Apple Versus Industri Gim
Dugaan perilaku antikompetisi dan kecenderungan monopoli Apple kembali diuji. Apple menendang gim Fortnite dan melarang platform cloud gaming dari App Store.

CEO Apple Tim Cook
Akhir pekan lalu, Apple memutuskan untuk menendang Fortnite, sebuah gim battle royale yang populer buatan pengembang gim Epic, dari platform perdagangan aplikasinya, App Store.
Apple beralasan bahwa gim daring dengan jumlah pemain lebih dari 300 juta orang tersebut telah melanggar aturan dengan cara memungkinkan pengguna untuk membeli barang dari dalam gim tanpa harus melewati mekanisme milik App Store.
Seperti yang diketahui, Apple mengambil 30 persen dari setiap penjualan barang yang dijual oleh aplikasi dari App Store. Misalnya, Anda ingin membeli sebuah item tertentu dari sebuah gim, Apple akan mengambil 30 persen dari harga yang Anda bayarkan tersebut.
”Epic mengaktifkan sebuah fitur dalam aplikasinya yang tidak diperiksa dan disetujui oleh Apple. Dan, mereka mengembangkan dengan tujuan melanggar aturan yang mengikat kepada seluruh pengembang yang menjual jasa ataupun barang digital (di App Store),” tulis pernyataan resmi Apple pada Jumat (14/8/2020).
Gugatan pun dilayangkan Epic terhadap Apple ke pengadilan federal California Utara di hari yang sama. Epic menganggap ini sebagai bentuk penyalahgunaan dominasi Apple. Epic menganggap Apple memonopoli 100 persen metode pembayaran barang digital di sistem operasi iOS.
Gugatan tersebut menyebutkan menuduh bahwa aturan yang diciptakan oleh Apple mencegah pengembang untuk membuat alternatif pembayaran selain melalui In-App Purchase milik Apple.
”Secara prinsip, kami berjuang untuk kebebasan pengguna smartphone untuk memasang aplikasi dari mana pun, kebebasan pengembang aplikasi untuk mendistribusikan aplikasi melalui cara apa pun, dan kebebasan baik bagi konsumen maupun pengembang untuk melakukan transaksi secara langsung,” kata CEO Epic Games Tim Sweeney.
Epic bahkan kemudian meluncurkan kampanye bertajuk ”#FreeFortnite”. Salah satu cara yang digunakan adalah pembuatan video yang memarodikan iklan milik Apple yang disiarkan televisi nasional AS pada tahun 1984. Iklan milik Apple tersebut menggunakan alusi terhadap novel fiksi antiotoritarian berjudul 1984 karya George Orwell.
Secara prinsip, kami berjuang untuk kebebasan pengguna smartphone untuk memasang aplikasi dari mana pun, kebebasan pengembang aplikasi untuk mendistribusikan aplikasi melalui cara apa pun, dan kebebasan baik bagi konsumen maupun pengembang untuk melakukan transaksi secara langsung. (Tim Sweeney)
Dalam iklan tersebut, seorang pahlawan perempuan tampak menghancurkan sebuah layar propaganda yang disiarkan kepada masyarakat. Apple mengklaim kehadiran komputer Macintosh tahun 1984 akan membuat dunia berbeda dengan bayangan yang digambarkan Orwell melalui novelnya.
Di sisi lain, iklan Fortnite milik Epic menggambarkan figur berbentuk buah apel sebagai pemimpin otoriter. Karakter Brite Bomber dari Fortnite kemudian yang menghancurkan layar siaran propaganda tersebut seperti pada iklan milik Apple yang diparodikannya.
”Epic Games telah menentang monopoli App Store. Sebagai balasannya, Apple melarang peredaran Fortnite kepada lebih dari 1 miliar gawai. Bergabunglah dalam perjuangan mencegah tahun 2020 berubah menjadi seperti 1984,” ungkap video tersebut.
Sebetulnya, Google juga menendang Fortnite dari Play Store dengan alasan yang sama dengan Apple. Google juga mengutip 30 persen dari setiap pembelian barang ataupun jasa digital yang ditawarkan oleh setiap aplikasi yang diunduh dari Play Store. Epic juga melayangkan gugatan terhadap Google ke pengadilan federal.
Namun, memang ”kemarahan” Epic terkonsentrasi ke Apple. Hal ini karena Google tidak menerapkan aturan yang seketat Apple mengenai opsi masyarakat mengenai pembayaran digital. Contohnya, pelanggan layanan video dapat membayar langsung melalui situs masing-masing, tanpa harus lewat Google Play. Bahkan, Apple memperbolehkan pengguna Apple Music di Android untuk langsung mengisikan informasi perbankan di aplikasinya, tanpa harus menggunakan Google Play.
Meski Fortnite tidak ada di Play Store saat ini, gim tersebut masih bisa diunduh melalui situs Epic Games ataupun platform perdagangan aplikasi yang lain, seperti Galaxy Store milik Samsung.
Penyedia layanan streaming musik Spotify juga mendukung gugatan yang dilayangkan oleh Epic Games terhadap Apple. Pada 2019, Spotify juga menggugat praktik Apple yang membatasi layanan pihak ketiga seperti Spotify untuk bersaing secara fair melawan layanan yang dimiliki oleh Apple, seperti Apple Music.
Dalam gugatan yang didaftarkan ke Komisi Eropa tersebut, Spotify menyatakan bahwa Apple membatasi akses layanan pihak ketiga untuk memanfaatkan fitur dan gawai milik Apple seperti Siri, HomePod, dan Apple Watch.
Pada saat itu, Spotify juga menilai seharusnya pengguna dapat diberi opsi untuk berlangganan langsung kepada Spotify tanpa harus melalui App Store sebagai perantara, terlebih lagi ada potongan 30 persen yang akan diambil oleh Apple.
Apple vs gim awan
Kecaman besar lain yang didapatkan oleh Apple terkait kebijakannya dalam App Store adalah penolakan menerima aplikasi cloud gaming atau gim melalui komputasi awan yang ditawarkan oleh para rivalnya seperti Microsoft dan Google.
Cloud gaming adalah sebuah paradigma baru dalam konsumsi sebuah gim. Dalam cloud gaming, pelanggan tidak perlu memiliki komputer gaming yang canggih ataupun konsol gim yang mahal untuk memainkan gim. Gim kelas atas yang didesain untuk PC gaming kelas atas ataupun konsol terbaru dapat dinikmati melalui gawai Android.
Alih-alih ponsel Android yang memproses seluruh komponen gim tersebut, server komputasi awanlah yang menjalankan gim tersebut, layar gawai menjadi semacam layarnya saja.
Kemudian, pengguna tidak perlu ”membeli” gim secara individual. Pengguna dapat berlangganan per bulan untuk menikmati seluruh gim yang tersedia, mirip dengan model bisnis video-on-demand seperti Netflix atau Disney+. Layanan cloud gaming milik Microsoft bernama Xcloud, sedangkan Google bernama Stadia. Nvidia juga punya layanan cloud gaming bernama GeForce NOW.
Tentu cloud gaming adalah perkembangan teknologi baru yang mendapat banyak tanggapan positif dari sisi konsumen ataupun perusahaan. Sony dengan konsol Play Station-nya yang merupakan rival berat Microsoft Xbox bahkan sepakat menjalin kerja sama dengan Microsoft untuk masuk ke dalam jagat cloud gaming.
Namun, hampir pasti kemudahan yang ditawarkan oleh platform cloud gaming tidak akan bisa dinikmati oleh pengguna Apple iOS. Pasalnya, pekan lalu, Apple sudah menyatakan bahwa aplikasi cloud gaming melanggar aturan App Store.
Apple menyatakan bahwa seluruh gim yang ditawarkan melalui App Store harus diajukan secara individual untuk diperiksa satu per satu. ”Layanan gim jelas dapat meluncurkan gimnya melalui App Store selama mereka mengikuti aturan yang ada, yakni mengajukan gim tersebut secara individual ke App Store,” tulis pernyataan resmi Apple.
Microsoft pun menyampaikan pernyataan yang keras. Menurut Microsoft, Apple telah menghalangi para konsumen untuk menikmati teknologi cloud gaming melalui App Store. Menurut Microsoft, App Store juga telah memperlakukan aplikasi gim secara tidak adil. Apple disebut memperbolehkan layanan media lain untuk tetap berada di App Store meski memiliki unsur elemen interaktif.
Nick Statt dari The Verge menduga, apabila cloud gaming diperbolehkan di iOS, Apple tidak bisa mengambil komisi terhadap transaksi yang terjadi di gim tersebut. ”Bagaimana Apple mengambil ’pajak’ mereka kalau seorang pengguna memainkan gim melalui Xcloud?” ujar Statt.
Di sisi lain, Apple juga memiliki layanan langganan gim berbayarnya sendiri, bernama Arcade. Layanan tersebut berisi 100 gim yang dapat dimainkan cukup dengan biaya langganan bulanan sebesar 5 dollar AS.
Apakah ini masalah kompetisi dan dominasi? Tidak sampai sebulan yang lalu, Apple—bersama Amazon, Facebook, dan Google—dipanggil Kongres AS terkait sikap antikompetitif dan tendensi monopoli yang diduga telah mereka lakukan untuk menjaga dominasinya di pasar masing-masing.
Kini kita hanya bisa menunggu, bagaimana reaksi para gamers dan sikap Apple terhadap tuntutan mereka.