Presiden Trump Dukung Langkah Oracle Membeli Tiktok
Dua perusahaan pengembang perangkat lunak terbesar di dunia, Microsoft dan Oracle, tertarik membeli Tiktok. Apa yang menjadikan media sosial para remaja tersebut diburu para raksasa teknologi ini?
Oleh
SATRIO PANGARSO WISANGGENI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan dukungannya terhadap rencana Oracle, perusahaan software terbesar kedua di dunia setelah Microsoft, untuk membeli operasional Tiktok di AS. Daftar peminang platform berbagi video asal China ini pun bertambah panjang. Apa yang menjadi daya tarik Tiktok bagi para perusahaan raksasa ini?
”Oracle adalah perusahaan yang bagus dan pemiliknya adalah orang yang hebat. Saya rasa Oracle adalah perusahaan yang cocok (membeli Tiktok),” kata Trump di sela-sela kampanyenya di Yuma, Arizona, Rabu (19/8/2020) pagi waktu Indonesia.
Sebelumnya, surat kabar Financial Times melaporkan bahwa Oracle telah bernegosiasi dengan perusahaan pengembang Tiktok, Bytedance.
Dukungan yang diterima Oracle terhadap Trump memang merupakan hal yang tidak biasa. Mengingat, ketika Microsoft pertama kali mengajukan proposal untuk membeli Tiktok, Trump sempat menentang rencana itu meskipun akhirnya mempersilakan perusahaan pencipta Windows tersebut untuk bernegosiasi dengan Bytedance.
Langkah Trump ini tidak lepas dari kedekatan personal dan politiknya dengan salah satu pendiri Oracle, Larry Ellison. Ellison adalah salah satu dari sedikit pentolan teknologi AS yang mendukung Trump. Bahkan, pada akhir Februari 2020, Ellison, yang merupakan orang terkaya kedelapan dunia (73 miliar dollar AS), menggelar malam penggalangan dana untuk Trump di rumah pribadinya di California.
Oracle memiliki daya dan dana yang mencukupi untuk mengakuisisi Tiktok. Oracle adalah perusahaan perangkat lunak terbesar kedua di dunia meski nilainya jauh di bawah Microsoft. Valuasi kapitalisasi pasar Oracle adalah 169 miliar dollar AS, jauh lebih besar dibandingkan dengan perusahaan media sosial Twitter, 30 miliar dollar AS, yang sebelumnya juga dikabarkan tertarik mengakuisisi Tiktok.
Namun, Oracle juga lebih kecil daripada Microsoft. Tahun lalu, Oracle tercatat memiliki dana sebesar 37 miliar dollar AS, sedangkan Microsoft memiliki hampir 100 miliar dollar AS lebih banyak.
Inilah mungkin mengapa Oracle juga dikabarkan telah menjalin kerja sama untuk menghimpun dana dari sejumlah firma pemodal ventura yang sudah memiliki saham Bytedance, seperti Sequoia Capital dan General Atlantic.
Beberapa waktu yang lalu, baik Sequoia maupun General Atlantic juga dikabarkan berniat membeli Tiktok. Dalam proposal mereka, Tiktok disebut memiliki valuasi pasar sebesar 50 miliar dollar AS (Rp 734 triliun).
Negosiasi dan penyelesaian transaksi harus segera dilaksanakan oleh siapa pun yang berniat mengakuisisi Tiktok. Sebab, Trump pada Jumat (14/8) pekan lalu telah menandatangani perintah yang memberikan tenggat waktu 90 hari bagi semua perusahaan AS untuk menyelesaikan transaksi sebelum Tiktok dilarang.
Langkah Oracle ini memang cukup di luar dugaan. Sebab, Oracle lebih dikenal sebagai penyedia perangkat lunak dan jasa di segmen enterprise, seperti Oracle Database Management System. Sejak akuisisinya terhadap Sun Microsystems pada 2010, Oracle juga memiliki kekayaan intelektual terhadap bahasa pemrograman Java. Java kini adalah salah satu bahasa pemrograman yang paling populer.
Di sisi lain, Tiktok adalah media sosial para remaja. Menurut Hootsuite, hampir 70 persen penggunanya adalah remaja dan anak muda berusia 13–24 tahun.
”Oracle pada prinsipnya tidak memiliki pengalaman di segmen konsumer dan bisnis aplikasi media sosial. Selain itu, secara korporat, bisnis model iklan yang dimiliki Tiktok tidak cocok dengan pemasaran Oracle yang fokus pada enterprise,” kata Tae Kim, kolumnis teknologi pada publikasinya di Bloomberg.
Menurut Tae, Microsoft lebih masuk akal untuk membeli Tiktok. Akusisi terhadap Tiktok akan melengkapi mesin pencari Bing untuk bersaing dalam bisnis iklan daring melawan Google dan Facebook.
Oracle pada prinsipnya tidak memiliki pengalaman di segmen konsumer dan bisnis aplikasi media sosial. Selain itu, secara korporat, bisnis model iklan yang dimiliki Tiktok tidak cocok dengan pemasaran Oracle yang fokus pada enterprise.
Di sisi lain, kolumnis Forbes, Bobby Owsinski, menilai, pembelian Tiktok, bahkan bagi Microsoft, bukan investasi yang baik. Menurut dia, Microsoft tidak memiliki keahlian di media sosial di tengah persaingan yang akan semakin ketat di segmen yang saat ini dipegang oleh Tiktok.
Facebook, melalui Instagram, telah meluncurkan fitur Reels yang mirip dengan Tiktok. Di sisi lain, media sosial lain, bernama Triller, juga memiliki karakteristik yang mirip. Menurut Owsinski, Tiktok telah mencapai puncaknya dan tidak akan tumbuh drastis.
”Memang benar Tiktok sudah diunduh 2 miliar kali. Tetapi, kompetisi juga akan meningkat. Ini mungkin yang akan menjadi penyebab bahwa Tiktok mungkin sudah mencapai puncaknya sekarang,” kata Owsinski.
Kini tinggal menunggu waktu saja. Microsoft bahkan dikabarkan berkeinginan untuk membeli Tiktok secara global. Apa yang akan terjadi?