Peluncuran kembali iPhone SE pada tahun 2020 oleh Apple terbukti telah meredam dampak buruk pandemi Covid-19 di tengah penurunan yang dialami para kompetitornya.
Oleh
SATRIO PANGARSO WISANGGENI
·3 menit baca
Peluncuran kembali iPhone SE pada tahun 2020 oleh Apple terbukti telah meredam dampak buruk pandemi Covid-19 terhadap kinerja penjualan raksasa teknologi asal Amerika Serikat tersebut di tengah penurunan yang dialami para kompetitornya.
Berdasarkan hasil riset perusahaan konsultan Gartner yang dipublikasikan pada Selasa (25/8/2020), penjualan ponsel pintar global terus menurun akibat pandemi Covid-19.
Pertumbuhan penjualan kuartal II-2020 tetap di kisaran angka minus 20,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019. Hal ini menunjukkan, selama dua kuartal berturut-turut, pasar ponsel pintar masih kurang bergairah. Pada kuartal I-2020, penjualan ponsel pintar minus 20,2 persen year-on-year.
Di antara lima besar pemain ponsel pintar dunia—Samsung, Huawei, Apple, Xiaomi, dan OPPO—perusahaan asal Korea Selatan tersebut yang mengalami penurunan terbesar dengan persentase minus 27,1 persen. Pada kuartal II-2019, Samsung menjual sekitar 75 juta unit, sedangkan pada periode yang sama di 2020, jumlah ponsel yang terjual 54,7 juta unit.
Penurunan terbesar selanjutnya dialami trio brand asal China, yakni Xiaomi (minus 21,5 persen), OPPO (minus 15,9 persen), dan Huawei (minus 6,8 persen).
Apple di sisi lain mengalami penurunan yang marginal dibandingkan dengan kompetitornya, yakni minus 0,4 persen di kuartal II-2020. Research Vice President Gartner Annette Zimmermann mengatakan, ada dua hal yang dapat menjaga penjualan Apple tidak mengalami penurunan drastis. Pertama, aktivitas ekonomi di China yang mulai pulih. Kedua, kehadiran iPhone SE.
”Reintroduksi iPhone SE (generasi kedua) mendorong konsumen yang menggunakan ponsel lebih lawas untuk meng-upgrade ponselnya,” kata Zimmermann.
Segmentasi iPhone SE memang cukup unik di jajaran ponsel milik Apple. Apple iPhone SE generasi pertama diluncurkan pada 2016; mengambil bentuk dan ukuran dari iPhone 5S, tetapi dengan jeroan iPhone 6S. Format ini kemudian juga diaplikasikan kembali untuk iPhone SE generasi kedua yang diluncurkan pada April 2020. Bodinya berasal dari iPhone 8, tetapi berisi komponen kelas atas; milik iPhone 11.
Harga peluncuran iPhone SE di AS sebesar 399 dollar AS (Rp 5,8 juta) jauh lebih menarik bagi sebagian kalangan dibandingkan dengan harga iPhone 11 yang hampir dua kalinya, 699 dollar AS atau sekitar Rp 10,2 juta.
Pendapat senada disampaikan Jeff Fieldhack, direktur divisi Amerika Utara perusahaan riset pasar Counterpoint.
Dalam temuan pihaknya, pembeli iPhone SE adalah kelompok konsumen yang lebih pragmatis terhadap harga dan tidak memedulikan ukuran layar yang lebih kecil dibandingkan dengan iPhone 11 maupun 11 Pro. Ia menemukan bahwa 30 persen pembeli iPhone SE berasal dari pengguna iPhone yang lama, yang belum berganti dari iPhone 6S ataupun yang lebih lawas.
Bahkan, Fieldhack menemukan bahwa iPhone SE berhasil mendorong sejumlah pengguna Android untuk berpindah ke ekosistem iOS. ”Lebih dari 26 persen pembeli iPhone SE berasal dari pengguna Android. Ini angka yang lebih besar daripada angka switch Android-iOS biasanya,” kata Fieldhack.
Sebuah penelitian pada 2018 oleh Consumer Intelligence Research Partners (CIRP) menyebutkan angka loyalitas pengguna Android adalah 91 persen dan 86 persen untuk iOS, seperti yang dilaporkan oleh Techcrunch.
Perusahaan riset pasar ternama lainnya, IDC, bahkan dalam laporan kuartal II-2020-nya menyebut Apple sebagai satu-satunya produsen ponsel pintar yang mengalami pertumbuhan dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019, dengan nilai sebesar 11,2 persen. Canalys juga menyematkan predikat yang sama kepada Apple, dengan pertumbuhan mencapai 25 persen dibandingkan dengan 2019.
IDC dan Canalys juga memperkirakan penjualan Samsung drop, mencapai minus 28,9 persen dan minus 30 persen. Timing peluncuran ponsel premiumnya, Galaxy S20 dan Galaxy Z Flip, ketika di puncak pandemi membuat Samsung gagal mengapitalisasi dua ponsel andalannya tersebut.
”Kedua ponsel itu sayangnya diluncurkan di puncak pandemi. Meskipun ada beberapa program promosi, jelas menghadapi tantangan pada penjualannya,” kata Ryan Reith, Vice President Worldwide Mobile Device Trackers IDC.