asupan kalori dengan hanya makan sayur.
”Selama pandemi, saya mengalami breakout. Banyak jerawat muncul di wajah. Jadi, saya sempat berpuasa dan mengontrol asupan kalori (dengan aplikasi) dengan hanya makan sayur. Namun, saya tetap berjerawat sehingga saya kembali memakan apa saja. Saya kemudian mengubah pola makan dengan intermitten fasting (diet puasa). Saya hanya makan di pukul 11.00 hingga 19.00,” kata Nanda.
Selain mengatur pola makan, ia juga berolahraga melalui kelas daring yang disediakan temannya. Kebiasaan ini berlanjut dengan mengikuti pelatihan yang tersedia di Instagram. Gaya hidup sehat ini diakui Nanda menyenangkan dan menyehatkan. Ia berencana melanjutkan gaya hidup ini di masa depan.
Kesadaran untuk hidup sehat juga dimiliki oleh mahasiswa, Syalma Namira (20). Ia mulai berolahraga setelah diajak teman. Sesi olahraga bersama teman-teman dilakukan melalui konferensi video dan panggilan video Whatsapp. Selanjutnya, Syalma mengandalkan Youtube dan mencari jenis-jenis olahraga lain yang bisa dilakukan sendiri di rumah, salah satunya yoga.
Walau mulanya sempat kepayahan, stamina Syalma perlahan meningkat. Satu sesi olahraga yang semula hanya 20 menit perlahan bertambah menjadi 40 menit.
”Setau saya berolahraga melepaskan hormon yang membuat bahagia (endorfin). Maka dari itu, saya coba olahraga. Saya merasa lebih sehat setelah berolahraga. Menggarap pekerjaan dan laporan kuliah pun jadi terasa menyenangkan,” ucap Syalma.
Tren meningkat
Menurut data dari Adjust, yakni platform pemasaran aplikasi, kegiatan kesehatan dan kebugaran publik meningkat pada 2020 akibat penutupan (lockdown) selama pandemi. Ini tampak dari tingginya instalasi aplikasi serupa di dunia. Instalasi harian meningkat secara bertahap pada Maret 2020 hingga 67 persen.
Jumlah instalasi aplikasi kesehatan dan kebugaran pun naik 7 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019. Adapun jumlah sesi olahraga meningkat 61 persen tahun ini. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi kesehatan dan kebugaran semakin banyak digunakan tahun ini. Pengguna aplikasi pun semakin banyak yang berolahraga.
”Data ini mengarah pada tren jangka panjang, yaitu ketika masyarakat lebih memilih berolahraga di rumah daripada pergi ke pusat kebugaran (khususnya selama pandemi),” kata Co-founder Adjust Paul H Müller melalui keterangan tertulis.
Saat dihubungi terpisah, pelatih crossfit di Crossfit 6621, Taufan Tjandra, mengatakan, semua orang bisa berolahraga di rumah. Publik bisa menggunakan barang-barang yang ada di rumah untuk berolahraga. Misalnya, menggunakan galon air untuk angkat beban.
Data ini mengarah pada tren jangka panjang, yaitu ketika masyarakat lebih memilih berolahraga di rumah daripada pergi ke pusat kebugaran.
”Ada gerakan yang namanya deadlift, yaitu mengangkat beban dari lantai hingga setinggi pinggang. Ini gerakan yang umum kita lakukan sehari-hari. Jika tidak ada beban seperti di pusat kebugaran, kalian bisa gunakan galon atau tas ransel yang diisi barang-barang hingga berat,” kata Taufan.
Menurut dia, setiap orang bisa mengombinasikan gerakan weightlifting (angkat beban) kardio dan gimnastik dalam sekali sesi olahraga di rumah. Semua gerakan ini bisa dilakukan tanpa alat, seperti melakukan jumping jack untuk kardio.
Menurut anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), orang berusia di atas 18 tahun harus beraktivitas fisik 75-150 menit selama seminggu. Ini setara dengan 10-21 menit aktivitas fisik per hari.
WHO memberikan tips agar tetap sehat dan aktif di rumah selama pandemi. Beberapa di antaranya adalah menari dengan iringan musik, naik dan turun tangga di rumah, melakukan peregangan, dan mengikuti kelas daring.